Dalam bingkai sejarah peradaban Islam, fajar keemasannya dimulai pada masa khulafaur rasyidin. Berawal dari masa ini perkembangan dan perluasan Islam bisa melampaui tempat kelahirannya, Arab, hingga akhirnya Islam runtuh seiring dengan jatuhnya Dinasti Abbasiyah pada 1258 yang dalam histogiografi Islam dianggap sebagai berakhirnya masa keemasan Islam yang ditandai dengan kehancuran Baghdad yang menjadi pusat peradaban Islam waktu itu.
Selanjutnya, pasca kehancuran Baghdad, pusat peradaban Islam kurang jelas markasnya karena kemudian disusul masa kemunduran dunia Islam. Kekurang jelasan itu terus berlanjut hingga masa modern saat ini. Dalam kondisi seperti itu, Indonesia ditengarai banyak tokoh intelektual berkaliber internasional, semisal Fazlur Rahman, Arkoun, Alisjahbana, dan lainnya, sebagai negara yang sangat berpeluang menjadi fajar baru Islam, seperti yang terjelaskan dalam buku Fajar Baru Islam Indonesia?, karya Mujamil Qomar.
Dalam buku ini, Mujamil Qomar menjelaskan bahwa Indonesia sekarang ini sudah mulai menjadi perhatian dan harapan Dunia Islam. Jika dulu Islam Indonesia dianggap pinggiran, sinkretis, dan kurang murni keislamannya, sekarang mulai diperhitungkan sebagai kekuatan besar yang layak memimpin dunia Islam.
Alisjahabana mengatakan, harapan Indonesia menjadi fajar baru Islam sangatlah realistis, mengingat Indonesia mempunyai keunggulan-keunggulan yang tidak dimiliki negara Muslim lainnya, seperti, Indonesia merupakan negara yang dihuni umat Islam terbesar di dunia, wilayah paling luas dan subur, budaya tradisional yang paling kaya, letak geografis yang jauh dari pusat konflik, sumber daya alam yang sangat beragam, dan merupakan negara demokratis terbesar di kalangan Dunia Islam.
Tanpa mengenyampingkan kelemahan-kelemahan yang juga dimiliki Indoesia, seperti lemahnya kualitas pendidikan, ekonomi, dan penegakan hukum; pragmatisme masyarakat; dan masih kuatnya budaya feodalisme, Alisjahbana memperjelas lagi, apabila dihitung secara konprehensif sehingga akumulasi kelebihan dan kekurangan Indonesia digabung, kemudian dibandingkan dengan integrasi kelebihan dan kekurangan negara Muslim lainnya, Indonesia tetaplah memiliki peluang lebih besar untuk menjadi fajar baru Islam (hal. 181).
Melengkapi dan menengahi antara keunggulan dan kelemahan yang dimiliki Indonesia, dalam pengantar buku ini ditegaskan bahwa pada posisi tengah antara keunggulan-keunggulan dan kelemahan-kelemahan tersebut, terdapat benih-benih prospektif yang bisa dikembangkan Indonesia menuju fajar baru Islam, seperti adanya pluralisme agama, kondisi umat Islam yang mayoritas Islam abangan, moderatisme paham keagamaan, pembaruan Islam, dan adanya gelombang baru pemikiran dan gerakan, di mana arus utamanya digawangi NU dan Muhammadiyah sebagai filter modernisasi (hal. 3-4).
Syafi’i Maarif menegaskan, Indonesia setidaknya dengan wawasan Islam yang luas dan tajam, cukup berpotensi untuk memimpin kebangkitan Islam dalam maknanya yang begitu besar pada masa-masa yang akan datang (hal. 184). Selain itu, Mulyadi Kartanegara berpendapat, masyarakat Indonesia sebetulnya telah memiliki aset yang sangat potensial, dilihat dari keterbukaannya terhdap informasi dan pemikiran apa pun yang datang dari luar. Hampir tidak ada negara Muslim yang menempuh kebijakan yang sangat inklusif terhadap informasi dan pemikiran seperti Indonesia ini (hal. 185).
Sampel kecilnya seperti lewat buku-buku yang bebas masuk ke Indonesia, termasuk buku-buku yang mengkritik kebijakan-kebijakan pemerintah sekalipun, buku-buku radikal, buku-buku liberal, buku-buku berbagai aliran yang berkembang di Barat maupun di Timur. Hal seperti inilah yang juga tercermin pada masa keemasan Islam masa Abbasiyah dulu, di mana waktu itu terjadi ketersedian buku-buku yang diterjemahkan dari berbagai bahasa; Yunani, Persia, dan sebagainya, hingga akhirnya terhimpun di perpustakaan Baitul Hikmah, yang menjadi ikon keilmuan Islam.
Sebagai strategi untuk mewujudkan harapan di atas, Mujamil Qomar dalam buku ini merumuskan beberapa strategi yang harus dibangun bangsa Indonesia. Pertama, membangun pemikiran inovatif-konsruktif. Dalam artian, suatu pemikiran baru yang tidak hanya bersifat pembaruan, tapi sekaligus membangun. Tegasnya lagi, pemikiran ini akan tercapai jika Indonesia berani mengubah dunia “Islam hafalan” menjadi “Islam pemikiran”, di mana “Islam pemikiran” sebagai simbol dinamika aktif sedangkan “Islam hafalan” sebagai simbol stagnasi (hal. 207).
Kedua, membudayakan tindakan kreatif-produktif. Strategi yang kedua ini merupakan action dari strategi pertama, karena sehebat apapun suatu pemikiran jika hanya berupa wacana hanya akan bersifat abstrak dan bahkan kadang kabur tanpa meninggalkan bekas sama sekali. Untuk itu, sebuah wacana dibutuhkan pasangan dan sambungan yang keduanya harus bergerak sinergis, yaitu aksi dan tindakan riil (hal. 216).
Ketiga, menciptakan kebijakan strategis-transpormatif. Dalam artian pemerintah sebagai penghasil kebijakan harus mengambil peran aktif untuk memprakarsainya, dengan dukungan riil dari berbagai pihak, baik pemikir, masyarakat, pengusaha, dan praktisi (hal. 227).
Keempat, melaksanakan pembangunan secara kolektif-sinergis. Konsep ini merupakan upaya mempertahankan kekuatan bangsa ini yang telah merdeka dan diperjuangkan oleh nenek moyang terdahulu. Sekarang ini giliran kita berjuang mempertahankan kemerdekaan hakiki dengan melawan keterbelakangan, kebodohan, kemiskinan, kenistaan, dan dekadensi moral dalam bingkai mengisi pembangunan sebagai amanat yang dibebankan kepada generasi penerus (hal. 238).
Empat strategi di atas sebagai upaya pengembangan dari kelebihan-kelebihan yang dimiliki Indonesia dan meminimalisasi kelemahan-kelemahannya, hingga akhirnya harapan fajar baru Islam akan muncul dari Indonesia betul-betul terjadi. Selamat membaca!
Data Buku
Judul : Fajar Baru Islam Indonesia?
Penulis : Mujamil Qamar
Penerbit : Mizan Pustaka, Bandung
Cetakan : I, Desember 2012
Tebal : 286 halaman
ISBN : 978-979-433-715-8
Harga : Rp. 49.000,00
*telah dimuat di Rima News, 24 Juni 2013
0 Response to " Indonesia Menuju Fajar Baru Islam"
Posting Komentar
Tinggalkan komenrar Anda di sini!