Oleh: Abd. Basid
“Jawa Timur Park, Taman Belajar dan Rekreasi”, seperti itulah yang penulis temukan di pintu utama Jawa Timur Park (Jatim Park) ketika penulis berkunjung kesana pekan lalu (30/6). Tempat wisata yang terletak di Jl. Kartika 2 Batu-Jawa Timur itu memang tempat wisata yang memadukan antara dunia hiburan dan dunia belajar dalam satu ruang dan satu waktu.
Jatim Park menyediakan berbagai fasilitas, baik yang bersifat rekreatif seperti flying tornado, rumah hantu, kolam renang, rumah sesat dan lain-lain. Dan yang bersifat edukatif seperti Science Park, Agro Park, Reptil Park, Miniatur Candi, Baby Zoo, dan fasilitas pembelajaran lainnya.
Sesuai dengan informasi yang penulis peroleh dari iptek.net.id bahwa kawasan belajar di Jatim Park terdiri dari 12 stand dengan luas sekitar 1000 m2. Berisi alat-alat peraga IPTEK dan karya-karya teknologi inovatif, seperti lorong 1000 bayangan, kultur jaringan, aneka model organ tubuh manusia, bola plasma, dan bola bernaulli.
Di tempat tersebut siswa, mahasiswa, dan masyarakat umum dapat menyaksikan dan mencoba peragaan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga mereka diharapkan dapat memperluas wawasan, memperkaya pemahaman, mengapresiasi temuan-temuan teknologi, dan akhirnya dapat mempercepat proses pemberdayaan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang kelak menjadi unsur penguat dalam kompetitif antar bangsa.
Banyak yang dapat diambil pelajaran ketika pengunjung masuk ke Jatim Park, mulai dari sejarah kerajaan sampai etnis budaya daerah yang ada di Jawa Timur dan mulai dari ilmu pengetahuan alam sampai sosial.
Seperti yang ada di ruangan SC. Biologi, Kimia dan SC. Fisika, Matematika pengunjung akan menemukan semua bentuk pelajaran biologi, kimia, fisika dan matematika yang disertai peraga dan petunjuknya masing-masing. Pengunjung akan tahu seperti apa bentuk pencernaan yang ada pada tubuh manusia, gaya gravitasi, ilmu hitung dan sejenisnya.
Di ruang Diorama Sejarah Bangsa pengunjung akan melihat dan membaca sejarah bangsa Indonesia yang dilengkapi juga dengan gambar-gambar para pahlawan proklamator sampai patung-patung kecil yang menggamabarkan keadaan perjuangan para pahlawan sejarah terdahulu.
Miniatur-miniatur tempat bersejarah juga menghiasinya, seperti miniatur Gapura Asta Tinggi Sumenep, rumah tinggal kiai Kasan Besari Ponorogo, Punden Berudak Kendalisada dan lain sebagainya yang semuanya tidak mungkin penulis sebutkan dalam tulisan pendek ini.
Fosil-fosil binatang purba juga tersaji rapi dengan segala bentuk mulai dari fosil gajah sampai binatang-binatang kecil sejenis semut.
Dengan keberadaan Jatim Park yang seperti itu, bagi penulis Jatim Park dapat memberi peluang besar bagi peserta didik, mulai dari tingkat TK-SMU dan mahasiswa, untuk lebih mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperolehnya, dalam suasana rekreatif dan rileks. Dan sekolah—khususnya—sebagai institusi utama yang mengemban upaya pencerdasan kehidupan bangsa dapat memanfaatkan Jatim Park sebagai media pembelajaran luar kelas (outdoor activity) bagi peserta didiknya.
Fasilitas permainan bisa menjadi alternatif selanjutnya bagi pengunjung untuk me-refresh otak. Mulai dari permainan yang penuh tantangan dan keberanian, seperti flying tornado, rumah hantu, columbus dan sejenisnya, sampai permainan yang tidak mengandug tantangan seperti lembar bola dan lain sebagainya.
Adapun faidah yang dapat penulis—dan mungkin masyarakat umum—ambil dari semua jenis permainan itu adalah, pertama, dzikrul maut (ingat mati). Dengan naik flying tornado, rumah hantu, colombus kita akan ketakutan yang dengan takut kita akan lebih ingat kepada tuhan. Kita akan memikirkan “masa depan” kita dan akan ingat mati (dzikrul maut), yang hal itu memang dianjurkan dalam Islam agar kita senantiasa ingat kepada Allah swt..
Kedua, pelatihan sabar. Dengan adanya antrean sebelum masuk ruangan/arena permainan, pengunjung secara otomatis diharuskan untuk sabar menunggu giliran masuk. Karena kesadaran tertib antre tidak jarang menjadi problem kebanyakan masyarakat. Seperti apa yang terjadi di Probolinggo bulan kemarin (4/7). Pada waktu itu pada penanda tanganan buku rekening tunjangan fungsional (TF) guru non-PNS di lingkungan Depag Kabupaten Probolinggo berlangsung kacau. Semua itu terjadi karena mereka (guru) tidak sabar antre (Jawa Pos, 5/7).
Ketiga, patuh peraturan. Kadang kita tidak bisa sabar untuk menunggu giliran masuk karena antri. Tapi, dengan antre tidak secara langsung kita dilatih bersabar dan mematuhi undang-undang wisata untuk masuk secara bergantian sesuai dengan giliran.
Keempat, nilai toleransi. Dengan kesohoran Jatim Park dan didatanginya banyak orang dari berbagai etnis, baik luar jawa maupun jawa sendiri, kita juga dituntut untuk bisa saling menghormati antar sesama pengunjung. Pengunjung tidak boleh mengganggu atau mencela kebiasaan/budaya etnis lain yang tidak sama dengan kita, selagi tidak melanggar peraturan (negara-agama).
Di Jawa Timur, untuk tempat wisata sejenis di Jatim Park, baru ada di Lamongan, Wisata Bahari Lamongan (WBL). Untuk yang lainnya masih belum. Untuk itu, untuk meningkatkan nilai-nilai plus siswa, mahasiswa, dan masyarakat umum melalui media pembelajaran luar kelas (outdoor activit), mereka diharapkan bisa memanfaatkan akan keberadaan tempat wisata seperti Jatim Park. Dan pemerintah bisa mencanangkan atau menciptakan Jatim Park-Jatim Parak di daerah lain selain di kota Batu dan Lamongan. Karena, selain manfaat yang telah penulis paparkan di atas, tempat wisata seperti Jatim Park juga dapat meningkatkan nilai ekonomi daerah itu sendiri. Jika demikian, maka pendapatan daerah/kota akan bertamabah dan makin maju.
0 Response to "Cerdaskan Anak Didik Bersama Jatim Park"
Posting Komentar
Tinggalkan komenrar Anda di sini!