Sekilas, menjadi seorang guru itu enteng. Tugasnya hanya mengajar dan mengajar. Akan tetapi, sejatinya seorang guru tidaklah hanya bertugas mengajar di dalam kelas. Melainkan, seorang guru juga dituntut untuk bisa memberi contoh kepada murid-muridnya tanpa harus melihat siapa dan di mana ia berada. Untuk itu, tidak keliru jika ada pepatah yang mengatakan; “guru kencing berdiri, murid kencing berlari”.
Berkaitan dengan hal ini Uqbah bin Abi Sufyan pernah menasehati seorang guru seraya baliau berujar; “sebelum engkau memperbaiki anakku, maka pertama kali kamu harus memperbaiki dirimu sendiri. Sebab, matanya masih sangat terikat denan matamu. Jadi, ukuran baik menurut dia adalah apa yang baik dalam pandangannya. Demikian juga sebaliknya, yang jelek dalam pandangan dia adalah yang menurutmu jelek”. Begitulah pesan Uqbah bin Abi Sufyan kepada seorang guru akan pentingnnya keteladanan dari seorang guru.
Jika seorang guru sudah memberi contoh yang baik, maka dengan sendirinya seorang murid akan malu untuk tidak mencontohnya. Ketika seperti inilah kharismatik seorang guru akan tumbuh dengan sendirinya tanpa harus diminta. Karena hubungan emosional antara guru dan murid sangat berpengaruh atas pembentukan karakter anak didik.
Kekharismatikan tidak harus dibangun dengan menjaga jarak dengan murid. Jika antara guru dan murid ada jarak emosional, maka hal itulah yang dapat mematikan kreativitas dan spontanitas siswa dan anak didik dalam berbagai kegiatan.
Berangkat dari semua itu, seorang guru tidak hanya dituntut untuk bisa menyampaikan materi di kelas saja, melainkan dia juga dituntut untuk bisa berfikir bagaimana perkembangan anak didik terhadap nalar materi tersebut—yang salah satu caranya adalah guru bisa menjadi teladan dan teman berfikir anak didiknya di luar kelas.
Sosok Nabi Muhammad saw. kiranya bisa dijadikan contoh bagaimana agar kita menjadi guru panutan (teladan). Nabi Muhammad saw. merupakan sosok yang digugu dan ditiru. Nabi Muhammad saw. bisa menjadi sumber inspirasi dan teladan bagi para sahabat-sahabatnya. Bahkan sampai kini pun Nabi Muhammad saw. merupakan panutan yang belum ada tandingannya. Maka kepada beliaulah kita harus meneladani. Dengan demikian, kita bisa menjadi guru teladan bagi anak didik kita seperti halnya Nabi Muhammad saw. menjadi teladan bagi sahabat-sahabatnya (baca: umatnya).
Bagaimana agar kita bisa menjadi guru teladan? Buku “Guru yang Menakjubkan” bisa menajadi panduannya. Buku setebal 314 yang ditulis oleh Imam Musbikin mengupas tuntas bagaimana agar kita bisa menjadi guru yang berkarakter sebagai guru yang digugu dan ditiru. Dengan membaca buku ini kita akan bisa menakar posisi diri kita masing-masing. Kira-kira sampai di manakah posisi kita sebagai seorang guru? Apakah selama menjadi guru kita hanya berfungsi sabagai pengajar? Ataukah kita juga sudah berusaha untuk mengkomunikasikan pribadi kita kepada anak didik kita?
Untuk menjadi seorang guru yang baik, Imam al-Ghazali menetapkan beberapa kriteria yang harus dipenuhi seorang guru. Baginya, bahwa seorang guru yang dapat diserahi tugas mendidik adalah guru yang cerdas dan sempurna akalnya, baik akhlaknya, dan kuat fisiknya. Karena dengan kesempurnaan akal ia dapat memiliki berbagai ilmu pengetahuan secara mendalam; dengan akhlak yang baik ia dapat menjadi contoh dan teladan bagi para muridnya; dan dengan kuat fisiknya ia dapat melaksanakan tugas mengajar, mendidik, dan mengarahkan anak didiknya (hal. 26).
Permasalahan yang muncul di negeri ini dewasan ini—termasuk dalam ranah pendidikan, bangsa ini memang sedang dilanda degradasi moral. Bangsa ini butuh dan kekurangan figur tauladan yang baik. Jarang kita menemukan seorang figur yang bisa menginspirasi bawahannya (baca: muridnya) untuk memiliki kesadaran hidup menuju ke arah yang lebih baik. Jadi, bisa ditarik kesimpulan bahwa di antara guru yang baik adalah mereka yang bisa mengajar para muridnya menuju perubahan tingkah laku yang lebih baik.
Akhir kata, buku ini sangar cocok untuk dijadikan bahan bacaan dan rujukan bagi mereka yang pastinya ingin memberikan yang terbaik terhadap anak didiknya dan masyarakat sekitar. Penguraiannya pun mengalir tanpa harus mengernyitkan dahi. Selain itu, buku ini juga disertai dalil-dalil pendukung dari al-Qur’an, hadits, pendapat ulama’, kata-kata bijak dan sejeninya, sehingga tidak terkesan mengada-ada.
Biodata Buku
Judul : Guru yang Menakjubkan!
Penulis : Imam Musbikin
Penerbit : Buku Biru, Jogjakarta
Tebal : 314 halaman
Cetakan : I, Februari 2010
Peresensi : Abd. Basid, pustakawan pesantren IAIN Sunan Ampel Surabaya
manntaaaaaaappppppp
BalasHapus