Selamat Datang di Blog Sederhana ini. Semoga Bisa Bermanfaat. Amin...

Antara Teks Hadits dan Koran*


Oleh: Abd. Basid

Suatu hari, ketika penulis bersantai di kamar, tiba-tiba HP penulis berdering tanda ada sms masuk. Setelah penulis buka, ternyata sms tersebut dari teman dekat yang memang seringkali bertukar pikiran meskipun lewat sms. Isi sms kali ini adalah tentang kasus berita/gosip yang pastinya lebih seing kit abaca, lihat, dan dengar lewat media dan TV. Dalam salah satu diskusi via sms itu teman penulis sempat tertawa seraya menuliskan; “ha-ha-ha. Semuanya mengandung ma yahtamilus shidqa wal kidzba (semuanya pasti mengandung kebenaran dan kebohongan (baca: salah))”.

Mendapatkannya saya langsung meng-iyakan pernyataan teman penulis tadi seraya menyatakan; “ya jelas”. Kemudian dia menanggapi lagi; “Tapi, kenapa ya, saya dengan sampeyan kok masih mengikuti perkembangan khabariyah (berita) ya? Substansi apa yang kita cari yang kita cari kalau dualisme pengertian tadi melekat erat pada kalam khabariyah. Tambah alat lat (amburadul)”. Terus, langsung penulis jawab; “Ya tapi setidaknya dalam khabariyah tersebut ada yang valid (shahih) seperti halnya hadits pada masa Nabi”.

Singkat cerita, itulah potongan dari sebagian diskusi penulis dengan teman penulis via sms, yang bertemakan masalah berita/gosip. Namun, dalam tulisan pendek ini penulis tidak akan menyorot dan menghangatkan (kembali) permasalahan (hukum) berita/gosip. Akan tetapi penulis akan lebih akan membahas akan kevalidan berita antara (teks) hadits dan koran.

Secara harfiyah (baca: bahasa) arti hadits berarti baru; perkataan. Sedangkan menurut istilah, arti hadits adalah setiap sesuatu yang dilekatkan pada Nabi saw. baik berupa perkataan, perbuatan, keputusan ataupun sifat (khuluqiyah dan khalqiyah).

Seiring dengan perjalanan sejarah, akhirnya apa yang dikatakan, dilakukan, diputuskan dan disifatkan Nabi saw. kemudian dibukukan dan mejadilah sebuah teks yang kwalitasnya bisa teruji (shahih) dan tidak (maudu’). Bisa benar (shidqu) dan bisa salah (kidzbu) tergantung pada keadaan orang yang meriwayatkannya.

Lantas apa hubungan antara (teks) hadits dan (berita) koran? Apakah koran juga bisa menjadi rujukan utama dalam penenuan sesuatu (baca: hukum) seperti halnya hadits yang kedudukannya ada pada nomor 2 setelah al-Qur’an? Jawabannya tentu tidak. Berita koran tidak bisa disamakan dengan hadits dalam kedudukan setelah al-Qur’an dalam kehujjahannya dalam menentukan sebuah hukum. Akan tetapi, setidaknya berita koran juga bisa dipertanggung jawabkan atas ke-valid-annya dalam penggalian berita dan data. Di sinilah letak kesamaan antara teks hadits dan (berita) koran.

Selain itu, untuk memposisikan hadits menjadi hadits shohih, maka periwayat (rowi) hadits termaksud dituntut untuk jujur, dhobit (kredibel), tidak tersangka kidzb (bohong) dalam meriwatkannya. Begitu juga dengan penulisan berita di koran. Wartawan ditunut untuk jujur dalam peliputan dan pengumpulan data. Semua itu setidaknya sedikit terbukti dengan adanya undang-undang pers dan dalam menjalankan tugasnya setiap wartawan dilengkapai kartu pengenal dan tidak diperbolehkan memungut biaya. Hal ini bisa ditemukan di koran-koran yang tersebar diberbagai lokasi.

Untuk itu, ke-valid-an akan kebenaran berita di koran juga bisa dipertanggung jawabakan, meski tidak sama dengan dan seperti halnya hadits. Namun, yang jelas tidak ada alasan bagi kita untuk menghindar dan menyesali ketika kita mendapati berita (khabariyah). Hanya saja kedudukan berita dan data dari koran tidak termasuk referensi utama dalam pendalihan sebuah statemen. Meskipun demikian, sangat keliru ketika ada buku dilarang beredar hanya karena data yang dipakai berasal dari koran dan sejenisnya—yang merupakan sumber sekunder.

Hemat penulis, dalam hal kapan buku dilarang edar dan tidaknya, Kejaksaan Agung (Kejagung) tidak usah terlalu pikir panjang ke sana. Setidaknya yang perlu dipikirkan buku yang mana yang setidaknya baik dibaca dan tidak oleh Kejagung itu sendiri. Bukan malah mencegah orang untuk berkarya dan berkraeasi.


*telah dimuat di harian Radar Surabaya pada rubrik Horizon (28/2/10)

0 Response to "Antara Teks Hadits dan Koran*"

Posting Komentar

Tinggalkan komenrar Anda di sini!