Raden Pandji Soejono (RP Soejono), arkeolog kelahiran Mojokerto, 27 November 1926, meninggal dunia bulan kemarin, Senin, 16 Mei pukul 08.30 di rumahnya, Jakarta Selatan.
Sebagai seorang arkeolog atau ahli kepurbakalaan, cita-cita luhur beliau semasa hidupnya amatlah mulia, yaitu ingin bangsa Indonesia ini mengembangkan pengetahuan luas tentang masa lalu sebagai kesatuan integral masa kini. Karena cita-cita luhur tersebut, tidak keliru, jika pada 2010 kemarin, Kompas memilihnya sebagai salah satu dari lima orang cendikiawan berdedikasi di negeri ini.
Hingga masa senjanya pun RP Soejono masih tetap ngantor di Lembaga Arkeologi Nasional, Pejaten, Pasar Minggu—meski status dirinya sudah pensiun dari jabatan PNS—demi mengaplikasikan cita-citanya. Masa senja tidak menyurutkan semangat dan tekadnya. Umur hanya mengurangi keleluasaan gerak, sebaliknya tekad pantang menyerah tabu untuk surut dari pikirannya. Suatu tekad yang patut diteladani oleh kita yang masih hidup di dunia ini.
Lihat saja, berkat kegigihannya, arkeologi Indonesia yang pada awalnya berciri amatiran, akhirnya menjadi satu cabang ilmu pengetahuan dalam kegiatan yang diatur sesuai standar internasional. Berkat kegigihanya pula, arkeologi Indonesia menjadi nasionalistik dan mandiri—dan menjadikan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) sebagai pusat penelitian yang disegani di dunia internasional.
Mungkin banyak kalangan yang beranggapan bahwa arkeolog di masa kini tidak ubahnya hanya seperti mencari dan menggali beling di dalam tanah. Namun, tidak demikian dengan RP Soejono. Bagi RP Soejono arkeologi tidaklah hanya sekadar mengungkap peninggalan yang sudah berkalang tanah. Namun, arkeolog adalah untuk memperoleh pengetahuan lebih lengkap, yang mana sebuah bangsa akan memberikan perhatian pada obyek-obyek kuno yang diperoleh dari dalam tanah. Bahkan lebih dari itu, baginya arkeologi juga mempunyai peranan dalam usaha menggugah rasa kebangsaan.
Keberadaan RP Soejono dalam menggeluti dunia arkeologi tidak hanya sebatas wacana. Selain bukti pemikiran (wacana) cemerlangnya, RP Soejono sudah berhasil menulis banyak tulisan tentang arkeologi yang tersebat di berbagai media, mengadakan penelitian, dan membimbing mahasiswa, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Dalam menjalaninya, RP Soejono tidak pamrih. Hal itu bisa kita lihat dari salah satu kejadian yang mana ketika itu RP Soejono mendapat bimbingan disertasi salah satu mahasiswa Malaysia. Untuk membimbing calon doktor seperti itu, RP Soejono sebagai pembimbing waktu itu berhak mendapat honor 400.000/mahasiswa. Namun, ternyata pembayaran dari Malaysia melalui bank yang tidak ada cabangnya di Indonesia. Dengan demikian, uang jatah RP Soejono tidak sampai di tangannya. Namun, meski demikian, RP Soejono tidak merasa resah dan menagih kembali akan honor bimbingan tersebut. RP Soejono tetap enjoy, tidak menghiraukan honor tersebut.
Banyak karya-karya yang dihasilkan RP Soejono. Dari beberapa yang penulis telusuri, RP Soejono sampai masa senjanya pun masih mau tetap berkarya dan berbagi. RP Soejono merupakan orang pertama yang menggeluti bidang akreologi—khususnya prasejarah. Hal itu bermula pada tahun 1950. Di tahun 1950, empat mahasiswa Universitas Indonesia, yang terdiri dari Soekmono, Satyawati Soelaiman, Boechari dan Soejono membuat kesepakatan untuk mengambil jurusan sejarah kuno. Soekmono dan Satyawati Soelaiman spesifikasi pada bidang klasik. Boechari memilih bidang epigrafi. Dan RP Soejono bidang prasejarah.
Selain itu, RP Soejono juga rajin memotivasi generasinya untuk selalu tekun dalam menggeluti sejarah, terutama sejarah negeri sendiri. Dalam memotivasi generasinya, ia berharap agar generasi negeri ini tetap menghargai sejarah (masa lampau). Semua ini mungkin salah satu bentuk dari pengejewantahan dari pegangannya yang ia kutip dari cendekiawan Denmark, yang sekaligus gurunya, Worsaae, bahwa bangsa yang menghargai dirinya sendiri dan kemerdekaannya tidak mungkin puas dengan hanya memandang kepada masa kininya. Ia harus memberikan perhatian kepada masa-masa lampaunya. Untuk itu, sejarah harus tetap dan selalu dihargai. Karenanya, sampai ada yang menjulukinya, bahwa RP Soejono adalah “barang langka” dalam dunia prasejarah di negeri ini.
Karya-karya terpopuler RP Soejono bisa kita lihat seperti, Prehistoric Indonesia, Dynamics of Indonesian Story, Netherlands, 1978, Trends in Prehistoric Research in Indonesia, Modern Quaternary Research, 1982, dan Artifacs from Hominid Bearing Formation in Java, makalah, 1984.
Selama hidupnya, berbagai jabatan diduduki RP Soenojo, di mana semua jabatan yang ada semakin menunjukkan bahwa RP Soejono betul-betul bapak prasejarah di tanah air ini. Jabatan-jabatan tersebut di antaranya; Asisten Purbakala pada Dinas Purbakala (1956-1960), Kurator Prasejarah pada Museum Pusat, Jakarta (sejak 1956), Kepala Kantor Cabang II Lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional, Bali (1960-1964), Dosen Luar Biasa pada Universitas Udayana (sejak 1960), Kepala Bidang Prasejarah pada Pust Penelitian Arkeologi Nasional, Jakarta (sejak 1960), Dosen Luar Biasa UGM (sejak 1963) Kepala Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (sejak 1977) dan sebagainya.
Kini, bapak prasejarah tanah air ini sudah mangkat. Siapa pengganti beliau?
Sebagai seorang arkeolog atau ahli kepurbakalaan, cita-cita luhur beliau semasa hidupnya amatlah mulia, yaitu ingin bangsa Indonesia ini mengembangkan pengetahuan luas tentang masa lalu sebagai kesatuan integral masa kini. Karena cita-cita luhur tersebut, tidak keliru, jika pada 2010 kemarin, Kompas memilihnya sebagai salah satu dari lima orang cendikiawan berdedikasi di negeri ini.
Hingga masa senjanya pun RP Soejono masih tetap ngantor di Lembaga Arkeologi Nasional, Pejaten, Pasar Minggu—meski status dirinya sudah pensiun dari jabatan PNS—demi mengaplikasikan cita-citanya. Masa senja tidak menyurutkan semangat dan tekadnya. Umur hanya mengurangi keleluasaan gerak, sebaliknya tekad pantang menyerah tabu untuk surut dari pikirannya. Suatu tekad yang patut diteladani oleh kita yang masih hidup di dunia ini.
Lihat saja, berkat kegigihannya, arkeologi Indonesia yang pada awalnya berciri amatiran, akhirnya menjadi satu cabang ilmu pengetahuan dalam kegiatan yang diatur sesuai standar internasional. Berkat kegigihanya pula, arkeologi Indonesia menjadi nasionalistik dan mandiri—dan menjadikan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) sebagai pusat penelitian yang disegani di dunia internasional.
Mungkin banyak kalangan yang beranggapan bahwa arkeolog di masa kini tidak ubahnya hanya seperti mencari dan menggali beling di dalam tanah. Namun, tidak demikian dengan RP Soejono. Bagi RP Soejono arkeologi tidaklah hanya sekadar mengungkap peninggalan yang sudah berkalang tanah. Namun, arkeolog adalah untuk memperoleh pengetahuan lebih lengkap, yang mana sebuah bangsa akan memberikan perhatian pada obyek-obyek kuno yang diperoleh dari dalam tanah. Bahkan lebih dari itu, baginya arkeologi juga mempunyai peranan dalam usaha menggugah rasa kebangsaan.
Keberadaan RP Soejono dalam menggeluti dunia arkeologi tidak hanya sebatas wacana. Selain bukti pemikiran (wacana) cemerlangnya, RP Soejono sudah berhasil menulis banyak tulisan tentang arkeologi yang tersebat di berbagai media, mengadakan penelitian, dan membimbing mahasiswa, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Dalam menjalaninya, RP Soejono tidak pamrih. Hal itu bisa kita lihat dari salah satu kejadian yang mana ketika itu RP Soejono mendapat bimbingan disertasi salah satu mahasiswa Malaysia. Untuk membimbing calon doktor seperti itu, RP Soejono sebagai pembimbing waktu itu berhak mendapat honor 400.000/mahasiswa. Namun, ternyata pembayaran dari Malaysia melalui bank yang tidak ada cabangnya di Indonesia. Dengan demikian, uang jatah RP Soejono tidak sampai di tangannya. Namun, meski demikian, RP Soejono tidak merasa resah dan menagih kembali akan honor bimbingan tersebut. RP Soejono tetap enjoy, tidak menghiraukan honor tersebut.
Banyak karya-karya yang dihasilkan RP Soejono. Dari beberapa yang penulis telusuri, RP Soejono sampai masa senjanya pun masih mau tetap berkarya dan berbagi. RP Soejono merupakan orang pertama yang menggeluti bidang akreologi—khususnya prasejarah. Hal itu bermula pada tahun 1950. Di tahun 1950, empat mahasiswa Universitas Indonesia, yang terdiri dari Soekmono, Satyawati Soelaiman, Boechari dan Soejono membuat kesepakatan untuk mengambil jurusan sejarah kuno. Soekmono dan Satyawati Soelaiman spesifikasi pada bidang klasik. Boechari memilih bidang epigrafi. Dan RP Soejono bidang prasejarah.
Selain itu, RP Soejono juga rajin memotivasi generasinya untuk selalu tekun dalam menggeluti sejarah, terutama sejarah negeri sendiri. Dalam memotivasi generasinya, ia berharap agar generasi negeri ini tetap menghargai sejarah (masa lampau). Semua ini mungkin salah satu bentuk dari pengejewantahan dari pegangannya yang ia kutip dari cendekiawan Denmark, yang sekaligus gurunya, Worsaae, bahwa bangsa yang menghargai dirinya sendiri dan kemerdekaannya tidak mungkin puas dengan hanya memandang kepada masa kininya. Ia harus memberikan perhatian kepada masa-masa lampaunya. Untuk itu, sejarah harus tetap dan selalu dihargai. Karenanya, sampai ada yang menjulukinya, bahwa RP Soejono adalah “barang langka” dalam dunia prasejarah di negeri ini.
Karya-karya terpopuler RP Soejono bisa kita lihat seperti, Prehistoric Indonesia, Dynamics of Indonesian Story, Netherlands, 1978, Trends in Prehistoric Research in Indonesia, Modern Quaternary Research, 1982, dan Artifacs from Hominid Bearing Formation in Java, makalah, 1984.
Selama hidupnya, berbagai jabatan diduduki RP Soenojo, di mana semua jabatan yang ada semakin menunjukkan bahwa RP Soejono betul-betul bapak prasejarah di tanah air ini. Jabatan-jabatan tersebut di antaranya; Asisten Purbakala pada Dinas Purbakala (1956-1960), Kurator Prasejarah pada Museum Pusat, Jakarta (sejak 1956), Kepala Kantor Cabang II Lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional, Bali (1960-1964), Dosen Luar Biasa pada Universitas Udayana (sejak 1960), Kepala Bidang Prasejarah pada Pust Penelitian Arkeologi Nasional, Jakarta (sejak 1960), Dosen Luar Biasa UGM (sejak 1963) Kepala Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (sejak 1977) dan sebagainya.
Kini, bapak prasejarah tanah air ini sudah mangkat. Siapa pengganti beliau?
0 Response to "RP Soejono, Bapak Prasejarah Tanah Air"
Posting Komentar
Tinggalkan komenrar Anda di sini!