Oleh: Abd. Basid
“Nal …! Kapan kamu mau mudik ke tempat kelahiranmu?” Tanya Arif pada Zainal. “ngak rif, aku ngak mau mudik, aku disini aja” Zainal menjawab pertanyaan Arif. “kok ngak mau mudik ? bukannya besok lusa kita libur panjang? apakah kamu tidak kangen sama keluargamu? ” Arif bertanya untu k kedua kalinya “Iya… sih, dan bukannya aku ngak kangen sama mereka, tapi liburan minggu ini kayaknya tanggung untuk berlibur kerumah ” Zainal coba memberi alasan. Rumah Zainal memang jauh dari tempat ia kuliah, ia kuliah di salah satu Universitas di kota pahlawan Surabaya, sedangkan rumahnya di lampung sana, ongkos untuk pulang kesana tidak cukup 50-100 ribu, sedangkan dia dalam setiap harinya hidup serba pas-pasan. Dia masih beruntung masih bisa melanjutkan sekolah sampai sekarang, dan itu karena dia dapat Beasiswa. “tapi nal, anak-anak pada mau pulang semua, kamu sendirian dong disini!” Arif bertanya lagi, karena tidak mau temannya itu kesepian di tempat yang ramai. “Emangnya kamu juga mau pulang tah? Kapan kamu mau pulang ke
***
Di ufuk barat
***
Di pagi yang diawali rintik-rintik hujan, terdengar lantunan takbir dan ajakan bagi kaum muslimin untuk melaksanakan salat ied, lantunan itu terdengar dari menera masjid. Zainal beranjak dari tempat tidurnya menuju masjid meskipun rintik-rintik hujan belum reda. Usai salat ied Zainal langsung pulang ke kosannya, sesampainya disana dia langsung melemparkan tubuhnya di atas kasur yang sederhana itu. “Wahai bunda! Sampean sedang apa sekarang? Semoga sampean baik-baik aja, aku merindukanmu bunda!” Zainal melamun. “Tapi gimana ya cara mengobati rasa rinduku, sedangkan aku jauh dari mereka?” Zainal tetap dalam lamunannya. “O iya! Beli kartu perdana!” Zainal bangun dari lamunannya karena idenya itu. “Tapi, dari mana aku dapat membelinya, sedangkan uangku hanya cukup untuk makan, dan meskipun aku bisa membelinya mau pakek HP apa? Aku
***
Semilir angin menggoyangkan dedaunan, seakan ikut prihatin dengan keadaan yang ada pada Zainal. Disiang itu Zainal duduk di bawah pohon rindang dekat kosannya untuk menghilangkan rasa gelisahnya sambil mencari solusi agar supaya rasa rindu pada bundanya cepat hilang, karena kalau tidak begitu dapat mengganggu konsentrasinya dalam belajar, meskipun hal itu amat berat bagi Zainal untuk melepaskan begitu saja. Tak terasa Zainal ada inisiatif untuk menulis
Untuk: Bunda dan keluarga di rumah
Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Bunda!
Aku tidak kecewa dengan apa yang diberikanmu padaku meskipun aku tidak seperti mereka
Ku berjanji akan melakukan yang terbaik untukmu
Bunda!
Aku merindukanmu
Bunda!
Do’aku selalu menyertaimu
Bunda!
Di hari raya dan hari ibu ini ku tak bisa pulang
Ku hanya bisa mengucap “minal aidzin wal faidzin”
Semoga Bunda tetap dalam lindungan dan rahmat Allah
Amin, amin, amin ya rabbal alamin.
Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh
conk....
BalasHapusvery nice story
BalasHapus