Oleh: Abd. Basid
Tepatnya 3 November 2009 lalu, Kota Pamekasan memperingati hari jadinya yang ke-479. Pamekasan merupakan salah satu
Pada peringatan hari jadi Pamekasan kali ini, Pamekasan menjadikan batik sebagai tema utamanya, dengan tema; “Mempertegas Pamekasan sebagai Kota Batik (di Jawa Timur)”. Pertanyaannya sekarang; begitu yakinkah Pamekasan sebagai Kota Batik, ikon yang baru lahir setelah Kota Pendidikan, Budaya, dan Kota Gerbang Salam?
Pada era tahun 2000-an awal, Pamekasan terkenal dengan sebutan Kota Pelajar (Pendidikan) dan Budaya. Hal ini sinergis dengan maraknya lembaga-lembaga pendidikan di
Waktu itu—bahkan (mungkin) sampai saat ini—Pamekasan lebih lengkap ketimbang kota-kota lainnya (Bangkalan, Sampang, dan Sumenep). Ini terbukti dengan dilengkapinya dengan lembaga-lembaga yang tidak dimiliki
Selain itu, waktu itu, Pamekasan juga dikenal dengan sebutan Kota Budaya. Ini semua, karena banyak tonil dan produk budaya lahir dan dipentaskan di
Setelah itu, pada tahun 2003, Pamekasan mulai merambatkan kotanya untuk menjadi Kota Gerbang Salam (Gerakan Pembangunan Masyarakat Islam). Kebudayaan yang sebelumya, kini mulai disetir untuk bisa sesuai dengan ketentuan syariat Islam. Pertunjukan-pertunjukan yang berbau erotis mulai di rem untuk tidak tampil di
Tidak hanya itu, para budayawan lokal tetap melangasungkan proses kreatifnya. Mereka melakukan simbolisasi Islam dengan panggung mereka sendiri, dengan adanya peragaan busana, fashion, lagu, tarian daerah berbungkus hadrah dan sebagainya.
Tidak cukup denga itu saja, baru-baru ini, Pamekasan ingin memproklamasikan sebagai Kota Batik di Jawa Timur. Banyak baliho terpajang yang mencerminkan pemproklamasian Kota Batik tersebut. Seperti, kalau kita berkunjung ke
Melihat begitu antusiasnya untuk menjadi Kota Batik di Jawa Timur, muncul pertanyaan sederhana; haruskan gelar sebelumnya, Kota Pelajar (Pendidikan), Budaya, dan Gerbang Salam untuk ditinggalkan? Jawaban dari pertanyaan sederhana ini juga akan menentukan kecemerlangan arah masadepan Pamekasan selanjutnya. Untuk itu, Kota Pelajar (Pendidikan), Budaya, dan Gerbang Salam harus tetap dilestarikan tanpa harus mengorbankan salah satunya. Jika tiga gelar tersebut tetap terjaga, maka sempurna sudah Kota Pamekasan—di samping juga sebagai Kota Batik di Jawa Timur.
Kota Pelajar (Pendidikan) untuk masadepan para pemudanya. Kota Budaya, untuk masadepan para punggawa kreatifnya. Kota Gerbang Salam untuk mereka-mereka semua. Dan Kota Batik untuk meningkatkan tingkat perekonomian masyarakatnya. Untuk itu, kiranya eman kalau seumpamanya gelar yang sudah melekat dan mendarah dan mendaging jika hilang begitu saja tanpa dijaga kelanggengannya. Jogja memang juga sebagai Kota Pelajar (Pendidikan), Budaya, dan Batik, akan tetapi Jogja tidak mempunyai Kota Gerbang Salam. Maka dari itu, jika ke depan, empat “kelebihan” Kota Pamekasan ini tetap terjaga, maka tidak menutup kemungkinan Pamekasan—tanpa mengenyampingkan kota-kota lainnya—bisa menjadi
Maka, sangat tidak keliru ketika M. Kutwa Fath, Ketua Dewan Pendidikan Pamekasan meminta agar ikon tersebut tidak ditinggalkan. Dari sisi sejarah, salah satu perguruan tinggi swasta tertua di Madura ada di Pamekasan (Universitas Madura (UNIRA)). Dari sisi prestasi, Pamekasan juga tercatat sebagai satu-satunya
Jika bisa demikian, maka terciptalah Pamekasan dengan masyarakat yang bermoral (Pendidikan), berbudaya (Budaya), bersyariat (Gerbang Salam) dan berindustri (Batik). Semoga!!!
0 Response to "Menatap Masadepan Pamekasan (Madura)"
Posting Komentar
Tinggalkan komenrar Anda di sini!