Mungkin tidak semua kalangan faham dan mengetahui faham ahlussunnah waljama'ah (aswaja)-nya Syekh Abdul Qadir Al-Jailani. Ini mungkin karena literatur-literatur yang memuat tentangnya rata-rata membahas tentang kesufian beliau. Sedikit yang menyuguhkan faham keaswajaannya. Karenanya, beliau yang mendapat gelar sulthanul aulia' ini lebih dikenal dengan seorang sufi ketimbang teolog dan mufassir, padahal beliau juga pakar dalam bidang tauhid.
Buku ini, menjadi bukti semua itu. Dalam buku ini, Syekh Abdul Qadir Al-Jailani membincangkan tentang selek beluk ke-aswaja-an sesuai dengan faham dan ijtihadnya sendiri.
Di bagian awal buku ini, Syekh Abdul Qadir Al-Jailani mengajak pembaca untuk mengenal Sang Pencipta, dengan cara; pertama, mengenal dan menyakini keesaan Allah dan kepadanya semua sesuatu bergantung. Kedua, meyakini kekuasaan Allah dengan sifat qudrah-Nya, berkehendak dengan sifat iradah-Nya, dan serba maha dengan semua sifat-sifat-Nya.
Ketiga, menyakini bahwa Allah menciptakan langit secara bertingkat dan bumi secara berlapis. Keempat, meyakini bahwa dalam tiap malam Allah turun ke langit terendah (langit dunia) dan mengampuni siapapun yang berdosa yang Ia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya.
Selanjutnya, Syekh Abdul Qadir Al-Jailani beralih pada perbincangan tentang kedudukan Al-Qur'an, asmaul husna, hakikat dan status keimanan, qadha'-qadar, dan alam kubur. Di bagian ini dengan dalil argumentatif Syekh Abdul Qadir Al-Jailani membantah pendapat golongan yang berpendapat bahwa Al-Qur'an itu makhluk; tidak qadim, iman tidak naik-turun, dan yang mengingakari siksa dan nikmat kubur.
Perihal Al-Qur'an, menurutnya Al-Qur'an adalah kalamullah yang qadim (kekal abadi). Al-Qur'an merupakan salah satu sifat Dzatnya, sehingga ia bukan hal yang baru. Pendapat ini diperkuat dengan hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Abu Darda', bahwa ia pernah bertanya kepada Rasulullah mengenai Al-Qur'an dan beliau menjawab; "Kalam Allah bukanlah makhluk" (hal. 30).
Perihal iman, Syekh Abdul Qadir Al-Jailani berpendapat bahwa iman itu bisa naik dan turun sesuai dengan perbuatan seseorang. Pendapatnya ini diperkuat dengan dalil Al-Qur'an (At-Taubah [9]: 124), (Al-Anfal [8]: 2), (Al-Mudatstsir [74]: 31), bahwa iman seseorang akan naik seiring dengan perbuatan bajiknya dan sebaliknya iman akan turun seiring dengan perbuatan maksiatnya (hal. 46-55).
Selanjutnya, perihal alam kubur Syekh Abdul Qadir Al-Jailani berpendapat bahwa setelah mayit dikubur, maka akan datang malaikat Munkar dan Nakir untuk bertanya perihal Tuhan, Nabi, kibat, imam dan agamanya, di mana di sana nantinya akan menentukan nikmat dan siksa kubur seseorang. Ini diperkuat dengan Al-Qur'an (Ibrahim [14]: 27) dan hadis Nabi yang datangnya dari Abu Hurairah (Tirmidzi: 1071).
Dalam berargumen, tidak hanya dalil naqli (teks) yang dipakai oleh Syekh Abdul Qadir Al-Jailani untuk membantah pendapat golongan lain. Lebih dari itu, beliau juga menyuguhkan dalil aqli (nalar-akal) sebagai pelengkap. Ini bisa dilihat, seperti dalam hal ke-qadim-an Al-Qur'an; selain dalil naqli seperti di atas, beliau juga berargumen aqli, sekedar contoh, bahwa andaikata lafadz "kun" (jadilah) dalam Al-Qur'an (Yasin (21): 82) merupakan makhluk, tentu dibutuhkan "kun" yang diciptakan dan diciptakan lagi hingga jumlah yang tak terhingga (hal. 40-41). Padahal semua itu tidak mungkin.
Tidak cuma itu, di akhir pembahasan buku ini, Syekh Abdul Qadir Al-Jailani membahas tentang aliran sesat dan sekte-sekte dalam Islam, secara rinci (hal. 153-210). Menurutnya, sesuai dengan hadis Nabi, ada 73 aliran dalam Islam, di mana 73 aliran tersebut berasal dari 10 pangkal aliran, yaitu; Ahlussunnah, Khawarij, Syiah, Mu'tazilah, Murji'ah, Musyabbihah, Jahmiyyah, Dhirariyah, Najjariyah dan Kilabiyah.
Ahlussunnah hanya satu golongan, Khawarij terbagi 15 sekte, Mu'tazilah 6 sekte, Murji'ah 12 sekte, Syiah 32 sekte, Jahmiyyah, Najjariyah, Dhirariyah dan Kilabiyah masing-masing 1 sekte, dan Musyabbihah 3 sekte. Jumlah kesemuanya persis seperti apa kata Nabi dalam hadisnya, yaitu 73 dan dari 73 itu hanya satu yang selamat yaitu Ahlussunnah waljama'ah.
Membaca buku ini, sejatinya pembaca diajak untuk berhati-hati dalam menghadapi banyaknya aliran-aliran, sehingga pembaca bisa menata dengan rapi prinsip-prinsip keimanan dan keislamannya, dari tauhid, cinta Nabi, hingga hakikat akhirat, untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagai testimoni, meminjam sebuah istilah, ba-bab pendek dalam buku ini kadang bak sepercik api yang mampu membakar keraguan di dada dan kadang bak secercah cahaya yang membuat keyakinan di hati menyala-nyala. Selamat membaca! ***
Data Buku
Judul : Buku Pintar Akidah Ahlussunnah Waljama'ah: Belajar Dasar-Dasari Iman yang Benar
Penulis : Syekh Abdul Qadir Al-Jailani
Penejemah : Aguk Irawan
Penerbit : Zaman, Jakarta
Cetakan : I, Desember 2011
Tebal : 213 halaman
ISBN : 978-979-024-298-2
Harga : Rp. 30.000,00
*telah dimuat di Harian Bhirawa(11/5/2012)
ok banget.................
BalasHapus