Buku Tuhan dalam Otak Manusia ini tepat sekali hadir ketika banyak pemimpin pintar negeri ini kelakuannya tidak pro rakyat. Ketika para dewan negeri ini suka merekayasa. Ketika para pejabat pintar negeri ini kelakuannya tidak lagi bermartabat. Dan ketika orang-orang pintar negeri ini menjadi penghianat.
Dari hari ke hari, minggu ke minggu, bulan ke bulan, dan tahun ke tahun, bangsa ini selalu dikisruhkan oleh berbagai kasus mengenaskan, yang tak kunjung usai. Seperti korupsi, suap, kekerasan, penganiayaan, dan sebagainya. Ironisnya, mereka adalah orang-orang pintar yang tingkat pendididikannya di atas rata-rata. Contoh kecilnya kasus korupsi dan kekerasan di Sampang, Madura.
Perihal korupsi, Litbang KPK mencatat, rekapitulasi penyidikan tindak pidana korupsi yang ditangani oleh KPK RI periode tahun 2004-2012 tercatat 284 kasus korupsi yang semuanya dilakukan oleh kelas terpelajar, mulai dari anggota DPRD, kementrian, duta besar, gubernur, bupati, hingga swasta (hal. xviii).
Kasus kekerasan antara Syiah dan Sunni di Sampang, Madura, yang beberapa minggu lalu mencuat kembali, tidak lepas dari penggeraknya yang tidak lagi orang awam, melainkan mereka yang posisinya sebagai tokoh masyarakat dan agama di sana.
Mereka bukan tidak tahu bahwa apa yang mereka lakukan itu melanggar hukum dan agama, tapi mereka buta. Buta yang dibutakan oleh kepintarannya tanpa diimbangi kesehatan spritual. Otak mereka sudah dikuasai oleh logika tak terkendali.
Untuk itu, sebagai solusinya, buku setebal 473 ini membincangkan bahwa mereka harus berakal sehat. Dengan artian fungsi otak yang dimilikinya tidak sekedar daging yang berisi sejumlah besar lemak, tapi ia juga dapat melampaui batas kenormalannya, menuju otak sehat.
Otak sehat inilah yang nantinya akan menumbuhkan spritualitas tinggi bagi seseorang. Karenanya, otak sehat sangatlah penting bagi kehidupan manusia, lebih-lebih seorang pemimpin. Untuk menjadi seorang pemimpin yang baik, tidaklah cukup dengan hanya bermodalkan kepintaran (otak normal), tapi juga diperlukan kesehatan spiritual (otak sehat). Hal itu dikarenakan ia tidak hanya berfungsi secara baik, layaknya otak normal, tapi juga memiliki nilai-nilai (values) tertentu terhadap setiap fungsi yang dimilikinya.
Kesehatan spiritual bisa dicapai dengan mendayagunakan fungsi otak (neorosains) melalui ritual-ritual atau meditasi yang ada di setiap agama. Sejumlah riset yang dilakukan oleh University of Pennsylvania dan Centre for Spirituality and Mind yang disasarkan pada para praktisi Sufi, Sikh, Yoga, dan pelaku meditasi bahwa kontemplasi yang intens dan lama tentang Tuhan dan nilai-nilai spiritual lain secara permanen dapat mengubah struktur kesadaran diri dan persepsi sensorik tentang dunia (hal. 15-16).
Selain itu, beberapa penemuan mutakhir mengungkapkan bahwa doa yang intens dan meditasi secara permanen dapat mengubah sejumlah struktur dan fungsi dalam otak manusia, yang pada gilirannya akan mengubah nilai-nilai hidup dan cara pandang terhadap realitas. Lebih lanjutnya, kontemplasi akan kehadiran Tuhan dapat meyusutkan stress, kecemasan, depresi, dan meningkatkan rasa aman, semangat, dan cinta (hal. 11).
Dalam menghasilkan spiritualitas, otak berfungsi sebagai mediator atau fasilitator. Ia memiliki sejumlah komponen khas manusia yang dapat memediasi lahirnya spiritualitas, yang kaitannya dengan Tuhan. Otak membuat Tuhan menjadi sesuatu yang “dialami” sebagai pengalaman empirik (hal. 336).
Ada tiga macam hipotesis perihal otak dan hubungannya dengan spiritualitas manusia (hal. 319-333). Pertama, hipotesis modul atau spot, di mana kegiatan spiritual manusia merupakan hasil dari kerja bagian otak tertentu yang berkembang selama masa evolusi perkembangan otak.
Kedua, hipotesis sirkuit, di mana iman, spiritualitas, dan Tuhan itu merupakan sebuah fungsi sirkuit otak manusia. Antara berbagai komponen otak terdapat hubungan yang saling mempengaruhi, layaknya kegiatan bahasa dalam otak yang merupakan hasil kerja sama dari komponen auditorik otak.
Ketiga, hipotesis medium, di mana otak manusia merupakan perantara bagi Tuhan untuk memanifestasikan diri. Pentingnya medium ini dapat diibaratkan sebagai enzim pengatalis dalam sebuah reaksi kimia. Sekalipun hanya sebagai pengatalis, tapi enzim memegang peranan sangat penting dalajm proses perubahan reaksi kimia. Begitu juga hubungan otak dengan spiritualitas manusia.
Selanjutnya, jika seseorang bisa mewujudkan spiritualitas pada dirinya, maka dengan sendirinya akan tercipta positifisme diri, perubahan sikap, peningkatan rasa kekuatan pribadi, atau adanya rasa menerima sesuatu dari Tuhan, yang pada gilirannya akan tertanam jiwa patriotisme pada diri seseorang. Hal inilah yang kemudian oleh Williams James (1902), Pahnke (1967), dan McNamara disebut sebagai ciri dari pengalaman spiritual (hal. 373).
Sebagai penutup, dengan membaca buku ini, pembaca akan memahami cara kerja otak dalam kehidupan beragama, cara meningkatkan kualitas spiritual, dan langkah-langkah mencapai kesehatan spiritual, hingga pada akhirnya tercipta pribadi yang tangguh. Tangguh dalam bersikap dan berpikir.
sumber: radarsby.com |
Data Buku
Judul : Tuhan dalam Otak Manusia
Penulis : Taufik Pasiak
Penerbit : Mizan, Bandung
Cetakan : I, Juli 2012
Tebal : xxxviii + 473 halaman
ISBN : 978-979-433-725-7
Harga : Rp. 99.500,00
*dimuat di Radar Surabaya (9 September 2012)
0 Response to "Kesehatan Spiritual dan Pribadi Tangguh*"
Posting Komentar
Tinggalkan komenrar Anda di sini!