Membaca buku ini mengingatkan saya pada sebuah perbincangan saya dengan salah seorang tokoh masyarat di kampung saya, sebut saja namanya Kiai Romzi. Saat itu, perbincangan kita tentang buruknya regenerasi di dunia pesantren.
Perbincangan itu bermula dari fenomena para putra pesantren yang belakangan ini mengalami degradasi. Banyak putra pesantren yang kemampuan baca kitabnya diragukan. Banyak dari mereka yang tidak mau ketika diminta pengampu kitab kuning, dikarenakan kurang menguasai materi.
Membaca fenomena ini, Kiai Romzi menganalisa bahwa penyebab dari semua itu adalah buruknya regenerasi putra pesantren dalam dunia pendidikannya. Banyak putra pesantren sekarang ini yang tidak lagi mengenyam pendidikan formal. Tidak jarang para kiai memasukkan putra-putrinya ke sekolah umum (non agama), padahal mereka salah satu penerus tonggak kepemimpunn di pesantrennya. Dengan demikian, generasi selanjutnya kurang bermutu dan menemukan masalah.
Akan hal ini, Kiai Romzi mengutip salah satu pesan gurunya; "janganlah bosan menjadi seorang kiai". Maksud dari pesan ini adalah bahwa para kiai/pengasuh pesantren janganlah sampai merasa bosan karena menjadi kiai, sehingga anak-anaknya dimasukkan ke sekolah umum, yang akhirya tidak menemukan pengganti tampuk kepemimpinannya.
Dari sini, tidak diragukan lagi bahwa regenerasi dalam sebuah kepemimpinan atau kepemilikan harus ada dan dipersiapkan sedari awal. Karena, kalau tidak demikian, kemandekan lembaga atau instansi akan kita temukan, di akhir waktu.
Akan pentingnya regenerasi ini rupanya juga disadari oleh G. Kingsley Ward, sehingga lahirlah karya buku berupa "The Lessons: Surat-surat Seorang Jutawan kepada Putranya tentang Hidup dan Bisnis", yang diterjamahkan oleh Lulu Fitri Rahman dari judul asli "Letters of a Businessman to His Son".
Ward yang menekuni dunia bisnis dan mempunyai tujuh perusahaan besar dan sukses ini sadar bahwa dirinya tidak akan selamanya jaya hidup di muka bumi ini. Untuk itu, penting baginya mewariskan ilmu dan kepemilikannya kepada anak-anaknya agar perusahaan dan bisnisnya terus berlanjut dari generasi ke generasi dipimpin oleh anak keturunannya.
Kepada anak laki-lakinya Ward menulis beberapa surat yang kemudian terkumpul dalam buku ini. Surat-surat itu dimaksudkan agar nantinya bisa menjadi pelajaran dan pegangan dalam hidup, memimpin, dan berbisnis bagi anaknya.
Dari semua surat-surat dalam buku ini, saya bisa menyimpulkan bahwa ada beberapa hal yang harus dimiliki dan disiapkan bagi pemimpin sekaligus pebisnis atau siapa yang mau menekuninya.
Pertama, pantang mundur terhadap tantangan. Sebuah tantangan tidak akan lepas dari kehidupan kita. Untuk menjadi pribadi yang tangguh, kita harus berjiwa pemberani. Tidak takut pada tantangan. Dunia bisnis tidak akan lepas dari tantangan itu. Baik tantangan internal maupun eksternal. Semua itu, harus dihadapi dengan tegar.
Seorang pebisnis-apalagi pemimpin (pemegang) bisnis-tidak boleh takut gagal. Berhasil dan gagal adalah dua resiko yang pasti ada. Toh, nanti kalau mengalami kegagalan, maka seorang pebisnis harus tetap berbesar hati. Di balik kegagalan ada rahasia tersendiri. Kata Ward dalam surat di buku ini; "kegagalan itu lucu sekaligus menyedihkan. Kita begitu mencemaskan kedatangannya sehingga menumpuk bayangan buruk. Namun anehnya, ketika hari suram itu tiba, ternyata yang terjadi tidak seburuk yang kita bayangkan (hal. 24). Pikiranlah yang seringkali membangun itu, di mana pemikiran kegagalan itu seringkali tidak akurat.
Kedua, disiplin. Disiplin adalah ciri-ciri orang-negara berperadaban. Jika tidak ada kedisiplinan, maka kekacauan gampang terjadi. Dalam dunia bisnis kedisiplinan ini sangat menentukan kwalitas seseorang. Baik di mata atasan maupun di mata para pelanggan.
Ketiga, membuat resolusi. Pentingnya resolusi ini karena kapasitas seseorang itu tidak sama. Dalam pengalamannya pun berbeda. Untuk itu, resolusi dalam dunia bisnis untuk menutupi kekurangpengalaman kita harus diperhatikan, agar kekurang pengalaman dalam kerja (bisnis) tidak menjadi penghalang. Luangkan waktu untuk menilai setiap proyek yang akan diambil, kemudian dianalisis untuk dijadikan pembelajaran.
Setidaknya beberapa point di atas itulah, yang secara garis besar disampaikan Ward dalam suratnya kepada anak laki-lakinya. Namun, tidak hanya itu, dalam buku yang kabarnya sudah terjual sebanyak satu juta eksemplar dan diterjamahkan ke dalam delapan bahasa di dua belas negara ini, juga memuat pesan bijak yang lain, seperti pentingnya pendidikan, pernikahan, persahabatan, (menjaga) kesehatan, dan lainnya. Selain itu, buku ini, juga diperkaya dengan kutipan-kutipan dari para filusuf, penyair, penulis, pemimpin, negarawan, sesuai dengan tema surat yang disampaikannya. Kutipan-kutipan inilah yang semakin menambah nilai tawar isi surat-surat Ward kepada anaknya tersebut.
Data Buku
Judul : The Lessons : Surat-Surat Seorang Jutawan kepada
Putranya tentang Hidup dan Bisnis
Penulis : G. Kingsley Word
Penerjemah : Lulu Fitri Rahman
Penerbit : Kaifa (PT Mizan Pustaka), Bandung
Cetakan : I, 2011
Tebal : 236 halaman
ISBN : 978-602-8994-43-9
*dimuat di Harian Bhirawa (10 Februari 2012)
0 Response to "Regenerasi Kepemimpinan G. Kingsley Ward*"
Posting Komentar
Tinggalkan komenrar Anda di sini!