Oleh: Abd. Basid
Mendengar nama Obama siapa yang tidak mengenalnya. Seluruh dunia pasti mengenal sesosok orang kulit hitam yang pernah berdomisili di Indonesia ini. Barack Husein Obama, begitulah nama lengkapnya, adalah sosok yang berhasil menjadi presiden Amerika Serikat (AS) sejak 2008 sampai sekarang 2010 ini.
Obama lahir di Honolulu, Hawaii, 4 Agustus 1961, dari ayah yang berasal dari Kenya, Obama Sr, dan ibu berkulit putih, Stanley Ann Dunham. Ketika berumur dua tahun, kedua orangtuanya bercerai. Perceraian ini menyebabkan Obama kecil harus berpisah dengan ayahnya. Ayahnya pun kembali ke Kenya, kota asalnya. Pada 1967, Obama Jr (junior) mempunyai bapak baru, mahasiswa East-West Centre asal Indonesia, Lolo Soetoro. Kali ini Obama dan ibunya diboyong ke Jakarta. Dari pasangan ibu dan ayah tirinya ini, Obama mendapat adik seibu bernama Maya Soetoro.
Singkat cerita, sayang, hubungan Lolo-Ann tidak berlangsung lama. Setelah bercerai pada 1972, Ann mengirim Obama pulang ke rumah neneknya di Hawaii. Dan dari situlah perjalanan hidup Obama dimulai hingga sekarang telah berhasil menduduki kursi nomor satu di AS sekaligus menciptakan sejarah baru sebagai orang kulit hitam pertama yang berhasil menjadi presiden AS.
Ketika Obama terpilih menajadi presiden, AS seakan berubah wajah. Mengapa tidak, karena dari awal, sejarah tidak pernah berpihak bahwa presiden AS dari orang kulit hitam, akan tetapi 4 November 2008 menjadi sejarah baru. Obama yang dari orang kulit hitam, orang biasa, dan dari klan tidak terkenal terpilih menjadi presiden AS. Berbeda dengan presiden-presiden sebelumnya, seperti Kennedy, Clinton, dan Bush yang berasal dari kalangan kulit putih dan keturunan konglomerat.
Apa rahasia Obama sehingga berasil mendombrak dan menyihir rakyat AS sehingga mereka percaya bahwa Obama bisa membawa perubahan jika terpilih menjadi presiden AS? Sihir apa yang diselancarkan Obama? Buku “Obama Berbicara: 10 Pidato Paling Memukau” yang ditulis oleh Tri Agus S Siswowiharjo menjawab pertanyaan itu. Buku ini berisi 10 pidato Obama yang paling penting dan memukau, yang tentunya mendapat perhatian dunia. Diawali pidato pertama yang disampaikan Obama pada Konvensi Nasional Partai Demokrat pada tahun 2004 (hal. 35-43). Dari pidato itu Obama mulai dikenal jagat politik Amerika dan dunia. Dalam pidatonya waktu itu, Obama ikut mengantar dan mumuji Jon Kerry sebagai calon presiden dari partai Demokrat dan menghadapi George W Bush dari partai Republik.
Selanjutnya, pidato terakhir adalah pidato Obama ketika meraih Nobel Perdamaian di Oslo, Norwegia, 10 Desember 2009 (hal. 164-181), yang mana Nobel Perdamaian ini menjadi kontroversi karena melihat Obama yang baru lahir di kancah politik. Karena itu, pidato ini sangat ditunggu-ditunggu baik bagi mereka yang pro Obama maupun yang kontra.
Dalam buku ini Tri Agus S Siswowiharjo mengungkap beberapa fakta yang mengantarkan Obama menjadi tokoh besar AS dan berpengaruh. Salah satu kunci sukses Obama adalah pidatonya yang berhasil menyihir rakyat AS—khususnya—dan seluruh dunia.
Melalui tema “change” Obama mampu menyihir dan merubah emosi warga AS dan sekaligus memberikan harapan padanya, yang awalnya pesimis dan sinis karena ulah para elit di era presiden George W. Bush delapan tahun terakhir kala itu.
Karena itu, melalui kekuatan kata-katanya dan perangkat lainnya, Obama berhasil menyihir jutaan rakyat dunia untuk mendukung visi misinya tentang masa depan dan perubahan dan akhirnya ia terpilih menjadi orang nomor satu di AS.
Sepanjang sejarah tidak pernah ada massa yang begitu antusias dan membludak menyambut munculnya Obama untuk menjadi presiden. Lihat saja, pidato Obama 4 November 2008 ketika terpilih menjadi presiden AS, 80.000 massa menghadirinya. Setelah itu, dua setengah bulan kemudian, 20 Januari 2009 Obama dilantik dan apa yang terjadi, lebih dari 1.000.000 orang berkumpul di jantung Kota Wasington dengan penuh suka cita dengan pelantikan bersejaraha itu (hal. 8).
Setidaknya ada 5 elemen yang digunakan Obama dalam menyihir rakyat dunia lewat pidatonya, yang sebetulnya 5 elemen tersebut tidak asing bagi kita, hanya saja kadang kita tidak menyadari akan penggunaan itu. Lima elemen tersebut dalam ilmu komonekasi dikenal dengan 5 C; Complete (lengkap), Concise (singkat padat), Consideration (amunisi) Clarity (jelas) dan Courtesy (santun) (hal. 17-18).
Dalam beberapa debat, Obama selalu mampu menyuguhkan gagasannya secara lengkap dan koheren (complete). Tidak parsial dan sepotong-sepotong. Selain itu, dalam penyampaiannya ia tidak bertela-tele. Obama sadar akan efesiensi waktu sangat penting, sehingga ia tidak mengumbar waktu begitu saja. Akan tetapi Obama menggunakan waktu yang ada dengan penyapaian pidatonya yang singkat dan padat (concise).
Selanjutnya Obama juga tampil dengan amunisi yang lengkap (consideration). Ia tahu apa yang ada di benak rakyat. Obama selalu berusaha memahami apa kebutuhan pendengarnya—dengan pilihan kata dan rajutan kalimat dengan penuh presisi (clarity). Sehingga setiap jejak dan gagasannya mampu terekspresikan dengan penuh dan jelas. Apalagi ditambah lagi dengan penyampaian Obama yang begitu santun (courtesy). Alunan kalimatnya yang membasahi bibirnya sungguh persuasif dan menumbuhkan respek. Dengan demkikan, maka tidak heran jika AS dan dunia begitu kagum dan menaruh hormat dengan sikap santun dan persuasi yang ditunjukkan Obama.
Akhir kata, buku ini sangat cocok untuk dimiliki dan dibaca oleh banyak kalangan, seperti para orator, politikus, tokoh dan termasuk juga para pelajar (mahasiswa)—karena setiap kalimat yang dikeluarkan Obama, tak lain juga terkandung himpunan inpirasi yang memotivasi setiap orang untuk bangkit dan berubah.
*Resensi ini telah dimuat di Malang Post (10/10/2010)
Data Buku
Judul : Obama Bicara: 10 Pidato Paling Memukau
Penulis : Tri Agus S Siswowiharjo
Penerbit : Leutika, Yogyakarta
Cetakan : I, Maret 2010
Tebal : xvi + 200 halaman
ISBN : 987-602-859-34-0
Harga : Rp. 38.000,00
Mendengar nama Obama siapa yang tidak mengenalnya. Seluruh dunia pasti mengenal sesosok orang kulit hitam yang pernah berdomisili di Indonesia ini. Barack Husein Obama, begitulah nama lengkapnya, adalah sosok yang berhasil menjadi presiden Amerika Serikat (AS) sejak 2008 sampai sekarang 2010 ini.
Obama lahir di Honolulu, Hawaii, 4 Agustus 1961, dari ayah yang berasal dari Kenya, Obama Sr, dan ibu berkulit putih, Stanley Ann Dunham. Ketika berumur dua tahun, kedua orangtuanya bercerai. Perceraian ini menyebabkan Obama kecil harus berpisah dengan ayahnya. Ayahnya pun kembali ke Kenya, kota asalnya. Pada 1967, Obama Jr (junior) mempunyai bapak baru, mahasiswa East-West Centre asal Indonesia, Lolo Soetoro. Kali ini Obama dan ibunya diboyong ke Jakarta. Dari pasangan ibu dan ayah tirinya ini, Obama mendapat adik seibu bernama Maya Soetoro.
Singkat cerita, sayang, hubungan Lolo-Ann tidak berlangsung lama. Setelah bercerai pada 1972, Ann mengirim Obama pulang ke rumah neneknya di Hawaii. Dan dari situlah perjalanan hidup Obama dimulai hingga sekarang telah berhasil menduduki kursi nomor satu di AS sekaligus menciptakan sejarah baru sebagai orang kulit hitam pertama yang berhasil menjadi presiden AS.
Ketika Obama terpilih menajadi presiden, AS seakan berubah wajah. Mengapa tidak, karena dari awal, sejarah tidak pernah berpihak bahwa presiden AS dari orang kulit hitam, akan tetapi 4 November 2008 menjadi sejarah baru. Obama yang dari orang kulit hitam, orang biasa, dan dari klan tidak terkenal terpilih menjadi presiden AS. Berbeda dengan presiden-presiden sebelumnya, seperti Kennedy, Clinton, dan Bush yang berasal dari kalangan kulit putih dan keturunan konglomerat.
Apa rahasia Obama sehingga berasil mendombrak dan menyihir rakyat AS sehingga mereka percaya bahwa Obama bisa membawa perubahan jika terpilih menjadi presiden AS? Sihir apa yang diselancarkan Obama? Buku “Obama Berbicara: 10 Pidato Paling Memukau” yang ditulis oleh Tri Agus S Siswowiharjo menjawab pertanyaan itu. Buku ini berisi 10 pidato Obama yang paling penting dan memukau, yang tentunya mendapat perhatian dunia. Diawali pidato pertama yang disampaikan Obama pada Konvensi Nasional Partai Demokrat pada tahun 2004 (hal. 35-43). Dari pidato itu Obama mulai dikenal jagat politik Amerika dan dunia. Dalam pidatonya waktu itu, Obama ikut mengantar dan mumuji Jon Kerry sebagai calon presiden dari partai Demokrat dan menghadapi George W Bush dari partai Republik.
Selanjutnya, pidato terakhir adalah pidato Obama ketika meraih Nobel Perdamaian di Oslo, Norwegia, 10 Desember 2009 (hal. 164-181), yang mana Nobel Perdamaian ini menjadi kontroversi karena melihat Obama yang baru lahir di kancah politik. Karena itu, pidato ini sangat ditunggu-ditunggu baik bagi mereka yang pro Obama maupun yang kontra.
Dalam buku ini Tri Agus S Siswowiharjo mengungkap beberapa fakta yang mengantarkan Obama menjadi tokoh besar AS dan berpengaruh. Salah satu kunci sukses Obama adalah pidatonya yang berhasil menyihir rakyat AS—khususnya—dan seluruh dunia.
Melalui tema “change” Obama mampu menyihir dan merubah emosi warga AS dan sekaligus memberikan harapan padanya, yang awalnya pesimis dan sinis karena ulah para elit di era presiden George W. Bush delapan tahun terakhir kala itu.
Karena itu, melalui kekuatan kata-katanya dan perangkat lainnya, Obama berhasil menyihir jutaan rakyat dunia untuk mendukung visi misinya tentang masa depan dan perubahan dan akhirnya ia terpilih menjadi orang nomor satu di AS.
Sepanjang sejarah tidak pernah ada massa yang begitu antusias dan membludak menyambut munculnya Obama untuk menjadi presiden. Lihat saja, pidato Obama 4 November 2008 ketika terpilih menjadi presiden AS, 80.000 massa menghadirinya. Setelah itu, dua setengah bulan kemudian, 20 Januari 2009 Obama dilantik dan apa yang terjadi, lebih dari 1.000.000 orang berkumpul di jantung Kota Wasington dengan penuh suka cita dengan pelantikan bersejaraha itu (hal. 8).
Setidaknya ada 5 elemen yang digunakan Obama dalam menyihir rakyat dunia lewat pidatonya, yang sebetulnya 5 elemen tersebut tidak asing bagi kita, hanya saja kadang kita tidak menyadari akan penggunaan itu. Lima elemen tersebut dalam ilmu komonekasi dikenal dengan 5 C; Complete (lengkap), Concise (singkat padat), Consideration (amunisi) Clarity (jelas) dan Courtesy (santun) (hal. 17-18).
Dalam beberapa debat, Obama selalu mampu menyuguhkan gagasannya secara lengkap dan koheren (complete). Tidak parsial dan sepotong-sepotong. Selain itu, dalam penyampaiannya ia tidak bertela-tele. Obama sadar akan efesiensi waktu sangat penting, sehingga ia tidak mengumbar waktu begitu saja. Akan tetapi Obama menggunakan waktu yang ada dengan penyapaian pidatonya yang singkat dan padat (concise).
Selanjutnya Obama juga tampil dengan amunisi yang lengkap (consideration). Ia tahu apa yang ada di benak rakyat. Obama selalu berusaha memahami apa kebutuhan pendengarnya—dengan pilihan kata dan rajutan kalimat dengan penuh presisi (clarity). Sehingga setiap jejak dan gagasannya mampu terekspresikan dengan penuh dan jelas. Apalagi ditambah lagi dengan penyampaian Obama yang begitu santun (courtesy). Alunan kalimatnya yang membasahi bibirnya sungguh persuasif dan menumbuhkan respek. Dengan demkikan, maka tidak heran jika AS dan dunia begitu kagum dan menaruh hormat dengan sikap santun dan persuasi yang ditunjukkan Obama.
Akhir kata, buku ini sangat cocok untuk dimiliki dan dibaca oleh banyak kalangan, seperti para orator, politikus, tokoh dan termasuk juga para pelajar (mahasiswa)—karena setiap kalimat yang dikeluarkan Obama, tak lain juga terkandung himpunan inpirasi yang memotivasi setiap orang untuk bangkit dan berubah.
*Resensi ini telah dimuat di Malang Post (10/10/2010)
Data Buku
Judul : Obama Bicara: 10 Pidato Paling Memukau
Penulis : Tri Agus S Siswowiharjo
Penerbit : Leutika, Yogyakarta
Cetakan : I, Maret 2010
Tebal : xvi + 200 halaman
ISBN : 987-602-859-34-0
Harga : Rp. 38.000,00
0 Response to "Membaca Sihir Pidato Obama*"
Posting Komentar
Tinggalkan komenrar Anda di sini!