Jika orang dewasa hafal Al-Qur’an (hafidz) itu merupakan hal yang biasa, tapi jika anak kecil yang menjadi hafidz itu baru luar biasa, khususnya di Indonesia ini. Dalam sejarah dunia, bocah cilik yang hafidz, sampai saat ini bisa dihitung dengan jari. Salah satu yang masuk pada hitungan jari tersebut adalah Muhammad Alfin Firmasyah (Alvin), bocah 11 tahun asal Bogor-Indonesia yang sudah hafal lebih dari separuh Al-Qur’an beserta sebagian terjemah dan maksud ayat-ayatnya.
Dengan demikian, tidak heran jika kemudian Alvin mendapat sanjungan dan pujian dari berbagai kalangan, termasuk di antaranya dari Deden M. Makhyaruddin, sang juara 1 MTQ internasional, seraya berkomentar bahwa “Alvin merupakan bocah luar biasa. Hafidz cilik umumnya hanya menghafal saja, tapi lebih dari itu Alvin sudah faham dengan terjemah dan maksud sebagian ayat-ayatnnya, lebih-lebih surat Al-Baqarah dan ayat populer lainnya”.
Seperti yang dituliskan penulis dalam buku ini, bahwa Alvin pada awalnya layaknya bocah pada umumnya. Alvin belajar mengenal bacaan Al-Qur’an ketika berusia lima tahun. Mempelajari Al-Qur’an dari tahap paling bawah dengan Iqra’ jilid I, namun yang membedakan dengan bocah cilik lainnya, Alvin belajar Iqra’ dengan sangat mudah. Dari jilid I melejit ke jilid II, III, dan IV dengan cepat. Istimewanya, di usianya yang lima tahun Alvin dari Iqra’ jilid IV langsung meloncat ke Al-Qur’an tanpa melalui jilid V dan VI, hingga pada usia enam tahun Alvin sudah hafal 4 juz Al-Qur’an (hal. 25-55).
Pencapaian luar biasa tersebut tentunya tidak lepas dari kemampuan dan kegigihan Alvin, keluarga, dan lingkungannya. Dari pembacaan peresensi, setidaknya ada beberapa cara dan rahasia agar seseorang cepat bisa hafal Al-Qur’an layaknya seorang Alvin. Pertama, mengenalkan anak pada Al-Qur’an sejak masih dalam kandungan. Yang dilakukan orang tua Alvin, sejak Sophia Nur Mila, ibu Alvin, dinyatakan hamil, kedua orang tua Alvin langsung tanggap dan memperkenalkan jabang bayinya dengan Al-Qur’an dengan cara senantiasa membacakan Al-Qur’an, baik langsung maupun lewat audio. Di mana ada Sophia Nur Mila, maka di sana juga ada lantunan ayat-ayat Al-Qur’an. (hal. 100).
Kedua, membangunkan anak ketika adzan berkumandang. Membangunkan anak di waktu adzan berkumandang ini untuk melatih dan menancapkan kesadaran religi kepada seorang anak, dengan harapan ketika anak sedah besar nanti, menjadi orang yang taat shalat dan selalu menyegerakan pelaksanaannya tanpa harus diperintah. (hal. 105-110).
Ketiga, rutin mendengarkan lantunan Al-Qur’an. Dalam kasus Alvin ini, awalnya dia sering mendengarkan ayahnya mengaji Al-Qur’an yang menjadi rutinitas pagi. Dari sana, Alvin berkeinginan bisa mengaji seperti ayahnya dengan khas suaranya yang indah dan merdu. Dari sana pula, Alvin setiap pagi ikut menyertai ayahnya yang sedang mengaji, hingga akhirnya Alvin bisa mengaji sendiri dan menghafalnya, tanpa ada paksaan dari siapapun (hal. 52).
Keempat, muraja’ah (mengulang hafalan) di waktu shalat. Menurut orangtua Alvin, mempraktikkan hafalan dalam shalat merupakan cara yang paling efektif untuk menghafal Al-Qur’an. Hafal waktu muraja’ah di luar shalat, tidak menjamin lancar ketika dipraktikkan dalam shalat, tapi kalau menghafalnya sembari shalat, insya allah akan lebih melekat dalam ingatan (hal. 57). Alvin pernah mempraktikkan surat Al-Baqarah dalam shalat Dhuha, hingga menghabiskan waktu hampir dua jam.
Kelima, manajemen waktu. Pengaturan wantu ini sangat penting untuk diperhatikan, lebih-lebih karena yang dihafal adalah Al-Qur’an, di mana menghafal Al-Qur’an itu gampang-gampang susah. Cepat hafal dan cepat lupa pula. Untuk itu, diperlukan continuitas muraja’ah dalam setiap waktu. Orang tua Alvin, melihat anaknya yang masih belia, membagi waktunya dalam sehari-semalam menjadi tiga bagian. Delapan jam untuk menghafal dan membaca Al-Qur’an, depalan jam untuk sekolah dan bermain, dan delapan jam sisanya untuk istirahat (hal. 123).
Buku ini sangat cocok dibaca bagi mereka yang mendambakan sebuah keluarga Qur’ani, yang pastinya bisa mencari inspirasi dari isi buku setebal 206 halaman ini. Dari buku ini kita bisa tahu bagaimana sekiranya metode yang baik untuk menghafal Al-Qur’an. Tidak cuma itu, buku ini juga memotret sekolah tahfidz Durunnafis di Bogor yang didirikan karena terinspirasi dari seorang Alvin. Selamat membaca!
Data Buku
Judul : Hafiz Cilik
Penulis : Tofik Pram
Penerbit : Noura Books, Jakarta
Cetakan : I, Desember 2013
Tebal : 206 halaman
ISBN : 978-602-1606-75-9
*telah dimuat di Radar Surabaya (Minggu, 09 Maret 2014)
0 Response to "Kecil-Kecil Jadi Hafidz"
Posting Komentar
Tinggalkan komenrar Anda di sini!