Keterbatasan materi tidak jarang membuat sesorang rela melakukan dan berbuat sesuatu yang negatif meskipun sejatinya bertentangan dengan hati nuraninya. Misalnya, seorang perempuan akan rela melacurkan diri demi mempertahankan hidup dan keluarganya.
Meskipun demikian, seakan memang menjadi fitrah dari seorang ibu yang terpaksa melacurkan diri, ia tetap tidak ingin profesinya itu diketahui apalagi dilakoni oleh anak-anaknya kelak. Sejelek apa pun profesi orangtua, seorang anak tetap harus mendapatkan yang terbaik; makan-minum, sekolah, belajar, dan kasih sayang yang layak.
Kiranya seperti itulah kisah yang disajikan dalam buku Mimpi Bungsu yang ditulis oleh Vanny Chrisma W., novelis produktif kelahiran Sidoarjo ini. Dalam karya terbarunya ini, Chrisma W. mengisahkan tentang lika-liku seorang janda, Hanny, bersama putri tunggalnya, Bungsu, yang setiap harinya dikekang oleh keadaan dan dipaksa menjadi pelacur karena terjerat hutang warisan ayahnya yang membubung tinggi.
Hal itu berawal ketika Hanny menjadi janda dan ditawari pekerjaan oleh seorang perempuan paruh baya asal Surabaya, namanya Djeng Sofie, untuk menjadi pembantu rumah tangga di daerah Surabaya. Hanny yang kala itu bersama Bungsu dalam setiap haringya hidup di jalanan dan hiruk pikuk Kota Jakarta langsung menerima tawarannya dan akhirnya memilih pindah ke Surabaya untuk memenuhi janji dan panggilan Djeng Sofie.
Setibanya di Surabaya, tepatnya di Gang Jarak, Hanny dan Bungsu bersyukur sekali karena disediakan satu kamar kontrakan oleh Djeng Sofie. Di Jakarta yang sebelumnya hidup di jalanan, kini setiba di Surabaya mereka sudah mempunyai tempat tinggal. Hanny dan Bungsu pun merawat rumah kontrakan itu dengan baik. Rumah itu yang sebelumnya kotor dan berantakan karena lama tidak ditempati mulai dibersihkan. Debu-debu yang menghinggapi perabotan dan seisi rumah dicuci, dikeringkan, dan kemudian ditempati layaknya rumah sendiri.
Seiring dengan berjalannya waktu, tak disangka, ternyata pekerjaan yang dijanjikan Djeng Sofie bukanlah sebagai pekerja rumah tangga, melainkan pekerja seks komersial (PSK) di salah satu lokalisasi di Surabaya. Hanny pun terpaksa menjalaninya karena kalau tidak, dia diancam Djeng Sofie untuk melunasi semua hutang-hutangnya yang membubung.
Semenjak itulah, Hanny menjadi kupu-kupu malam yang setiap malamnya harus melayani nafsu biologis para lelaki hidung belang di bawah komando Djeng Sofie. Dan semenjak itu pula langkah hidup Bungsu menjadi tertatih dan menderita karena harus ditinggal pergi ibunya kala malam tiba, padahal ia masih belia. Kamarnya dikunci agar Bungsu tidak bisa keluar dan melihat gerak-gerik Hanny kala beraksi di tempat lokalisasi.
Tidak cuma itu, Djeng Sofie ternyata juga merencakan untuk menjadikan Bungsu, putri semata wayang Hanny yang sampai bertahun-tahun tidak tahu pekerjaan Hanny yang sebenarnya, sebagai PSK kala sudah besar nanti.
Singkat cerita, setelah tidak kuat menahannya, Hanny dan Bungsu berusaha untuk bisa keluar dari gelapnya malam lokalisasi dan kekangan mucikarinya, Djeng Sofie, hingga keadaan itu datang dalam mimpi Bungsu; di mana dia dikejar Djeng Sofie dan bodyguard-nya namun dia lari dan berteriak tidak mau dijadikan pelacur kecil, yang akhirnya dalam dunia nyata mereka berdua ditolong oleh Gito yang sebelumya pernah meniduri Hanny lewat jasa yang disediakan Djeng Sofie di Gang Jarak.
Akhir kata, setidaknya ada tiga pesan moral yang dapat pembaca petik setelah membaca buku setebal 258 halaman ini. Pertama, bahwa naluri seorang ibu (orangtua) itu tidak akan pernah ingin anaknya terjerumus pada jurang kenistaan meski kadang dia sendiri melakukannya.
Kedua, seperih apapun hidup yang menimpa, kita harus tetap berjuang dengan tangan terkepal dan semangat membara—sekalipun ada garis takdir yang siapa pun tidak sanggup menyingkap dan mengubahnya—karena takdir hanya di tangan Tuhan. Ketiga, setiap anak haruslah dan pantas untuk mendapatkan yang terbaik dari segala hal, meski dalam keadaan terpaksa dan terjepit. Jika meminjam istilah keagamaan (Islam), bahwa setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan suci (kullu mauludin yuladu ‘alal fitroh).
Judul : Mimpi Bungsu
Penulis : Vanny Chrisma W.
Penerbit : Diva Press, Yogyakarta
Cetakan : I, April 2012
Tebal : 258 halaman
ISBN : 978-602-191-251-5
Harga : Rp.38.000,00
*telah dimuat di Radar Surabaya (27 Mei 2012)
*telah dimuat di Radar Surabaya (27 Mei 2012)
Terima kasih sudah meresensi novel kami di harian Surabaya Post
BalasHapusHormat kami
Arie & Vanny Chrisma W.
Terima kasih sudah meresensi novel kami di harian Radar Surabaya
BalasHapusHormat kami
Arie & Vanny Chrisma W
Maaf komen yg diatas salah menyebut hariannya :)
semoga mimpi bungsu cetak ulang berulang-ulang.
BalasHapussalam