tag:blogger.com,1999:blog-21915108638812744422024-03-05T17:04:05.058-08:00Pena PagiAbd. Basidhttp://www.blogger.com/profile/08778188291772369198noreply@blogger.comBlogger267125tag:blogger.com,1999:blog-2191510863881274442.post-20831232765722896492016-04-10T01:19:00.002-07:002016-05-03T18:30:15.305-07:00Buku, Investasi Dunia-Akhirat<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-left: 0px; margin-right: 0px; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjr5Ez1IK8q3Ft7Rsh5Kdxin-7Ce9AsTqLAIA1tNLhcdpt1M6pdWvrzuSkRxLq0lrB6Gg45s1yNmY3jzr98dQCIUfY5rtZzHiUlKDFA4ZZ4nbKUhWk1xMmBznLsuqdtlHa9Clgz5ACdG-EQ/s1600/Koleksi+Buku+%2528httpwww.micpublishing.co.id%2529.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjr5Ez1IK8q3Ft7Rsh5Kdxin-7Ce9AsTqLAIA1tNLhcdpt1M6pdWvrzuSkRxLq0lrB6Gg45s1yNmY3jzr98dQCIUfY5rtZzHiUlKDFA4ZZ4nbKUhWk1xMmBznLsuqdtlHa9Clgz5ACdG-EQ/s640/Koleksi+Buku+%2528httpwww.micpublishing.co.id%2529.jpg" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"></td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
“Belilah buku selagi mampu dan bisa, meskipun belum tahu kapan mau dibaca”, demikian kata salah satu dosen penulis ketika kuliah dulu. Kata-kata tersebut masih terus membekas di ingatan penulis hingga kini, bahkan mungkin hingga nanti. Sekilas, mungkin—menurut sebagian orang—kata-kata tersebut kurang mendidik karena hanya menekankan pada “beli” tidak pada “baca”. Namun, jika direnungkan lebih dalam kata tersebut bisa menjadi “azimat” yang layak dijadikan pegangan untuk menciptakan dan menumbuhkan minat baca dan cinta buku, khususnya untuk generasi mendatang, anak-anak dan keluarga kita di rumah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Memang, membaca buku tidak harus membeli dan memilikinya, bisa meminjam, baca di perpustakaan, taman baca, dan sejenisnya, namun setidaknya, buku yang kita beli dan kita miliki bisa menjadi koleksi dan dirujuk/dibaca kembali ketika dibutuhkan lagi, baik oleh kita sendiri maupun anak-anak, keluarga, saudara, dan tetangga kita. Bahkan meski kita sudah tiada, buku yang kita miliki bisa dinikmati generasi setelah kita. Untuk itu, tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa buku adalah investasi dunia dan akhirat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mengapa demikian? Membaca dan mengoleksi banyak buku merupakan sebuah investasi yang sangat berharga selain investasi emas, uang, dan sejenisnya. Selain itu, memiliki banyak buku berarti kita telah memiliki tambahan pengetahuan yang sebelumnya tidak kita ketahui secara langsung. Informasi yang kita dapat dari membaca (buku) menjadi valid, sistematis, dan refresentatif, tidak sekedar info katanya, katanya, dan katanya saja.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selanjtunya, kaitannya dengan investasi akhirat, sudah barang pasti, buku yang kita baca dan kita punya bisa bermanfaat bagi generasi setelah kita, dengan meminjam, membaca, dan mengamalkannya. Dengan demikian, tidak secara langsung kita sudah dikatakan ikut andil dalam menciptakan dan mencerdaskan anak bangsa lewat buku yang kita tinggalkan. Hal inilah yang dalam hadis Nabi disebut sebagai salah satu amal yang terus mengalir meskipun orangnya sudah meninggal dunia. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim disebutkan “<i>idza mata ibnu Adam Ingkatha’a ‘amaluh illa min tsalatsin; shadatin jariyatin, aw ‘ilmin yantafi’u bih, aw waladin shalih yad’u lah</i>” (apabila anak Adam (manusia) telah meninggal dunia, maka terputuslah semua amalnya, kecuali tiga perkara yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakan kedua orangtuanya). Peninggalan buku yang kita miliki dan dibaca atau diamalkan oleh generasi yang kita tinggalkan di dunia termasuk pada kategori yang kedua, yaitu ilmu yang bermanfaat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selain dengan membaca buku dan mengoleksinya, investasi di atas juga bisa dengan menulis buku, baik berupa gagasan, pendapat, cerita, dan sejenisnya—yang menurut sebagian penulis jalan ini dikatakan sebagai jalan sunyi dan keabadian. Pramoedya Ananta Toer—yang lebih dikenal dengan sebutan Pram—mengatakan, “menulis adalah bekerja untuk keabadian”. Dalam hal ini, Imam Al-Ghazali pernah berujar; “jika kau bukan anak raja dan bukan pula putra ulama’, maka menulislah”. Perkataan Pram dan Al-Ghazali oleh banyak orang difahami sebagai pepatah keabadian, dalam artian jika bisa menulis dan menghasilkan sebuah karya tulis, maka nama dan eksistensi penulis akan abadi meski orangnya sudah tiada. Namun, lebih dari itu, hemat penulis pepatah di atas tidak sekedar keabadian diri, tapi juga sebagai proses penanaman bibit untuk kemudian kita nikmati di kemudian hari hingga akhir hayat, bahkan juga bisa kita wariskan ke anak-cucu, baik warisan untuk kehidupan di dunia maupun untuk kehidupan di akhirat, seperti royalti dari penjualan buku maupun keteladanan hidup yang bisa dicontoh untuk kemudian dilestarikan sebagai kebiasan hidup dalam keluarga.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pepatah mengatakan, “buah jatuh tidak jauh dari pohonnya”. Jika orangtua biasa membaca, menulis, dan menerbitkan buku, maka cita-cita anak dan keturunanya sedikit-banyak akan mempunyai kecenderungan yang sama. Hal ini bisa dilihat, sebagai contoh kecil, keluarga pendiri <i>Forum Lingkar Pena</i> (FLP), Helvi Tiana Rosa dan adiknya Asma Nadia. Dari masing-masing keluarga kakak beradik ini lahir generasi penerus yang semuanya satu aliran yaitu berdakwah dengan pena (<i>bi al-qalam</i>). Bisa kita lihat, Putri Salsa dan Adam Putra Firdaus, dua anak Asma Nadia yang masih remaja sudah menghasilkan belasan karya buku. Abdurahman Faiz, putra Helvi Tiana Rosa, pandai berpuisi dengan berbagai karyanya dan adiknya, Nadya Paramitha, juga suka menulis.'</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Banyak buku-buku dari generasi dan keluarga dua bersaudari ini yang <i>best seller</i> dan dan royaltinya diperuntukkan untuk kaum papa. Seperti buku <i>Emak Ingin Naik Haji</i> (Asma Nadia Publishing House) karya Asma Nadia. Royalti penjualan buku ini diperuntukkan untuk kaum <i>emak-emak</i> yang tidak mampu untuk diberangkatkan ke tanah suci Makkah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEin4otyMIf05Vj_uhaFkYytQSWCJ2Y-QOy89gSxqnszcQ0S5qp66OqH4m_IAOvc8XJ0cWFkiIpbZj1Dvpyrj9WwhvIP5TlXHbk_UOmpogbC_WZNNojm8ffcT1sPaQuDOHtJXkCyEUXK4EfC/s1600/Investasi+BUku.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="315" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEin4otyMIf05Vj_uhaFkYytQSWCJ2Y-QOy89gSxqnszcQ0S5qp66OqH4m_IAOvc8XJ0cWFkiIpbZj1Dvpyrj9WwhvIP5TlXHbk_UOmpogbC_WZNNojm8ffcT1sPaQuDOHtJXkCyEUXK4EfC/s640/Investasi+BUku.jpg" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sumber Foto: sastrahelvy.com</td></tr>
</tbody></table>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgtLjrqgq6Oj2SwN0JBjlBGfAixruDetfdxiF1O8qS1qclQejiH_lVHTNewoNCrjgQSeuYy2zz-27p8Li89GhJJUFZT1mgS5nB8KIQpRvQDukioBc199fuAvBzROgGq0kIG17AwR_cJFLdT/s1600/Penulis.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgtLjrqgq6Oj2SwN0JBjlBGfAixruDetfdxiF1O8qS1qclQejiH_lVHTNewoNCrjgQSeuYy2zz-27p8Li89GhJJUFZT1mgS5nB8KIQpRvQDukioBc199fuAvBzROgGq0kIG17AwR_cJFLdT/s640/Penulis.jpg" width="640" /></a></div>
Ada juga Ahmad Fuadi, dari buku <i>best seller</i>-nya, <i>Negeri 5 Menara</i> (Gramedia Pustaka Utama), dia menyalurkan royalti penjualan bukunya untuk yayasan sosial, Komunitas Menara, sebuah yayasan sosial yang bercita-cita ingin memajukan pendidikan anak bangsa, khususnya yang kurang mampu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di Boyolali ada KH. Mohammad Sholikhin, sebagian royalti buku <i>Ternyata Menikah itu Asyik!</i> (Mutiara Media) disalurkan untuk kegiatan pendidikan, sosial, dan keagamaan, seperti pengelolaan masjid, majlis ta’lim, hingga beasiswa bagi mereka yang tidak mampu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari sini, sangat beralasan jika buku merupakan investasi yang bisa membuat seseorang menjadi kaya di dunia dan akhirat. Kaya dalam segala-galanya. Kaya ilmu, wawasan, imajinasi, dan ide, karena menjadi sebuah keniscayaan bagi seorang penulis sebelum berkarya mau tidak mau harus membaca. Tulisan bagus hanya akan lahir dari penulis yang lahap banyak baca.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Seseorang bisa menjadi kaya karena dia bisa memberikan pemikiran kepada orang lain. Orang yang memberi pasti lebih kaya daripada yang diberi. Dalam hadis Nabi disebutkan bahwa tangan di atas (pasti) lebih baik dari tangan yang di bawah (<i>al-yad al-‘ulya khairun min al-yad al-sufla, al-‘ulya hiya al-munfiqat wa al-sufla hiya al-sailat</i>).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sejenak mengintip (hasil) investasi para penulis buku, masih ingat penulis buku Lupus? Mengutip catatan M. Anwar Djaelani dari situs <i>firman-its.com</i>, Hilman menerima Rp 800 juta dalam lima tahun penerbitan bukunya, Lupus. Habiburrahman el-Shirazy, lewat <i>Ayat-Ayat Cinta 1</i>, telah menerima Rp 1,5 miliar untuk ratusan ribu buku yang terjual kurang dari empat tahun. Mohammad Fauzil Adhim, penulis yang lekat dengan tema pernikahan dan parenting itu, dengan buku <i>Kupinang Engkau dengan Hamdalah</i>, yang telah terjual 100.000 eksemplar, mendatangkan royalti antara Rp 15 juta – Rp 25 juta per bulan. Pipit Senja, dari aktivitas menulisnya, konon, Pipiet memperoleh royalti sekitar Rp 30 juta per tiga bulan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Itu baru investasi duniawi yang kemudian menjadi sebuah keniscayaan menuju investasi <i>ukhrawi</i>. Meminjam bahasanya Tasaro GK, ada harga yang jauh lebih bermakna dibanding sebuah label “penulis”, satu orang saja berubah karena tulisan kita, maka takdir akan memberikan keajaiban.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Alangkah indahnya fakta dan realita buku seperti di atas. Ibarat pepatah; “menyelam sambil minum air”, begitu juga dengan buku. Membaca di samping juga mendapatkan kepuasan jiwa juga dapat tambahan pengetahuan yang bisa menjadi bekal di akhirat nanti. Membeli buku selain mempermudah membaca juga bisa bermanfaat bagi orang sekitar yang merupakan amal yang abadi hingga akhirat nanti. Menulis selain mendatangkan royalti berlimpah juga menjadi wadah berbagi dari ilmu yang kita dapat dan tidak lain sebagai manifestasi ilmu yang bermanfaat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pembaca yang budiman, tunggu apa lagi? Investasi buku atau harta <i>an sich</i>?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: right;">
<i><b>*Telah dimuat di Harian Radar Bromo (Minggu, 10 April 2016)</b></i></div>
Abd. Basidhttp://www.blogger.com/profile/08778188291772369198noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2191510863881274442.post-10699157923665336982014-08-12T09:05:00.001-07:002014-12-22T01:09:09.941-08:00Kriteria Teman Sejati<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj4NTTlnTRZmHdYfs_Pg8knS5Jyg4UMDkiW9GznNoEswdCwU3F9gJ_hyphenhyphenvblrsSykTKK5yeHZEtCtioqejlwlgaOy0LdYkNWbRdT82JzJ9UVF1pH90Qp2nFMNFUB6cnfNnKIsyU3wlq445gU/s1600/Cover+Buku+Temanmu,+Bahagiamu.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj4NTTlnTRZmHdYfs_Pg8knS5Jyg4UMDkiW9GznNoEswdCwU3F9gJ_hyphenhyphenvblrsSykTKK5yeHZEtCtioqejlwlgaOy0LdYkNWbRdT82JzJ9UVF1pH90Qp2nFMNFUB6cnfNnKIsyU3wlq445gU/s320/Cover+Buku+Temanmu,+Bahagiamu.jpg" height="200" width="145" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
MANUSIA sebagai makhluk sosial pasti tidak akan lepas dari interaksi antara satu sama lain. Dari interaksi itulah terjadi saling mengenal, dan bahkan saling mencinta.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Karena itu, manusia tidak bisa hidup sendirian, jauh dari “peradaban.” Dengan kata lain, kehadiran seorang teman atau pendamping menjadi sebuah kebutuhan yang tidak bisa dielakkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Meskipun demikian, bukan berarti setiap orang bisa menjadi teman. Untuk kemapanan sebuah interaksi, dibutuhkan seorang teman yang tidak sembarang teman. Alangkah indahnya jika orang yang kita jadikan teman adalah mereka yang mempengaruhi kita dalam kebaikan, bukan sebaliknya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Buku “Teman, Bahagiamu: Langkah Pasti Menemukan Teman Sejati” bisa dan cocok menjadi referensi untuk mencari teman sejati yang senantiasa mengingatkan kita kepada Allah, menjadi motivator dalam berbuat kebaikan, dan mencegah dari hal-hal yang dibisikkan setan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mencari teman sejati ini penting karena jika kita salah memilih teman, maka akibatnya pergaulan, sikap, dan perkataan kita bisa tak terkontrol dan menyimpang dari tatakrama dan etika semestinya. Lebih-lebih di zaman modern yang penuh dengan fitnah, di mana apa-apa gampang terjadi dan segalanya mudah terfasilitasi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagai solusi untuk mencari teman sejati, buku ini menguraikan bagaimana semestinya kita mencontoh pribadi Rasulullah SAW dalam memilih teman. Mulai dari yang paling sederhana hingga teman yang akan kita jadikan pasangan hidup abadi, di dunia dan akhirat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ada beberapa tips yang dipaparkan penulis buku ini untuk memilih dan mencari teman sejati. Sejauh pengamatan peresensi, setidaknya ada tiga hal yang harus diperhatikan. Pertama, tidak berteman dengan orang jahat. Ketidakbolehan bergaul dengan orang jahat ini dikarenakan khawatir kita terpengaruh terhadap perilaku jahat yang mereka lakukan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Teman yang tidak baik (jahat) memililiki bahaya yang sangat besar, bahkan bisa menyebabkan seseorang berpaling dari agamanya dan terjebak dalam kemaksiatan dan perbuatan buruk. Seperti yang digambarkan dalam kisah Al-Qur’an surat Al-Furqan: 27-29 (hal. 44).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kedua, bergaul dengan orang shalih. Pentingnya berteman dengan orang shalih ibarat seseorang yang sedang duduk bersama penjual minyak wangi. Meskipun ia tidak memakai parfum, maka ia pasti akan kecipratan harum wewangiannya. Begitu juga, anjuran berteman dengan orang shalih ini dengan harapan nantinya bisa kecipratan amal baiknya sehingga kita bisa semakin dekat dengan Allah dan suka beramal shalih. Dalam hal ini Rasulullah bersabda, “seseorang akan bersama dengan yang dicintai” (HR. Bukhari). Dengan demikian, siapa yang berteman dan mencitai orang shalih, maka ia nanti akan dibangkitkan besama mereka (hal. 107).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ketiga, selektif memilih orang-orang dekat. Dalam artian tidak sembarangan memilih orang-orang atau sesuatu yang senantiasa berada di sekeliling kita, seperti memilih pasangan hidup, pembantu, tetangga, sopir, dan bahan bacaan. Mereka semua adalah teman dekat kita yang bersentuhan langsung dalam kehidupan sehari-hati.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk itu, kita harus hati-hati dalam memilihnya. Istri-suami, pembantu, tetangga, sopir, dan buku yang baik adalah mereka yang mengingatkan kita kepada Allah, sunnah Rasul, dan segala sesuatu yang bermanfaat bagi agama, dunia, dan negara (hal. 145-170).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tidak sekedar tips, buku ini juga memberikan sifat dan kriteria teman sejati, yang secara sederhana bisa dicirikan; pertama, teman sejati akan senantiasa mendoakan dan memintakan ampun untuk temannya. Hal ini seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah yang dengan senang hati mendoakan sahabat Abbad di saat Rasulullah mendengarnya membaca Al-Qur’an dan shalat di masjid, seraya ia berdoa “semoga Allah merahmati orang itu (Abbad). Sunguh ia telah mengingatkan aku tentang ayat ini dan itu yang aku telah lupa dari surat ini dan itu” (HR. Bukhari).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kedua, teman sejati akan mengingatkan kita kepada Allah. Seperti kisah Abu Bakar ketika bersama Rasulullah SAW di gua Hira’ bahwasanya ketika rasa takut mulai merasuk ke dalam diri Abu Bakar karena di kepung orang kafir Quraisy, Rasulullah berkata kepada Abu Bakar, janganlah bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ketiga, teman sejati akan mengingatkan temannya kepada kitab Allah. Atas perhatian ini, Umar bin Khattab lebih memilih para menteri dalam pemerintahannya dari mereka para penghafal Al-Qur’an dengan harapan mereka bisa senantiasa mengingatkannya kepada Allah dan menjelaskan makna-makna Al-Qur’an.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk menguatkan semua pemaparan dalam buku ini, penulis menyajikan contoh-contoh pertemanan para sahabat, tabi’in, dan tabiit tabi’in serta pengaruh yang ditimbulkannya. Misalnya, seperti Imran bin Hattan, salah seorang tabi’in, yang pada akhirnya menjadi pencela Ali bin Abi Thalib akibat pertemanannya dengan perempuan cantik bermadzhab khawarij.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kisahnya, pada awalnya Imran bin Hattan adalah lelaki Sunni dan mempunyai akhlak mulia, namun setelah menikah dengan sepupunya yang bermadzhab khawarij, dia terpengaruh dan pindah aliran menjadi khawarij, sehingga ia sering mencela Ali bin Abi Thalib dengan syair-syair gubahannya (hal. 10).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagai testimoni, buku ini sangat cocok untuk dijadikan bahan bacaan bagi semua kalangan, lebih-lebih di zaman modern ini di mana segala interaksi dan hubungan sosial antar sesama semakin komplek dan sangat sensitif. Selamat membaca! (*)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Data Buku</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Judul: Temanmu, Bahagiamu</div>
<div style="text-align: justify;">
Penulis: Syekh Mustafa Al-Adawi</div>
<div style="text-align: justify;">
Penerjemah: Muh. Arbi Thalib</div>
<div style="text-align: justify;">
Penerbit: Tinta Medina, Solo</div>
<div style="text-align: justify;">
Cetakan: I, Desember 2013</div>
<div style="text-align: justify;">
Tebal: xiv + 170 halaman</div>
<div style="text-align: justify;">
ISBN: 978-602-9211-94-8</div>
<div style="text-align: right;">
<i><b>*telah dimuat di <a href="http://www.santrinews.com/Buku/1558/Kriteria-Teman-Sejati" target="_blank">Santri News.com</a></b></i></div>
Abd. Basidhttp://www.blogger.com/profile/08778188291772369198noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2191510863881274442.post-23502133985696202682014-03-31T00:11:00.003-07:002014-03-31T00:15:43.699-07:00Menjaga Lidah yang Tak Betulang<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiIfgNDOGF1dBI-_TjcgNzMime-LoA5ptchk6rDKC09SDiHUJv0qco3yICsGLgdwF8DVwunq46EELUJxbEdBTRWIOqYLPJ3MnsfKtVOHEOC8oYg8dFZqVUb1wzwFHmm4LnSpUCpAj2i2pk9/s1600/Cover+Buku+Dosa-Dosa+Lidah.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiIfgNDOGF1dBI-_TjcgNzMime-LoA5ptchk6rDKC09SDiHUJv0qco3yICsGLgdwF8DVwunq46EELUJxbEdBTRWIOqYLPJ3MnsfKtVOHEOC8oYg8dFZqVUb1wzwFHmm4LnSpUCpAj2i2pk9/s320/Cover+Buku+Dosa-Dosa+Lidah.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><b>“Lidah</b></span> itu tidak bertulang, tapi (bisa) lebih tajam dari pedang”. Kiranya, itulah simpulan dan inti dari buku <i>Dosa-Dosa Lidah dalam Perspektif Al-Qur’an dan Hadits</i> karya Said bin Ali bin Wahf Al-Qahtani ini. Artinya, seseorang bisa hidup dalam lembah kenistaan dan kesusahan jika ia tidak mampu menjaga lidahnya. Sebaliknya, seseorang akan hidup mulia karena mampu menjaganya sehingga yang keluar darinya hanya kata-kata yang baik dan terpuji.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Konon, seorang wanita per hari, rata-rata mengeluarkan kata-kata sebanyak 16.000-21.000, sedangkan laki-laki sebanyak 5.000-9.000. Bisa dibayangkan, berapa banyak dosa kita dalam sehari jika ribuan kata tersebut didominasi kata-kata jelek. Sebaliknya, berapa banyak pahala kita dalam sehari jika didominasi kata-kata baik dan terpuji.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Berbicara itu fitrah. Namun, jika sudah sampai pada tahapan membicarakan kejelekan orang lain, seperti <i>ghibah</i> (mengumpat), <i>namimah</i> (mengadu domba), dan sejenisnya, maka itu tidak ubahnya seperti tengah makan bangkai saudaranya sendiri, seperti yang dijelaskan dalam surat Al-Hujurat ayat 12. Untuk itu, kita harus hati-hati dalam mempergunakan lidah kita yang tidak bertulang itu tapi tajamnya bisa lebih dari pedang—bisa melukai bahkan membunuh.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam sebuah pribahasa disebutkan, "<i>mulutmu harimaumu</i>". Dalam artian ia dapat menggaung, menerkam, dan membahayakan manusia dan bahkan diri kita sendiri jika kita tidak bisa mengendalikannya. Contoh kecilnya, gara-gara mulut tidak jarang seseorang berselisih dan berkelahi antar sesama dan bahkan sesaudara. Saling umpat, saling gunjing, adu domba, dan sejenisnya. Untuk mengantisipasinya Rasulullah mewanti-wanti dengan hadisnya agar kita selalu berkata baik atau lebih baik diam. <i>Barang siapa beriman kepada Allah dan hari kiamat, hendaknya berkata baik atau diam</i>.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam pengantar buku ini penulis membagi dosa lidah itu pada dua bagian. Dosa karena berbicara kebathilan dan dosa karena diam dari kebenaran. Lebih lanjutnya, mereka yang berkata dengan kebathilan tidak ubahnya adalah setan yang dapat berbicara. Sedangkan mereka yang diam dari kebenaran tidak ubanya adalah setan yang membisu (hal. ix).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tidak hanya mengungkap dosa-dosa lidah, buku ini juga memaparkan sebab-akibatnya dan kemudian memberi solusi bagaimana cara kita untuk keluar dari belenggu dosanya. Dalam hal <i>ghibah</i> misalnya, untuk bisa keluar dari belenggu dosanya, hemat penulis, setidaknya bisa diatasi dengan dua solusi (hal. 19-24).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pertama, jika sedang <i>ghibah</i> seseorang harus sadar bahwa ia sedang terjerumus ke dalam lembah kenistaan yang ancamannya mendapatkan murka Allah, pahala kebaikannya akan diambil kelak di akhirat untuk orang yang diumpat sebagai ganti atas apa yang ia halalkan dari harga dirinya dan jika ia tidak mempunyai kebaikan, dosa-dosa orang yang diumpat akan dipindahkan kepadanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kedua, seseorang harus memperhatikan faktor yang mendorongnya untuk <i>ghibah</i>. Analoginya, penawar dari sebuah penyakit hanya dapat diputus dengan menghilangkan sumbernya. Misalnya, jika penyebabnya adalah basa-basi kepada orang lain dan berharap kerelaan mereka, kita harus sadari bahwa Allah akan murka kerena kita sudah mencari kemurkaan-Nya dengan kerelaan makhluk ciptaannya. Jika penyebabnya adalah keinginan kita untuk memuji diri sendiri dengan cara menurunkan derajat oran lain sehingga orang-orang akan merasa bahwa kitalah yang memiliki sifat yang berbeda dengan orang yang kita umpat, maka harus kita ketahui bahwa dengan perbuatan tersebut kita telah merusak keutamaan kita di hadapan Allah sebagai makhluk yang mulia.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jika penyebabnya adalah kemarahan, maka kita harus menyadari bahwa kemarahan kita kepada orang lain yang dibalas dengan umpatan merupakan larangan Allah yang jika dilakukan bisa mendapat murka dari Allah, yang bisa jadi oleh Allah ditampakkan dengan kemarahan pula. <i>Naudzubillah</i>.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selanjutnya, obat bagi kemarahan selain mencegah dan menjauhi penyebabnya, seperti karena sombong, <i>ujub</i>, berbangga-bangga, kehilangan kontrol diri, tamak, dan sejenisnya, juga bisa dengan kontak fisik dengan cara membaca <i>isti’adzah</i>, berwudhu, mengubah posisi ketika sedang marah (dengan duduk, berbaring, keluar, menahan berbicara, dan sebagainya), dan mengingat-ingat pahala yang dijanjikan Allah dalam menahan amarah dan efek negatif kemarahan (hal. 85).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Didukung dengan rujukan utama, Al-Qur’an dan hadis, buku ini menjadi lebih argumentatif dalam menyajikan isi kandungan di dalamnya. Cocok bagi segenap insan yang pastinya tidak akan lepas dari olah lisan dalam kehidupan sehari-hari dan selama-lamanya hingga ajal menjemput. Selamat membaca!</div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br />
Data Buku</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Judul : Dosa-Dosa Lidah dalam Perspektif Al-Qur’an dan Hadits</div>
<div style="text-align: justify;">
Penulis : Said bin Ali bin Wahf al-Qahtani</div>
<div style="text-align: justify;">
Penerjemah : Ahmad Suryana, Lc.</div>
<div style="text-align: justify;">
Penerbit : Tinta Medina, Solo</div>
<div style="text-align: justify;">
Cetakan : I, Oktober 2013</div>
<div style="text-align: justify;">
Tebal : xiv + 138 halaman</div>
<div style="text-align: justify;">
ISBN : 978-602-9211-90-0</div>
<div style="text-align: right;">
<i><b>*telah dimuat di <a href="http://nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,12-id,51123-lang,id-c,buku-t,Menjaga+Lidah+yang+Tak+Betulang-.phpx" target="_blank">NU Online</a> (31 Maret 2014)</b></i></div>
Abd. Basidhttp://www.blogger.com/profile/08778188291772369198noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2191510863881274442.post-58762046809839721042014-03-23T21:39:00.000-07:002014-03-23T21:42:34.712-07:00Pendidikan Parenting di Sekolah dan Rumah<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQRSOmNRYCF79M35Vc807UMGr02VAgrJ82E8z76_xk3KSax-Eq2SpbByereXxb-qnhcnivqaej0p2S-fpNgcHh1v-yu5xr066a0ITgfUk7CR2WdWnWJ5cShbdoXFE0w-Ossklm4zi22-b7/s1600/Gagasan+JP+24+Maret+2014+copy.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQRSOmNRYCF79M35Vc807UMGr02VAgrJ82E8z76_xk3KSax-Eq2SpbByereXxb-qnhcnivqaej0p2S-fpNgcHh1v-yu5xr066a0ITgfUk7CR2WdWnWJ5cShbdoXFE0w-Ossklm4zi22-b7/s320/Gagasan+JP+24+Maret+2014+copy.png" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><b>Seorang</b></span> teman pernah berujar; suatu ketika seorang guru TK (taman kanak-kanak) membimbing anak didiknya dengan begitu lembut, telaten, dan penuh kasih sayang. Dalam setiap harinya seakan tidak ada rasa jenuh dengan ulah anak didiknya yang semuanya sedang aktif-aktifnya. Semuanya ia jalani dan bimbing dengan penuh kesabaran.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun, di waktu lain, setelah mengajar dan membimbing anak didiknya di sekolah, sikap lembut, telaten, dan kesabaran tersebut seakan hilang seketika. Dia justru begitu “ganas” kepada anak-anaknya. Mengapa bisa demikian? Seorang guru yang begitu lembut, telaten, dan sabar dalam mengayomi anak orang lain (anak didik) di sekolah justru ganas pada anaknya sendiri di rumah?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di sekolah,sebuah tuntutan dan keniscayaan untuk bersikap lembut, telaten, dan sabar. Apalagi ketika ia sudah bersedia menjadi guru dari awal sudah didoktrin untuk telaten dan sabar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk itu, kiranya sangat penting bagi para guru untuk mengaktualisasikan pendidikan <i>parenting</i> dalam keluarga, tidak hanya di sekolah, tapi juga dalam kehidupan sehari-hari.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: right;">
<b><i>*telah dimuat di Gagasan Jawa Pos (24 Maret 2014)</i></b></div>
Abd. Basidhttp://www.blogger.com/profile/08778188291772369198noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-2191510863881274442.post-87797859393355773232014-03-16T02:38:00.000-07:002014-03-16T17:31:04.798-07:00Mencari Pemimpin Otentik<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiljW7GJPfTEBRABArLLHTQjkxoxLqA7clDzsM0MdkbtqDfe59LRslEiDVwl0KximhPxNzMfCijPn3_6-28rbfSKQ_u7OSkMNguzJvUAnGhsfISRAQHCYp6yG2vgD9DHJFSrN4DGfPDwaH1/s1600/KArikatur-220-JK.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiljW7GJPfTEBRABArLLHTQjkxoxLqA7clDzsM0MdkbtqDfe59LRslEiDVwl0KximhPxNzMfCijPn3_6-28rbfSKQ_u7OSkMNguzJvUAnGhsfISRAQHCYp6yG2vgD9DHJFSrN4DGfPDwaH1/s320/KArikatur-220-JK.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><b>Dalam</b></span> perbincangan politik, tahun 2014 ini merupakan tahun di mana pemilihan pemimpin akan dilakasanakan, mulai dari daerah hingga pusat. Dengan demikian, rakyat Indonesia akan memelilih perwakilannya secara massal tanpa terkecuali. Para calon pemimpin pun menebarkan pesona dan kepeduliannya kepada rakyat, baik yang betul-betul ikhlas maupun yang hanya untuk pencitraan saja.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagai rakyat beradab, sebisa mungkin kita jangan terlena dengan iming-iming dan cuap-cuap surga calon pemimpin yang <i>limited</i>, yang simpati dan peduli rakyat hanya pada waktu kampanye saja. Budaya wani piro yang selama ini terjadi di negeri ini bagaimana sebisa mungkin kita tumpas. Untuk itu, kita membutuhkan pemimpin otentik, yang betul-betul berorientasi pada nasib rakyat tidak pada materi seperti zaman kolonial dulu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jika masih materi yang menjadi orientasi utama (calon) pemimpin, maka tidak ubahnnya mereka adalah anak didik kolonial, yang hidup di masa modern.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Ciri-ciri Pemimpin Otentik</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Pemimpin otentik di sini adalah mereka yang memimpin betul-betul untuk dan atasnama rakyat dan dapat dipercaya. Dalam artian pemimpin yang antara perkataan dan perbuatannya satu. Para pendiri bangsa ini bisa menjadi contoh dari pemimpin otentik itu, di mana mereka berani dan siap berjuang murni atasnama rakyat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk mencari pemimpin otentik, maka setidaknya kita bisa melihat kepribadian mereka yang siap meneladani sifat dan sikap luhur pendiri bangsa ini dari beberapa ciri di antaranya; pertama, berjiwa optimis. Jika kita melihat sejarah, bagaimana jiwa optimisme pendiri bangsa ini yang begitu kuat dan menggelora. Bisa dilihat bagaimana keadaan negeri ini di awal kemerdekaan yang kesemuanya serba tertinggal.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam bidang pendidikan, misalnya, hanya lima persen penduduknya yang melek huruf. Dari Sabang sampai Merauke hanya ada 92 sekolah menengah atas dan 5 perguruan tinggi. Dalam bidang keamanan, tidak ada yang bisa dibanggakan di kala itu. Gejolak sosial dan kekacauan bisa terjadi di mana-mana. Hal yang tidak asing, saudara sebangsa merampok dan menyakiti antara satu sama lainnya. Tapi sejarah mencatatat bagaimana pendiri bangsa ini memberi semangat dan meyakinkan rakyat Indonesia dengan Indonesia yang kaya raya dan mampu untuk menjadi lebih baik dengan sumber daya alamnya yang ada—karena pada waktu itu sumber daya manusianya belum bisa dibanggakan—hingga akhirnya rakyat bangga dan beruntung menjadi rakyat Indonesia.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam konteks masa kini, di Jawa Timur, walikota Surabaya, Tri Rismaharani (Risma), tengah dan berusaha membuktikan semangat dan jiwa optimisme tersebut. Di tengah banyak opini yang mengatakan ketidakmungkinan Dolly untuk ditutup, Risma dengan optimis menyakinkan diri dan anak buahnya untuk terus berusaha membebaskan Surabaya dari citra buruk Dolly dan hasilnya masyarakat Surabaya mulai mempercayai langkah Risma tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kedua, tidak takut kontroversi. Dalam artian seorang pemimpin harus berani mengambil keputusan dan kebijakan meskipun ternyata tidak populer. Kareana yang terpenting semuanya untuk kebaikan rakyat, sehingga apapun risikonya, seorang pemimpin harus siap menghadapi pro dan kontra publik.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam konteks ini, bisa dilihat seperti gebrakan Jusuf Kalla ketika menjabat wakil presiden, di mana JK membuat kebijakan dengan mengganti minyak tanah ke gas elpiji. Kebijakan ini mulanya mendapat beberapa penolakan. Tapi dengan kerja kerasnya, keputusan tersebut kini membuahkan hasil. Masyarakat dan negara sama-sama dapat menghemat anggaran rumah tangga karena harga gas lebih murah. Ibu-ibu di Indonesia pun ikut senang karena dapat memasak untuk keluarga dengan lebih cepat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ketiga, tidak takut wartawan. Artinya, pemimpin melakukan aksi bukan karena agar diliput wartawan dan tidak pula karena takut diliput wartawan. Karena tidak jarang pemimpin negeri ini bersikap getir pada wartawan, takut hal-hal atau keputusan yang tidak populer dianggap celah dan kemudian dimediakan oleh wartawan, padahal memang ia benar dalam kepemimpinannya semestinya tidak usah takut dan harus menanggung resiko.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Keempat, memberi contoh dan harapan. Dalam artian contoh yang baik, baik untuk rakyat, agama, dan negara—tidak hanya baik untuk pribadi atau golongan. Sehingga ia nantinya bisa memberi harapan kepada rakyat secara umum. Ketika rakyat dalam keadaan susah ia bisa mengangkat derajatnya, baik melalui materi, motivasi, maupun kebijakan. Jika pemimpin kita bisa seperti ini, maka bisa dipastikan ia tidak usah “berkampanye” untuk bisa terpilih dan mendapatkan citra baik.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kelima, mengedepankan sumber daya manusia. Pengedepanan sumber daya manusia ini harus menjadi paradigma baru bangsa ini setelah dewasa ini pada kenyataannya sumber daya alam yang ada sudah dikotori oleh tangan-tangan pemimpin yang berorientasi materi. Mengutip pendapat Anies Baswedan, paradigma yang harus dibangun hari ini adalah bagaimana setidaknya sumber daya manusia (SDM) sebagai aset kekayaan Republik. Kita jangan terpaku lagi pada kekayaan alam sebagai orientasi, karena jika hari ini kita masih lebih hafal jumlah barel produksi minyak daripada jumlah guru, maka itu sama saja dengan pola pikir kolonial, yang hanya berpikir kekayaan alam dan bagaimana mengisap kakayaan alam negeri ini untuk kepentingan bangsa mereka.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagai penutup, di sisa pemilihan umum yang tinggal menghitung minggu ini, mari kita gunakan seteliti mungkin untuk memilih siapa yang sekiranya patut dijadikan wakil kita, setidaknya untuk lima tahun ke depan, dengan mengedepankan kredibelitas pribadinya bukan kemampuan materinya semata.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: right;">
<i><b>*telah dimuat di Jawa Pos Radar Bromo, Minggu (16 Maret 2014)</b></i></div>
Abd. Basidhttp://www.blogger.com/profile/08778188291772369198noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2191510863881274442.post-75953007581500147302014-03-09T04:29:00.000-07:002014-03-09T04:34:27.188-07:00Kecil-Kecil Jadi Hafidz<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5iGUzKV3lpWk17soNze_n2el7ShzXJmfX-oTdrv5GYfLVvyUIMigLmVAO8iGhwp6DbCsJaoV8s5i_agECuJzoN6-T18zZzZ0exWTDgFtZZncEi-EgvbVVVYAmiIgOl7H60-wDv4J4GeT7/s1600/Cover+Buku+Hafiz+Cilik.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5iGUzKV3lpWk17soNze_n2el7ShzXJmfX-oTdrv5GYfLVvyUIMigLmVAO8iGhwp6DbCsJaoV8s5i_agECuJzoN6-T18zZzZ0exWTDgFtZZncEi-EgvbVVVYAmiIgOl7H60-wDv4J4GeT7/s320/Cover+Buku+Hafiz+Cilik.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Jika orang dewasa hafal Al-Qur’an (<i>hafidz</i>) itu merupakan hal yang biasa, tapi jika anak kecil yang menjadi <i>hafidz</i> itu baru luar biasa, khususnya di Indonesia ini. Dalam sejarah dunia, bocah cilik yang <i>hafidz</i>, sampai saat ini bisa dihitung dengan jari. Salah satu yang masuk pada hitungan jari tersebut adalah Muhammad Alfin Firmasyah (Alvin), bocah 11 tahun asal Bogor-Indonesia yang sudah hafal lebih dari separuh Al-Qur’an beserta sebagian terjemah dan maksud ayat-ayatnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan demikian, tidak heran jika kemudian Alvin mendapat sanjungan dan pujian dari berbagai kalangan, termasuk di antaranya dari Deden M. Makhyaruddin, sang juara 1 MTQ internasional, seraya berkomentar bahwa “<i>Alvin merupakan bocah luar biasa. Hafidz cilik umumnya hanya menghafal saja, tapi lebih dari itu Alvin sudah faham dengan terjemah dan maksud sebagian ayat-ayatnnya, lebih-lebih surat Al-Baqarah dan ayat populer lainnya</i>”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Seperti yang dituliskan penulis dalam buku ini, bahwa Alvin pada awalnya layaknya bocah pada umumnya. Alvin belajar mengenal bacaan Al-Qur’an ketika berusia lima tahun. Mempelajari Al-Qur’an dari tahap paling bawah dengan <i>Iqra’</i> jilid I, namun yang membedakan dengan bocah cilik lainnya, Alvin belajar <i>Iqra’</i> dengan sangat mudah. Dari jilid I melejit ke jilid II, III, dan IV dengan cepat. Istimewanya, di usianya yang lima tahun Alvin dari <i>Iqra’ </i>jilid IV langsung meloncat ke Al-Qur’an tanpa melalui jilid V dan VI, hingga pada usia enam tahun Alvin sudah hafal 4 juz Al-Qur’an (hal. 25-55).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pencapaian luar biasa tersebut tentunya tidak lepas dari kemampuan dan kegigihan Alvin, keluarga, dan lingkungannya. Dari pembacaan peresensi, setidaknya ada beberapa cara dan rahasia agar seseorang cepat bisa hafal Al-Qur’an layaknya seorang Alvin. Pertama, mengenalkan anak pada Al-Qur’an sejak masih dalam kandungan. Yang dilakukan orang tua Alvin, sejak Sophia Nur Mila, ibu Alvin, dinyatakan hamil, kedua orang tua Alvin langsung tanggap dan memperkenalkan jabang bayinya dengan Al-Qur’an dengan cara senantiasa membacakan Al-Qur’an, baik langsung maupun lewat audio. Di mana ada Sophia Nur Mila, maka di sana juga ada lantunan ayat-ayat Al-Qur’an. (hal. 100).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kedua, membangunkan anak ketika <i>adzan</i> berkumandang. Membangunkan anak di waktu <i>adzan</i> berkumandang ini untuk melatih dan menancapkan kesadaran religi kepada seorang anak, dengan harapan ketika anak sedah besar nanti, menjadi orang yang taat shalat dan selalu menyegerakan pelaksanaannya tanpa harus diperintah. (hal. 105-110).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ketiga, rutin mendengarkan lantunan Al-Qur’an. Dalam kasus Alvin ini, awalnya dia sering mendengarkan ayahnya mengaji Al-Qur’an yang menjadi rutinitas pagi. Dari sana, Alvin berkeinginan bisa mengaji seperti ayahnya dengan khas suaranya yang indah dan merdu. Dari sana pula, Alvin setiap pagi ikut menyertai ayahnya yang sedang mengaji, hingga akhirnya Alvin bisa mengaji sendiri dan menghafalnya, tanpa ada paksaan dari siapapun (hal. 52).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Keempat, <i>muraja’ah</i> (mengulang hafalan) di waktu shalat. Menurut orangtua Alvin, mempraktikkan hafalan dalam shalat merupakan cara yang paling efektif untuk menghafal Al-Qur’an. Hafal waktu <i>muraja’ah</i> di luar shalat, tidak menjamin lancar ketika dipraktikkan dalam shalat, tapi kalau menghafalnya sembari shalat, <i>insya allah</i> akan lebih melekat dalam ingatan (hal. 57). Alvin pernah mempraktikkan surat Al-Baqarah dalam shalat Dhuha, hingga menghabiskan waktu hampir dua jam.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kelima, manajemen waktu. Pengaturan wantu ini sangat penting untuk diperhatikan, lebih-lebih karena yang dihafal adalah Al-Qur’an, di mana menghafal Al-Qur’an itu gampang-gampang susah. Cepat hafal dan cepat lupa pula. Untuk itu, diperlukan <i>continuitas muraja’ah</i> dalam setiap waktu. Orang tua Alvin, melihat anaknya yang masih belia, membagi waktunya dalam sehari-semalam menjadi tiga bagian. Delapan jam untuk menghafal dan membaca Al-Qur’an, depalan jam untuk sekolah dan bermain, dan delapan jam sisanya untuk istirahat (hal. 123).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Buku ini sangat cocok dibaca bagi mereka yang mendambakan sebuah keluarga <i>Qur’ani</i>, yang pastinya bisa mencari inspirasi dari isi buku setebal 206 halaman ini. Dari buku ini kita bisa tahu bagaimana sekiranya metode yang baik untuk menghafal Al-Qur’an. Tidak cuma itu, buku ini juga memotret sekolah tahfidz <i>Durunnafis</i> di Bogor yang didirikan karena terinspirasi dari seorang Alvin. Selamat membaca!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Data Buku</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Judul : Hafiz Cilik</div>
<div style="text-align: justify;">
Penulis : Tofik Pram</div>
<div style="text-align: justify;">
Penerbit : Noura Books, Jakarta</div>
<div style="text-align: justify;">
Cetakan : I, Desember 2013</div>
<div style="text-align: justify;">
Tebal : 206 halaman</div>
<div style="text-align: justify;">
ISBN : 978-602-1606-75-9</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: right;">
<i><b>*telah dimuat di Radar Surabaya (Minggu, 09 Maret 2014)</b></i></div>
Abd. Basidhttp://www.blogger.com/profile/08778188291772369198noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2191510863881274442.post-60533341687026190432014-02-16T23:56:00.000-08:002014-02-16T23:58:52.542-08:00Pesan Moral Timnas U-19<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiGzo4hqehzKqPA3bXnORkG1rk9ThP41-dAcFzlJa7XlqEXKNmEAMz2iOZOF2HOs802X-MyzLuX2lZui1leX7ms7ZhMzdIfgwNfHNO4RmjF2Ib1yRvmFL4f3lc_GAsrZIG31beckrt18VCN/s1600/img393+copy.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiGzo4hqehzKqPA3bXnORkG1rk9ThP41-dAcFzlJa7XlqEXKNmEAMz2iOZOF2HOs802X-MyzLuX2lZui1leX7ms7ZhMzdIfgwNfHNO4RmjF2Ib1yRvmFL4f3lc_GAsrZIG31beckrt18VCN/s400/img393+copy.png" height="257" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Kemenangan Timnas U-19 atas Pra Pon Jateng pada pertandingan uji coba di Stadion Manahan Solo, Jateng, Senin (10/2) malam lalu membuktikan bahwa tim garuda muda Indonesia benar-benar tangguh dan patut dibanggakan. Tak pandang kelas lawan, kelas lokal atau nasional, tim U-19 tetap dan terus menunjukkan penampilan terbaiknya, tanpa ada rasa angkuh sama sekali.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di samping itu, ada bebereapa kebiasaan Tim U-19 yang kalau kita amati bisa menjadi pesan moral. Seperti selebrasi pemain ketika tercipta dengan sujud syukur, doa seblum bermain, mencium tangan pelatih saat pergantian pemain.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sujud syukur menunjukkan ungkapan rasa bahagia tanpa harus melupakan Tuhan, dzat yang maha kuasa. Doa sebelum bermain menunjukkan bahwa segala sesuatu harus dimulai dengan meyebut nama-Nya, hanya pada-Nya tempat meminta pertolongan. Dan cium tangan pelatih di saat pergantian pemain sebagai tanda penghormatan kepada orang yang telah mengajari sesuatu, di mana pelatih adalah “guru” yang memang pantas dihormat oleh “murid”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Yang dibiasakan Tim U-19 ini tidak ubahnya pelajaran penting yang patut ditiru siapapun tanpa harus oleh mereka pemain atau klub sepak bola negeri ini. Hal itu merupakan dakwah bil hal (perilaku) yang pada umumnya lebih berpngaruh dari sekedar dakwah bil lisan (kata-kata).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: right;">
<i><b>*telah dimuat di Gagasan Jawa Pos (12 Februari 2014)</b></i></div>
Abd. Basidhttp://www.blogger.com/profile/08778188291772369198noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2191510863881274442.post-19880365297266812122014-02-09T18:20:00.002-08:002014-02-09T18:21:47.998-08:00Meneguhkan Al-Ghazali Sebagai Seorang Mufassir<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgf9Wcb0x2JKkPRUP1Td5M77q75Up5W2iSikUq5j-5_G2ybmOacmj7GiQOR4Sguf-qXmQ8ak_HRFiURIN3534X-1naCeIQvS5tmBY7ZMXh36WQT02DFeOLaRb5svA42Xo0Yes6crOBq2fHo/s1600/Cover+Kitab+Tafsir+Al-Ghazali.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgf9Wcb0x2JKkPRUP1Td5M77q75Up5W2iSikUq5j-5_G2ybmOacmj7GiQOR4Sguf-qXmQ8ak_HRFiURIN3534X-1naCeIQvS5tmBY7ZMXh36WQT02DFeOLaRb5svA42Xo0Yes6crOBq2fHo/s320/Cover+Kitab+Tafsir+Al-Ghazali.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Abu Hamid Al-Ghazali adalah intelektual Muslim yang pikiran-pikirannya banyak mempengaruhi umat Islam. Meskipun ia merupakan tokoh pemikir produktif abad pertengahan, namun buah pikirannya sampai saat ini masih hidup subur, bahkan tertancap kuat dalam masyarakat Sunni Muslim. Ia adalah seorang pemikir yang tidak saja mendalam, tapi juga sangat produktif dengan karya-karyanya yang meliputi bidang kalam, filsafat, tasawwuf, fiqh, politik, dan tafsir.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan karya monumentalnya Tahafut Al-Falasifah ia berhak menyandang gelar filusuf. Dengan Ihya’ ‘Ulumuddin-nya ia berhak menyandang gelar sufi. Sebagai seorang teolog hampir semua ahli sepakat memasukkan al-Ghazali ke dalam barisan para teolog Asy’ari.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sedangkan ketokohannya dalam bidang tafsir belum banyak dikenal. Padahal ia telah memberikan kontribusi yang cukup besar dalam diskursus kajian tafsir Al-Qur’an. Ia mempunyai gagasan cerdas dan liberal dalam memahami dan menafsirkan Al-Qur’an. Bahkan berdasarkan beberapa catatan, ia pernah menulis karya tafsir, Yaqut al-Ta’wil fi Tafsiri Al-Tanzil yang mencapai 40 jilid. Sayangnya karya yang sangat berharga ini tidak dapat kita warisi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di samping itu, al-Ghazali juga menulis sebuah kitab mengenai studi Al-Qur’an, Jawahiru Al-Qur’an dan Qanunu Al-Ta’wil dan satu bab khusus, Fahmu Al-Qur’an wa Tafsiruhu bi Al-Ra’yi min Ghairi Al-Naql yang tertuang dalam Ihya’ ‘Ulumuuddin.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selain itu, buku (baca: kitab) Tafsir Al-Imam Al-Ghazali karya Muhammad Al-Rihani ini bisa menjadi bukti tambahan guna meneguhkan kapasitas Al-Ghazali sebagai seorang mufassir, di mana di dalamnya berisi kumpulan penafsiran al-Ghazali terhadap ayat-ayat Al-Qur’an yang tersebar di berbagai kitab yang pernah ia tulis, kurang lebih dari 41 kitab karya Al-Ghazali yang dirujuk Al-Rihani.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam pengantar buku ini, Al-Rihani mengatakan bahwa penyusunan kitab setebal 398 halaman ini termotivasi oleh banyak hal dan tujuan. Lebih jelasnya, al-Rihani membaginya menjadi tiga motivasi, yaitu motivasi umum (al-‘Amah), motivasi khusus (al-Dhatiyah), dan motivasi tematik (al-Maudu’iyah) (hal. 9-10).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Motivasi umumnya adalah untuk melestarikan dan menghimpun kitab-kitab turats para ulama’ terdahulu. Hal ini mengingat banyak karya-karya ulama terdahulu yang kadangkala tidak bisa ter-cover seutuhnya, yang andaikata semuanya dihimpun, maka menjadi sebuah keniscayaan jika nantinya dunia Islam akan lebih menemukan kemajuan dalam berbudaya dan berperadaban.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Motivasi khususnya terletak pada diri atau pribadi al-Rihani, di mana sejak kecil ia begitu gandrung dengan ilmu-ilmu keislaman, hingga kegandrungan itu semakin tumbuh ketika kuliah di Fakultas Adab jurusan Dirasah Islamiyah. Semenjak itu, ia semakin mengintimi turats dengan menghimpun dan men-tahqiq-nya, khususnya ilmu tafsir. Hal ini untuk mempermudah dalam me-mutala’ah dan mempelajarinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sedangkan motivasi tematiknya ialah kaitannya dengan ketokohan Al-Ghazali dalam kapasitasnya sebagai seorang mufassir. Karena seperti yang jamak diketahui bahwa Al-Ghazali ini merupakan tokoh produktif dan multi dalam segala bidang, mulai dari bidang pemikiran, teologi, fiqh, hingga tasawwuf, tanpa terkecuali dalam bidang tafsir, meski bidang yang terakhir ini jarang menjadi sorotan terhadap dirinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari segi penyajian, metodologi buku ini bisa diklasifikasikan dengan perincian; dilihat dari segi sumber penafsirannya buku ini menggunakan metode bi al-iqtiran, di mana Al-Ghazali dalam menafsiri Al-Qur’an adakalanya menggunakan bi al-ma’tsur dan adakalanya menggunakan bi al-ra’yi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dilihat dari segi cara penjelasannya, Al-Ghazali dalam menafsirkan Al-Qur’an yang cenderung naratif, tidak mengutip beberapa pendapat ulama’, maka buku ini masuk pada metode bayani.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ditinjau dari segi keluasan penjelasannya, buku ini menggunakan metode ijmali, di mana penjelasannya hanya terbatas pada makna-makna global, tidak sampai pada pembahasan bahasa, asbab al-nuzul, munasabah ayah, dan sejenisnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sedangkan ditinjau dari segi sasaran dan tertib ayatnya, buku ini menggunakan metode tahlili, di mana isi keseluruhan tafsir ini dimulai dari surat al-Baqarah samapai surat al-Ikhlas, meski dari masing-masing surat tidak tersaji secara utuh.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Layaknya tidak ada gading yang tak retak, demikian pula buku ini. Ada beberapa kelemahan buku ini, di mana setiap surat al-Qur’an yang ditafsirkan tidak utuh dari ayat pertama hingga terakhir (al-nas), sehingga hal ini mengantarkan pada kelemahan yang kedua, yaitu sulit mendeteksi kecenderungan mufassir dalam penilaian kitabnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Data Buku</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Judul : Tafsir Al-Imam Al-Ghazali</div>
<div style="text-align: justify;">
Penyusun : Muhammad Al-Rihani</div>
<div style="text-align: justify;">
Penerbit : Dar Al-Salam, Kairo</div>
<div style="text-align: justify;">
Cetakan : I, 2010</div>
<div style="text-align: justify;">
Tebal : 398 halaman</div>
<div style="text-align: justify;">
ISBN : 978-977-342-929-4</div>
<div style="text-align: right;">
<i><b>*telah dimuat di <a href="http://nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,12-id,50063-lang,id-c,buku-t,Meneguhkan+Al+Ghazali+Sebagai+Seorang+Mufassir-.phpx" target="_blank">NU Online</a> (10 Februari 2014)</b></i></div>
Abd. Basidhttp://www.blogger.com/profile/08778188291772369198noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2191510863881274442.post-2974288651760469912014-02-02T00:03:00.003-08:002014-02-02T00:08:56.189-08:00Buku-buku yang Lahir di Penjara<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhzQzwSZaL9X5gTLsYBNJtRcZHAVsrhBKc49HvtXSOxeNQNv13-_AgQvbRvNBtmxV6eJZPFfAR-YFbhHmy35NLdOiugJS4sWOMAOYQruh2PYbymLzfsnC9XRMUEMdm4TNLQd9_YmZjizCrq/s1600/Buku+29.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhzQzwSZaL9X5gTLsYBNJtRcZHAVsrhBKc49HvtXSOxeNQNv13-_AgQvbRvNBtmxV6eJZPFfAR-YFbhHmy35NLdOiugJS4sWOMAOYQruh2PYbymLzfsnC9XRMUEMdm4TNLQd9_YmZjizCrq/s320/Buku+29.png" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><b>Lahirnya</b></span> sebuah buku tidak lepas dari reaksi intelektual penulisnya. Menjadi menarik perhatian ketika buku itu lahir setelah mereka rela mengorbankan segalanya -termasuk fisiknya- demi ideologi intelektualnya yang kemudian dituangkannya lewat karya sebuah buku. Kembali pada sejarah, tidak jarang dari ulama-ulama dan tokoh-tokoh terdahulu rela di penjara demi mempertahankan sebuah ideologi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebut saja, seperti Ibnu Taimiyah (w. 1328) yang lebih memilih masuk penjara hingga tujuh kali demi mempertahankan ideologinya. Bisa kita lihat dalam sejarah, bagaimana Ibnu Taimiyah lebih memilih penjara ketika harus memilih antara tiga (diasingkan ke Iskandariyah, kembali ke Damaskus, dan di penjara) sebagai hukuman dari penguasa karena ia sering mengkritik perilaku sufi dan berseberangan dengan penguasa Kairo waktu itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ibnu Taimiyah lebih memilih di penjara ketimbang harus keluar dari Kairo, karena dengan di penjara ia tetap bisa berkarya dan menuntut kezaliman penguasa Kairo. Berbeda ketika harus keluar dari Kairo, di mana ia tidak bisa lagi mengetahui keadaan Kairo sehingga tidak bisa menyuarakan kebenaran dan keadilan, di mana hal itu merupakan ‘’pembunuhan’’ intelektual.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ratusan karya yang Ibnu Taimiyah tulis sebagian lahir dari penjara. Karya terkenalnya Majmu -Fatawa, yang masih beredar hingga kini- adalah salah satunya yang (sebagian besar) ditulis di dalam penjara.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sama dengan Ibnu Taimiyah, Sayyid Quthub (w. 1966) dua kali di penjarakan oleh rezim Gamal Abdel Nasser karena dianggap berseberangan dengan penguasa. Kitabnya fi Dzilalil Quran yang sebagian besar ditulis di penjara nyaris tidak bisa rampung karena selain harus di kerangkeng ia harus menerima siksaan fisik. Namun, berkat jasa penerbit Dar Ihya’ al-Kutub al-Arabiyah akhirnya Tafsir fi Dzilalil Qur’an bisa selesai, meski akhirnya Sayyid Quthub harus mengakhiri hidupnya di tiang gantungan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Juga Nelson Mandela, mantan presiden Afrika Selatan, di mana buku Otobiografinya, Long Walk to Freedom, ditulis dan bermula dari dalam penjara dan kemudian dilanjutkan beberapa bulan setelah bebas dan langsung jadi best seller di seluruh dunia (Jawa Pos, 7 Desember 2013). </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di Vietnam ada Nguyen Sinh Cung, di mana ia terus menulis, meski harus meringkuk di penjara. Beberapa kali ia harus masuk penjara karena perjuangannya memerdekakan Vietnam dari penjajahan Prancis dan pendudukan Jepang sejak 1931. Namun, dia merasa punya banyak kesempatan untuk terus menyerang. Lewat karya puisi ia menyentil sekutunya, hingga di kemudian hari ia memimpin Vietnam Utara sebagai perdana menteri dan presiden. Di Jerman pada 1925 Adolf Hitler menerbitkan bukunya yang berjudul Mein Kamp, di mana buku ini lahir di penjara Landsberg Prison, Jerman.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam kontek Indonesia, bisa dilihat pada sosok dua proklamator bangsa ini; Bung Karno dan Bung Hatta. Pada 1929, ketika Bung Karno dijebloskan ke penjara Bandung sekitar 8 bulan, ia ternyata menyusun pledoi yang sangat terkenal dan kemudian diberi nama ‘’Indonesia Menggugat’’, di mana buku ini akhirnya mampu membakar spirit bangsa Indonesia untuk segera bebas dari penjajahan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bung Hatta, saat ditahan penguasa Belanda pada 1927, ia membela dirinya dengan sebuah karya yang berjudul Indonesie Vrij (Indonesia Merdeka) yang disidangkan pada 22/03/1928 di pengadilan Den Haag.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah Indonesia merdeka Mochtar Lubis menjadi sejarah baru. Di saat Soekarno berkuasa, dia yang turut mendirikan kantor Berita ANTARA dan memimpin harian Indonesia Raya dijebloskan ke penjara hampir sembilan tahun dan baru dibebaskan pada 1966. Pemikiran jurnalis yang juga salah satu pendiri majalah sastra Horison ini, selama di penjara kemudian dituangkan dalam buku Catatan Subversif.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada masa itu juga, pada tahun 60-an, HAMKA (Haji Abdul Malik Karim Amrullah) ditahan rezim Orde Lama karena dituduh berkhianat terhadap Tanah Air. Sekitar dua tahun di penjara HAMKA berhasil menyelesaikan karya monumentalnya Tafsir Al-Azhar.</div>
<div style="text-align: justify;">
Fenomena ulama dan tokoh di atas cukup menjadi bukti akan kekuatan buku dalam mempertahankan sebuah ideologi dan pemikiran.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Disadari atau tidak, buku mampu mengabadikan ideologi dan pemikiaran seseorang. Bahkan penjara pun tidak bisa ‘’membunuhnya’’. Seperti yang disinggung lewat femomena para ulama dan tokoh di atas, buku dan tahanan bisa bersandingan dan lahir buku-buku baru. Ketika seperti itu, buku tidak sekedar tumpukan kertas sebagai penghilang suntuk dan bahkan ada yang menjadikannya bantal. Tapi buku bagi mereka sebagai pilihan untuk terus memerluas cakrawala pengetahuan sekalipun raganya di balik jeruji besi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lebih dari itu, sesungguhnya mereka menuangkan ideologi dan pikiran-pikiran meski di penjara untuk menjelajahi dan membuktikan eksistensinya, juga eksistensi orang lain di sekitarnya. Seakan hendak membuktikan bahwa semangat kemanusiaan sama sekali tidak bisa diremukkan, sekalipun dalam kondisi terburuk.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Berbeda dengan fenomena di Indonesia masa kini, di mana belum ada ceritanya tahanan yang melahirkan karya buku. Berapa waktu lalu diberitakan ada seorang Doktor Ilmu Politik dan juga mantan menteri yang ditahan karena tersandung kasus Hambalang membawa buku ke dalam tahanan. Namun akankah itu untuk menyusun pledoi seperti Bung Karno dan Bung Hatta atau hanya sebagai pengusir suntuk atau mungkin hanya sebagai bantal an sich. Kita lihat saja nanti.***<i><b> </b></i><br />
<div style="text-align: right;">
<i><b>*dimuat di <a href="http://www.riaupos.co/1768-spesial-buku-buku-yang-lahir-di-penjara.html" target="_blank">Riau Pos</a> (2 Februari 2014)</b></i></div>
</div>
Abd. Basidhttp://www.blogger.com/profile/08778188291772369198noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2191510863881274442.post-66952262036425359122014-01-27T01:21:00.001-08:002014-01-27T06:03:54.690-08:00Belajar Jadi Orang Tua Baik dari Ayah Edy<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgd-KFNv0Nz1k9dh6nlLSwLJU1GULMIhquqvRtkeRAvj4qqNLWW6b0m9vh5SfEfL1MF2YlglKCUIYjZSO04PVtvDc4piFJcxOhg_mBvPeX-mDpdMJ23hm-hBJbUSwNdkMU_Sbq9MSuNQuwi/s1600/Cover+Buku+Ayah+Edy+Menjawab.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgd-KFNv0Nz1k9dh6nlLSwLJU1GULMIhquqvRtkeRAvj4qqNLWW6b0m9vh5SfEfL1MF2YlglKCUIYjZSO04PVtvDc4piFJcxOhg_mBvPeX-mDpdMJ23hm-hBJbUSwNdkMU_Sbq9MSuNQuwi/s320/Cover+Buku+Ayah+Edy+Menjawab.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><b>Jika</b></span> seseorang ingin menjadi dokter maka ada universitasnya dan jika ingin menjadi profesor maka ada sekolah tingginya. Tapi jika ingin menjadi orangtua yang baik tidak ada universitas dan tidak ada juga sekolah tingginya. Meskipun demikian, bukan berarti untuk menjadi orangtua yang baik tidak bisa dipelajari.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Buku <i>Ayah Edy Menjawab, 100 Permasalahan Sehari-hari Orangtua yang Tidak Ada Jawabannya di Kamus Mana Pun</i> ini bisa menjadi bahan bacaan sebagai wadah pembelajaran bagi setiap orangtua atau calon orangtua yang (pastinya) menginginkan anak-anaknya terlatih dan matang dengan didikan yang wajar dan benar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam buku setebal 284 halaman ini, Ayah Edy, penulis buku ini, mengajak segenap orangtua untuk tidak salah mendidik anak-anaknya, agar terbentuk pribadi anak yang tangguh, karena bagaimana pun juga kepribadian anak akan terbentuk dari bagaimana cara orangtua mendidiknya. Anak yang kemudian menjadi tempramen tidak luput dari didikan orangtua yang sering mengabaikan—dan bahkan mungkin meremehkannya. Sebaliknya anak yang kemudian menjadi penyabar juga tidak luput dari didikan orangtua yang selalu mengajarkannya akan bentuk toleransi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mengasuh anak memang tidak akan lepas dari permasalahan-permasalahan rumit yang kadang membuat orangtua pusing dan bahkan stres menghadapinya, namun semua itu bisa diatasi dengan didikan yang konstruktif.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam buku ini ada beragam permasalahan anak yang seringkali dihadapi para orangtua dalam kehidupan sehari-hari. Contoh permasalahan anak yang lumrah terjadi misalnya menjadikan tangisan sebagai senjata untuk mendapatkan keinginannya. Sekilas masalah ini sepele, tapi tidak jarang tangisan anak membuat orangtua emosi dan kadang terpancing dan marah—syukur-syukur jika tidak sampai membentak dan memukulinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut Ayah Edy permasalahan di atas bisa diatasi dengan memberi pengertian yang lembut. Jika orangtua tidak bisa memenuhi permintaan anaknya, maka orangtua harus mengatakannya baik-baik bahwa untuk saat ini belum bisa memenuhi keinginannya. Kalau memang keinginannya masuk akal tapi belum bisa mengabulkannya, maka jelaskan kapan ia bisa memenuhinya. Selanjutnya, jika si anak tetap berontak dan menangis, orangtua jangan sampai terpancing akan ulahnya. Biarkan dia menangis dan sambil memotivasinya bahwa dia anak baik. Selain itu, orangtua harus terus konsisten, jangan lekas luluh akan tangisannya, kemudian menuruti kehendaknya. Persilahkan anak menangis dan nanti setelah selasai sambutlah dengan sikap positif, misalnya memberi pelukan dan mengatakannya bahwa dia anak hebat dan baik.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Akan langkah ini mungkin banyak orang berpikir alangkah kejamnya hati orangtua jika membiarkan anaknya menangis dan mengamuk karena tidak dituruti keinginannya. Padahal inilah yang dimaksud ketegasan dan konsistensi. Bukan berarti tidak sayang dan tidak peduli. Dengan sikap tegas dan konsisten, lambat laun anak akan menyadari bahwa senjata tangis dan amarahnya tidak mempan lagi digunakan dan akhirnya bisa diajak kompromi. Sekali orangtua berhasil melakukannya, anak akan belajar dari konsistensi ucapan orangtua dan berhenti untuk memaksakan kehendaknya. Dan begitu juga sebaliknya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selain itu, sebisa mungkin orangtua harus menghindari ucapan-ucapan yang melemahkannya, seperti Dasar anak cengeng, selalu menyusahkan, senang bikin repot, dan bahkan mungkin ancaman. Jika anak mengulangi perbuatan yang pernah dilarangnya, jangan sampai menyalahkan anak, karena bagaimana pun juga anak kecil harus banyak belajar dan diberi pengertian. Intinya, sambil mengarahkan pendidikan anak, orangtua harus sabar menghadapi permasalahan-permasalahan anak yang cenderung komplek.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Masih banyak lagi permasalahan anak yang kemudian dijawab Ayah Edy dalam buku ini. Semuanya ada 100 permasalahan anak, mulai dari pengelolaan karakter, keuangan, sekolah, permainan, hingga pendidikan seks anak, yang kemudian dijawab oleh Ayah Edy dengan bahasa yang renyah dan mudah dimengerti. Sehingga, membacanya membuat diri ini terpana dan meng-iya-kan apa yang dijabarkan Ayah Edy dalam menjawab berbagai permasalahan anak tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tidak cuma layak dibaca para orangtua didik, buku ini juga layak dibaca mereka para guru yang dalam kesehariannya tidak lepas dari dunia anak dan bahkan sering dihujani pertanyaan-pertanyaan orangtua tentang masalah anaknya. Bengitu banyak ilmu (baru) dalam buku ini yang bisa diterapkan dalam pola asuh anak, baik di rumah maupun sekolah. Sehingga sangat wajar jika kemudian buku ini menjadi best seller yang hingga kini sudah cetak sembilan kali dari pertama terbitnya April 2012 lalu. Selamat membaca dan menikmati!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Data Buku</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Judul : Ayah Edy Menjawab</div>
<div style="text-align: justify;">
Penulis : Ayah Edy</div>
<div style="text-align: justify;">
Penerbit : Noura Books, Jakarta</div>
<div style="text-align: justify;">
Cetakan : IX, September 2013</div>
<div style="text-align: justify;">
Tebal : 284 halaman</div>
<div style="text-align: justify;">
ISBN : 978-602-9498-42-4</div>
<div style="text-align: justify;">
Harga : Rp. 49.000,00</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: right;">
<b><i>Dimuat di <a href="http://wasathon.com/resensi-/view/2014/01/27/-resensi-buku-belajar-jadi-orang-tua-baik-dari-ayah-edy" target="_blank">WASATHON.COM</a></i></b></div>
Abd. Basidhttp://www.blogger.com/profile/08778188291772369198noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2191510863881274442.post-32710196816737481572014-01-17T16:47:00.001-08:002014-01-17T22:20:14.599-08:00Keteladanan Rasulullah dalam Keberagaman<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0UPFM4_e1AUoue3YbjLfv0Gt6jxMBA0qQndG4-l4ePc06Glbng2e5uHKXFdAo3GRXDbq2OR1RZtvjWsOhFHInXpUYhAvkdI7BQKQ3yiNU-6S4UL37u1B8sLQkiYlVMarJN9ZAK0Wr5At-/s1600/Islamic+Wallpapers+(23).jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0UPFM4_e1AUoue3YbjLfv0Gt6jxMBA0qQndG4-l4ePc06Glbng2e5uHKXFdAo3GRXDbq2OR1RZtvjWsOhFHInXpUYhAvkdI7BQKQ3yiNU-6S4UL37u1B8sLQkiYlVMarJN9ZAK0Wr5At-/s320/Islamic+Wallpapers+(23).jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><b>Peringatan</b></span> Maulid Nabi sudah kita peringati kemarin (14/1/14) secara serentak dan bersama-sama. Di berbagai penjuru ia dirayakan dengan berbagai bentuk, orang-orang berkumpul membaca Alquran, salawat untuk Rasulullah, hadis yang mengisahkan tentang peristiwa kelahiran dan kebesaran pribadi Nabi, puji-pujian terhadap sifat-sifatnya, dan diakhiri dengan jamuan makan bersama. Di samping mengingat dan memuji-muji Rasulullah ada nilai silaturrahmi dalam hal ini, yaitu dengan berkumpulnya orang-orang untuk melakukan ritual maulid Nabi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam perkumpulan Rasulullah tidak pernah membeda-bedakan antara satu sama lainnya, baik itu satu faham atau tidak. Rasulullah sangat menjunjung tinggi sebuah perbedaan. Berbeda dengan dewasa ini, di mana kita seakan belum dan bahkan tidak mengenal pribadi Rasulullah yang sebenarnya. Padahal Rasulullah merupakan pribadi yang penuh dengan teladan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagai contoh nyata, banyak umat Islam kurang pengamalan dari kandungan Alquran. Padahal kehadiran Rasulullah di muka bumi ini diibaratkan sebagai nur (cahaya) yang menerangi kehidupan manusia dalam menempuh jalan spiritual yang benar untuk menggapai ridha Allah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk itu, mengenal pribadi Rasulullah dalam hal apa pun—spesifiknya dalam hal perbedaan—perlu “diintimi”. Jarak waktu antara generasi sekarang dan generasi Rasulullah bukanlah halangan untuk mengenal pribadi beliau. Sebab, segala ucapan dan tindakannya dikenang dan diamati oleh orang-orang yang hidup pada masanya dan disampaikan dari generasi ke generasi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selanjutnya, berkaintan dengan kehidupan berbangsa yang penuh dengan perbedaan, Nabi Muhammad mengajarkan modal kehidupan berbangsa yang paling berharga bagi manusia, yakni mengenal dan menghargai perbedaan. Hal ini tersurat dalam Alquran; “untukmu agamamu dan untukku agamaku” (QS. 109: 6).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nabi Muhammad telah melakukan perjuangan yang sungguh-sungguh untuk mengangkat harkat manusia sebagai makhluk yang dimuliakan Tuhan. Untuk itu, sangatlah tidak dibenarkan ketika umat Muhammad suka main hakim sendiri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Jati Diri Rasulullah</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Sejarah menunjukkan, dalam waktu hanya sekitar dua belas tahun, Rasulullah berhasil mengubah kehidupan sosial masyarakat Arab yang primordial-sektarianistik menjadi masyarakat yang berlandaskan persaudaraan universal dan bermoral perennial. Dari masyarakat yang amat membanggakan garis keturunan (hierarkis) menjadi masyarakat yang egalitarian.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kenyataan sejarah menunjukkan keberhasilan Nabi itu sejatinya tidak dapat dilepaskan dari keimanan Rasulullah yang bersifat implementatif. Agama diyakini olehnya sebagai sumber nilai etik yang harus diterjemahkan ke dalam realitas. Kesaksiannya tentang Tauhid (monoteisme) mengantarkannya kepada penyikapan terhadap seluruh umat manusia sebagai mahluk Tuhan yang esensinya setara yang harus diperlakukan berdasar nilai-nilai kesetaraan itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan pola semacam itu pula Rasulullah menyikapi dan melaksanakan ibadah ritualistik yang bersifat sangat personal. Beliau melakukannya sebagai proses dialog intensif dengan Sang Khalik untuk muhasabah dan memperkaya spiritualitas, yang pada gilirannya dikejawantahkan ke ruang publik dalam bentuk pengembangan moralitas sosial yang luhur.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Semangat Persatuan</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Kembali pada perayaan Maulid Nabi, bahwa dalam catatan sejarah, perayaan Maulid Nabi berlangsung sejak kekhalifahan Fatimid (keturunan dari Fatimah al-Zahrah, putri Nabi Muhammad). Adalah Shallahuddin Al-Ayyubi (1137 M- 1193 M), panglima perang waktu itu, mengusulkan kepada khalifah agar dilangsungkan peringatan Maulid Nabi Muhammad.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam realitas kehidupan dewasa ini, ada kelompok masyarakat menyebut peringatan Maulid Nabi adalah ritual yang mesti dijalankan. Perayaannya tidak sama sekali bertentangan dengan Islam, bahkan perayaan itu banyak mengandung manfaat, faidah, dan khasiat. Lebih jauh lagi, bagi mereka Maulid Nabi merupakan salah satu bentuk penghormatan dan ungkapan rasa cinta umatnya kepada Nabi Muhammad.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di sisi lain, ada kelompok menganggap peringatan itu sebagai perbuatan mengada-ada atau bid’ah, karena tidak pernah dipraktikkan oleh Rasulullah, sahabat, tabi’in, ataupun tabi’it tabi’in.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kedua kelompok ini terus saja “melepaskan” energi, berdebat mengenai perlu tidaknya dilaksanakan Maulid Nabi. Seolah membicarkan pepesan kosong. Namun yang jelas, bahwa penting bagi umat Islam melakukan perenungan, apa yang dapat diteladani dari Nabinya dalam kehidupan sehari-hari. “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (Q.S. Al-Ahzab : 21).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Terlepas dari dua perbedaan di atas, sungguh akan menjadi sangat indah jika momentum Maulid Nabi Muhammmad ini, tidak hanya dijadikan sebagai rutinitas dan seremonial belaka. Lebih dari itu, peringatan Maulid Nabi Muhammad justru kita dijadikan sebagai media untuk introspeksi diri, sejauh mana kita menjalankan ajaran-ajaran yang diwahyukan kepadanya serta mengenal dan berhikmah terhadap sejarah perjuangan dan kepribadiannya yang penuh dengan suri tauladan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hidup dalam toleransi dan menghargai satu sama lain sangatlah penting karena mengenal pribadi Nabi Muhammad secara utuh adalah pintu masuk utama untuk mendalami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran Islam secara utuh pula.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: right;">
<i><b>*telah dimuat di <a href="http://dutaonline.com/?p=1701" target="_blank">Harian Duta Masyarakat</a> ()</b></i></div>
Abd. Basidhttp://www.blogger.com/profile/08778188291772369198noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2191510863881274442.post-32214244523251254342013-12-31T03:51:00.000-08:002013-12-31T03:53:27.014-08:00Ini Cara Mengelola Keuangan Keluarga<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhfuof2f49djn733U5GnB3-Wiw_SfbWN00mCInr-Mgf9GmB3MIsbat_KowD-LNqO3jHVNEFQBN4G3hTsV5Uz6aiECUfR3fJEXwtpttwtmrogKEiDY9ZyR9SOqQxMufLRwYNJgOAV_kzBE80/s1600/Sakinah+Finace.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhfuof2f49djn733U5GnB3-Wiw_SfbWN00mCInr-Mgf9GmB3MIsbat_KowD-LNqO3jHVNEFQBN4G3hTsV5Uz6aiECUfR3fJEXwtpttwtmrogKEiDY9ZyR9SOqQxMufLRwYNJgOAV_kzBE80/s320/Sakinah+Finace.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><b>Mempunyai</b></span> keuangan yang stabil dalam berkeluarga merupakan dambaan setiap insan, tak terkecuali mereka yang baru membina rumah tangga. Bahkan stabilitas keuangan ini tidak jarang menjadi pertimbangan utama seorang lajang untuk tidak segera menikah, meskipun pada hakikatnya ia sudah matang secara umur.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Buku Sakinah Finance, Solusi Mudah Mengatur Keuangan Keluarga Islami ini memberikan solusi dari permasalahan di atas. Buku setebal 180 halaman ini menyuguhkan sebuah langkah sukses agar keuangan keluarga tidak lagi menjadi permasalahan utama dalam membina rumah tangga bahagia, yang dalam bahasa buku karya duet suami-istri ini disebut sakinah finansial.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hemat penulis buku ini, untuk mencapai sakinah finansial dalam keluarga, kunci utamanya ialah dengan perencanaan keuangan dalam setiap waktu. Perencanaan ini dimaksudkan untuk bagaimana mengelola pendapatan, pengeluaran, impian dan keinginan, surplus dan defisit, dan managing contigency (hal tak terduga). Lanjutnya, perencanaan dan tata kelola keuangan yang baik akan menentukan ketentraman rumah tangga dan terciptanya sakinah finansial.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada praktinya, pengelolaan keuangan keluarga setidaknya terfokus pada lima hal. Pertama, dalam mengelola pendapatan keluarga, bagaimana sekiranya pendapatan keluarga diperoleh dengan niat yang benar (karena Allah), berasal dan mengutamakan dari sumber yang halal, memulai pekerjaan di waktu pagi, dan senantiasa menyambung silaturrahmi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kedua, pengeluaran dikelola bagaimana sebisa mungkin belanja keluarga diutamakan pada kebutuhan prioritas, untuk hal-hal yang halal dan thayyib, untuk kontribusi zakat, infak, shadaqah, dan sejenisnya, dan yang paling penting pengeluaran yang direncanakan didasarkan pada perasaan ikhlas (qana’ah), di mana qana’ah ini bisa menjadi sikap alternatif gaya hidup yang diharapkan mampu membatasi keinginan yang berlebihan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ketiga, sebuah impian (dreams) dan keinginan (wants) yang memang wajar dimiliki sebuah keluarga harus memperhatikan rambu-rambu isyraf (berlebihan), mubadzir, serta tidak melalaikan tugas utama kita kepada Allah. Langkah drastis yang bisa dilakukan dalam mengola wants dan dreams ini adalah berusaha meminimalisasi jumlah keingina atau impian, khususnya yang termasuk kategori mewah atau yang hanya diperlukan untuk kesempurnaan suatu penampilan atau gaya hidup.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Keempat, surplus dan defisit merupakan dua keadaan yang bertolak belakang, di mana kedua-duanya harus sama-sama dikelola dengan baik. Surplus harus dikelola agar tidak terjerumus pada jurang defisit. Bagitu juga jika terlanjur terjadi defisit, maka bagaimana caranya agar naik menjadi surplus dan minimal balance. Cara mengelola surplus bisa dengan menabung, investasi pasar modal, logam mulia, properti, atau investasi langsung (secara pasif) untuk unit usaha di sektor riil.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selanjutnya keadaan defisit setidaknya bisa dikelola dan diatasi dengan tiga hal; pertama meningkatkan pendapatan dengan mencari pekerjaan tambahan atau menjual aset yang kurang diperlukan. Kedua, mengurangi jumlah pengeluaran nonrutin dan memangkas secara agresif anggaran pengeluarang yang kurang penting. Ketiga, meminjam jika cara sebelumnya sudah tidak mungkin lagi, meskipun cara yang terakhir ini harus dilakukan dengan sangat hati-hati dengan memilih sasaran yang betul-betul bertekad secara islami, tanpa riba.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kelima, hal-hal tak terduga yang kadang datang secara tiba-tiba dan tak disangka harus diantisipasi mulai jauh-jauh hari. Karena bagaimana pun juga seseorang dan setiap keluarga pasti akan mengalaminya. Bahkan seringkali kejadian ini membutuhkan dana yang terkadang cukup besar dan terjadi di saat seseorang tidak siap. Sebagai antisipasi dari hal ini dana emergency dan perlindungan asuransi bisa menjadi solusi sebagai persiapan menghadapi situasi darurat, sepeti sakit, terkena dampak bencana, dan seterusnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari lima pengelolaan di atas mengindikasikan bahwa sebuah perencanaan keuangan itu sangatlah penting untuk mencapai dan terciptanya sakinah finansial. Antara pendapatan dan pengeluaran sebisa mungkin harus seimbang. Dengan kata lain tidak besar pasak daripada tiang. Meskipun demikian, bukan berarti perencanaan ini mencegah seseorang untuk mendermakan hartanya sebanyak mungkin karena bisa menyalahi perencanaan awal, akan tetapi hal itu setidaknya dan bagaimanapun juga untuk melatih seseorang untuk tidak merasa kekurangan dengan harta yang sedikit dan tidak pula boros ketika hartanya sudah banyak.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagai tertimoni, buku ini cocok untuk dibaca oleh setiap orang, khususnya pasangan keluarga, baik yang akan menikah atau yang telah menikah. Tidak bisa dipungkiri keuangan keluarga yang stabil dan terkelola dengan baik akan menentukan ketentraman rumah tangga. Tak peduli berapa pun penghasilan yang ada.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Data Buku</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Judul : Sakinah Finance</div>
<div style="text-align: justify;">
Penulis : Luqyan Tamanni dan Murniati Mukhlisin</div>
<div style="text-align: justify;">
Penerbit : Tinta Medina, Solo</div>
<div style="text-align: justify;">
Cetakan : I, Juni 2013</div>
<div style="text-align: justify;">
Tebal : xxviii + 180 halaman</div>
<div style="text-align: justify;">
ISBN : 978-602-9211-79-5</div>
<div style="text-align: justify;">
Harga : Rp. 30.000,00</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: right;">
<b><i>*telah dimuat di <a href="http://wasathon.com/resensi-/view/2013/12/31/ini-cara-mengelola-keuangan-keluarga" target="_blank">WASATHON.COM</a></i></b></div>
Abd. Basidhttp://www.blogger.com/profile/08778188291772369198noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2191510863881274442.post-37880322946566163292013-12-18T04:56:00.003-08:002013-12-18T05:02:59.738-08:00Menjadi Pengusaha Sukses<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhsOgu3Ncb5XO9KkEAYpLKaop27Lgiw0ByWm5eYsMsJR9N2IWRR9DM37c3evPCWdWQRYu4vqT9IKPMhYf0fEYqf9xWncru73eperrxbiGq1YSm7loOdTpH33S7Dul-hF8DwTFIons-JBrpx/s1600/Cover+Buku+Cara+Gila+Jadi+Pengusaha.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhsOgu3Ncb5XO9KkEAYpLKaop27Lgiw0ByWm5eYsMsJR9N2IWRR9DM37c3evPCWdWQRYu4vqT9IKPMhYf0fEYqf9xWncru73eperrxbiGq1YSm7loOdTpH33S7Dul-hF8DwTFIons-JBrpx/s320/Cover+Buku+Cara+Gila+Jadi+Pengusaha.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><b>Menjadi</b></span> seorang pengusaha merupakan profesi yang banyak didambakan banyak orang. Hal itu dikarenakan profesi pengusaha identik dengan kemapanan hidup. Jika seseorang sudah menjadi pengusaha, maka yang terbayang di pikiran banyak orang adalah ia sudah nyaman, aman, dan bisa tidur nyenyak tanpa harus memikirkan apa yang harus ia makan esok hari karena semuanya sudah ada.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Anggapan di atas benar adanya, karena seorang pengusaha tidak usah mencari kerja, melainkan ia mempekerjakan orang. Ia tidak lagi mengharap gaji, melainkan ia yang menggaji orang lain. Dengan demikian, meski ia tidak bekerja sendiri, tapi ia bisa mengambil untung dari karyawan yang bekerja padanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Meskipun demikian, fakta di lapangan tidak banyak orang yang berani menjajali dunia usaha mandiri. Alasan klasiknya, mereka masih beranggapan bahwa untuk menjadi pengusaha membutuhkan duit dan modal yang banyak. Padahal kalau memang betul-betul ingin mencobanya, menjadi pengusaha tidak harus dengan modal berlimpah, apalagi di zaman informasi seperti sekarang ini yang segala sesuatu bisa didapat dengan mudah tanpa harus mengandalkan fisik dan materi. Jika di era pertanian dulu harus mengandalkan fisik dan era industri mengandalkan materi, pada era informasi ini hanya membutuhkan kemauan, tidak lagi fisik dan materi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kiranya sekilas gambaran di atas itulah yang ingin disampaikan Purdi E. Chandra dalam buku Cara Gila Jadi Pengusaha, Virus Entrepreneur Jadi Pengusaha Sukses ini. Dalam buku setebal 231 halaman ini Purdi E. Chandra mengajak pembaca untuk menjadi orang kaya dengan memilih menjadi pengusaha.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hematnya, menjadi pengusaha bisa menjadi solusi untuk mengatasi kegelisahan hati karena dompet yang sering tipis dan kosong. Rezeki itu bisa diusahakan menurut mimpi. Rezeki itu berbanding lurus dengan mimpi kita (hal. 5).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selain itu, untuk menjadi pengusaha tidak harus berpendidikan tinggi, bermodal banyak, dan berotak cerdas. Fakta di lapangan banyak di antara masyarakat kita yang sudah sarjana ternyata masih tercatat sebagai pengangguran, yang mempunyai cukup modal mandek, dan yang berotak cerdas tak kunjung “berkuasa”. Sebaliknya, cukup banyak orang yang sukses tanpa menyandang gelar sarjana dan banyak pengusaha yang memulai usahanya dengan mengembangkan mimpi-mimpinya dari modal nol (hal. 4).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Yang paling dibutuhkan untuk menjadi pengusaha hanya keberanian. Berani mencoba dan memulai usaha dengan langkah nyata. Mitos kegagalan dan modal melimpah yang seringkali menjadi hantu menakutkan harus dibuang jauh-jauh.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam dunia usaha tidak ada kamus kegagalan. Keterpurukan yang mereka anggap sebagai kegagalan lebih tepatnya karena ia berhenti mencoba, bukan karena gagal. Untuk itu, seorang pengusaha agar senantiasa terus mecoba dan mencoba lagi. Kegagalan yang mereka alami sebelumnya harus menjadi pelajaran dan koreksi untuk langkah selanjutnya menuju kesuksesan. Karena sejatinya dari sebuah kegagalan seseorang bisa berprosese dan mengambil pelajaran penting untuk menuju sukses.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kegagalan yang sering menghantui tersebut biasanya dikarenakan seseorang merasa tidak ahli, tidak punya ide, dan tidak berduit. Akibatnya energi mereka habis hanya untuk berpikir dan berpikir terus mau bagaimana, bisnis apa, dan modal dari mana, tapi tidak ada wujudnya. Oleh karena itulah, seseorang harus memiliki keberanian memulai bisnis apa pun yang diinginkan. Dalam hal ini Purdi E. Chandra berbagi jurus, bahwa ketika seseorang mau memulai bisnis tapi terkendala oleh modal, maka solusinya bisa memakai jurus BODOL (Berani, Optimis, Duit, Orang, Lain), dalam artian untuk memulai bisnis harus berani dan optimis. Toh, kalau kenyataannya tidak punya modal bisa pakai atau pinjam duitnya orang lain.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jika seseorang punya duit atau modal, tapi ternyata tidak ahli dalam bidang bisnis yang dijalankan, solusinya bisa memakai jurus BOTOL (Berani, Optimis, Tenaga, Orang, Lain), dalam artian selain memiliki keberanian dan keoptimisan, seseorang bisa memakai tenaga orang lain yang ahli agar bisnis tetap jalan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selanjutnya kalau ternyata tidak punya ide bisnis, solusinya bisa dengan jurus BOBOL (Berani, Optimis, Bisnis, Orang, Lain), dalam artian seseong bisa meniru dan nyontek bisnis orang lain yang sudah atau sedang berjalan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Purdi E. Chandra mengalogikan hal ini dengan seseorang yang mau masuk kamar mandi, di mana kalau seseorang mau masuk kamar mandi ia tidak banyak pikir. Kalau lantas airnya kurang hangat atau terlalu dingin, ia bisa mengaturnya kemudian. Seperti itu juga, seumpama bisnis yang kita jalankan kurang berkembang, kita bisa mengaturnya di jalan (hal. 76).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagai testimoni banyak tips dan trik dalam buku ini yang bisa dijadikan panduan memahami dengan mudah bagaimana cara memulai menjadi pengusaha. Dengan bahasa yang simpel dan mudah difahami buku ini menawarkan pola pikir baru tentang bagaimana mestinya memulai usaha dengan keberanian, tanpa uang, bakat, keturunan, keahlian, dan pengalaman.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Terakhir, buku ini mengajak segenap pembaca agar dalam hidup ini tidak selalu bergantung kepada orang lain. Mencari kerja pada orang lain memang baik, tapi membuka lapangan kerja untuk orang lain jauh lebih baik.</div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br />
Data Buku</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Judul : Cara Gila Jadi Pengusaha</div>
<div style="text-align: justify;">
Penulis : Purdi E. Chandra</div>
<div style="text-align: justify;">
Penerbit : Elex Media Komputindo</div>
<div style="text-align: justify;">
Cetakan : 18 Februari 2013</div>
<div style="text-align: justify;">
Tebal : 231 halaman</div>
<div style="text-align: justify;">
ISBN : 978-979-27-1281-0</div>
<div style="text-align: justify;">
Harga : Rp88.000</div>
<br />
<div style="text-align: right;">
<b><i>*dimuat di <a href="http://suar.okezone.com/read/2013/12/13/285/911722/menjadi-pengusaha-sukses" target="_blank">Okezone.com</a> (Jum'at, 13 Desember 2013)</i></b></div>
Abd. Basidhttp://www.blogger.com/profile/08778188291772369198noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2191510863881274442.post-2387702501472117142013-11-23T09:08:00.003-08:002013-11-23T09:10:01.018-08:00Ini Rahasia Menjadi Pribadi Sabar<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgo0Evy579uoUOm1YQtRikfprzxPofKHNRO-pe9E9diC26hDiHaBvqGRjun8Pln0-m7czhfhm8PaQg4oioo7NLDNcrQ5B0a-Zh8b9g7Xc2GkSJxMso1iObNGc0nHkhp43tXJ0zHqu0iGJ6a/s1600/Cover+Buku+Mukjizat+Sabar.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgo0Evy579uoUOm1YQtRikfprzxPofKHNRO-pe9E9diC26hDiHaBvqGRjun8Pln0-m7czhfhm8PaQg4oioo7NLDNcrQ5B0a-Zh8b9g7Xc2GkSJxMso1iObNGc0nHkhp43tXJ0zHqu0iGJ6a/s320/Cover+Buku+Mukjizat+Sabar.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><b>Kenikmatan</b></span> bisa menjadi petaka jika seseorang tidak bisa mensyukurinya. Sebaliknya, musibah bisa menjadi nikmat jika seseorang bisa bersabar menghadapinya. Rasanya, kesimpulan itulah yang dapat saya temukan dari buku “Mukjizat Sabar: Rahasia Kesabaran Para Nabi dan Orang-orang Saleh” karya seorang ketua Arab-American & Chaldean Council, Tallal Alie Turfe.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam buku ini Tallal Alie Turfe mengungkap rahasia dan keutamaan sabar. Menurutnya sabar merupakan indra keenam dan keberadaannya tersembunyi di balik indra yang tampak dan lumrah dimiliki manusia. Untuk mendapatkan indra keenam ini, seseorang membutuhkan sifat yang dapat meneguhkan dirinya agar mampu menjadi manusia berkarakter sempurna, dengan mengerahkan upaya ekstra. Ia tidak boleh menyerah sebelum melakukan segala kemungkinan. Di sinilah pentingnya sifat sabar itu menurut penulis (hal. 38).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lanjutnya, kita bisa melihat bagaimana para nabi dan syuhada dalam menghadapi segala musibah, kesulitan, dan ujian hidup (fitnah). Tanpa harus mengeluh mereka tetap yakin akan segala sesuatu yang ditakdirkan Tuhan kepadanya pasti sesuai dengan kwalitas dan kapasitas yang dimiliki dirinya. Mereka juga yakin, pada saat-saat sulit, dengan kekuasaan Tuhan, akan turun cahaya ke dalam hati hambanya yang tetap bersabar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mereka tidak henti-hentinya berusaha dan tidak pula berpangku tangan. Ia menghadapi saat-saat sulit itu dengan menyerahkan diri pada kehendak Allah secara total. Mereka yakin bahwa segala penderitaan yang sedang dihadapinya adalah sarana untuk menyempurnakan pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman yang sedang dialaminya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kita semua sangat mungkin menghadapi saat-saat sulit, dan hanya sabarlah yang dapat membawa kita ke dalam ketentraman jiwa untuk melalui berbagai kesulitan dan musibah itu. Mengambil teladan dari kisah sulit dan perjuangan para Nabi patut kita perhatikan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selain itu, Tallal Alie Turfe juga menekankan bahwa pentingnya bersabar tidaklah hanya dibutuhkan dalam keadaan sulit. Menurutnya, sabar sangat dibutuhkan dalam dua kondisi; sulit dan lapang. Dalam keadaan lapangpun seseorang harus tetap bersabar. Dalam keadaan kaya seseorang harus bersabar atas kelimpahan harta yang dimilikinya, dengan merencanakan pengaturan yang baik terhadap apa yang dimiliki sesuai dengan ajaran dan tuntunan agama dan berusaha bersikap adil kepada orang lain yang berbeda derajatnya (hal. 101).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jika seseorang bisa bersabar dalam dua keadaan di atas, maka kenikmatan selama-lamanya yang akan ia petik. Sebaliknya jika seseorang tidak bisa bersabar, khususnya dalam kekayaannya, maka ketersiksaan karena harta akan dialaminya. Hari-harinya akan dihantui oleh kekhawatiran akan nasib hartanya. Tidur pun tidak akan bisa nyenyak. Naudzubillah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk itu, agar seseorang siap dan bisa bersabar dibutuhkan pembentukan pribadi tangguh, di mana untuk mencapainya diperlukan beberapa langkah yang mesti diperhatikan (hal. 128-129), yaitu, pertama, menumbuhkan komitmen dalam diri untuk memusatkan perhatian dan mengerahkan usaha secara sungguh-sungguh dalam mempelajari dan memahami prinsip-prinsip ajaran Islam, sehingga semua sikap dan keputusan berlandaskan agama bukan ego.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kedua, sarana hikmah (kearifan) sebagai upaya mencapai keseimbangan hidup antara karakter pribadi dan usaha mecapai kesempurnaannya. Dalam hal ini kita bisa melihat bagaimana praktik dan tindakan yang diambil para nabi dan para sahabatnya dalam menjalani hidup yang tak selamanya mulus dan lurus.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ketiga, sikap percaya diri, di mana hal ini dapat memicu kejernihan perpikir seseorang yang indikasinya akan terlihat pada sikap sabar, hingga akhirnya akan melahirkan manusia yang sempurna, tulus, dan ketaatan sempurna pada Tuhan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Menjadi langkah konkrit dari buku ini sebagai motivasi sabar, banyak kisah teladan kesabaran yang disuguhkan di dalamnya, baik dari para nabi, sahabat, dan para syuhada’ yang bisa dijadikan pelajaran hidup bagi umat manusia.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nabi Ayyub menjadi teladan kesabaran dalam menghadapi musibah (hal. 156). Nabi Ismail bisa menjadi teladan kesabaran dalam menjalankan perintah Allah, meski nyawa menjadi taruhannya (hal. 160). Nabi Idris bisa menjadi teladan kesabaran dalam menjalankan tugas-tugas kepemimpinan, di mana ia tidak pernah lengah menunaikan semua tugas dan kewajibannya (hal. 162). Khadijah binti Khuwailid bisa menjadi teladan kesabaran dalam menjaga kekayaan yang diberikan Allah kepadanya, di mana ia tetap rendah hati meski gelimang harta dimilikinya (hal. 173).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Buku ini sangat cocok untuk dibaca semua kalangan, lebih-lebih era sekarang ini di mana para pemimpin negeri ini tidak bisa bersabar sehingga gampang melakukan korupsi. Hartawannya tidak bisa bersabar sehingga menjadi sombong dan bangkrut. Pemeluk agamanya tidak bisa bersabar menerima keadaan sehingga putus asa dan kadang tidak percaya Tuhan. Semoga Allah menggolongkan kita semua kepada orang-orang yang bersabar. Amin.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Data Buku</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Judul : Mukjizat Sabar</div>
<div style="text-align: justify;">
Penulis : Tallal Alie Turfe</div>
<div style="text-align: justify;">
Penerbit : Mizania, Bandung</div>
<div style="text-align: justify;">
Cetakan : I, Juni 2013</div>
<div style="text-align: justify;">
Halaman : 276 Halaman</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: right;">
<i><b>*telah dimuat di <a href="http://wasathon.com/resensi-/view/2013/11/22/ini-rahasia-menjadi-pribadi-sabar" target="_blank">Wasathon.com</a></b></i></div>
Abd. Basidhttp://www.blogger.com/profile/08778188291772369198noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2191510863881274442.post-59045544544367232972013-10-15T20:19:00.001-07:002013-10-18T09:37:19.860-07:00Pesan Moral dan Spirit Ekonomi Kurban<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBH9tBAC-bEOy2cBQqFnjq0Yss1OyianwFpwj4tiWngs9cGNYbca-BNHdhpvG4ART-9cWRQ-As4g_LLW8JQ-i3HO3Xj5UrVVZ9VdwOirEgleQo5GeDfPC9Vq5bvVPEwJ_s86oaGmfa5lSl/s1600/Id+Mubarak.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBH9tBAC-bEOy2cBQqFnjq0Yss1OyianwFpwj4tiWngs9cGNYbca-BNHdhpvG4ART-9cWRQ-As4g_LLW8JQ-i3HO3Xj5UrVVZ9VdwOirEgleQo5GeDfPC9Vq5bvVPEwJ_s86oaGmfa5lSl/s320/Id+Mubarak.jpg" width="320" /></a></div><span style="font-size: large;"><b>Secara</b></span> serentak, Selasa (15/10) kemarin, umat Islam semuanya melaksanakan hari raya Idul Adha 1434 atau yang biasa dikenal juga dengan sebutan Idul Kurban. Dengan demikian ritual penyembelihan hewan kurban akan segera dimulai, yaitu pas setelah selesai shalat ‘id dan tiga hari tasyrik setelahnya (11, 12, dan 13 Dzulhijjah), di mana selama hari tasyrik itu kurbannya seseorang akan dinilai ibadah.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dalam sejarahnya, ibadah kurban ini merupakan napak tilas perjuangan dan keteguhan Nabi Ibrahim dan Nabi Isma’il dalam mematuhi dan melaksanakan perintah Allah lewat usaha penyembelian Nabi Ismail oleh Nabi Ibrahim.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Diceritakan bahwa pada suatu malam Nabi Ibrahim bermimpi dan dalam mimpinya, beliau mendapatkan perintah untuk menyembelih putranya Ismail. Sebagai seorang ayah dan Ismail sendiri merupakan putra semata wayangya, tentunya, beliau (awalnya) kurang begitu percaya akan mimpi tersebut. Jangan-jangan perintah menyembelih Ismail itu bukan berasal dari Allah, melainkan merupakan bisikan setan belaka. Akan tetapi, setelah tiga malam berturut-turut Nabi Ibrahim mendapatkan mimpi yang sama, maka akhirnya beliau mendiskusikan perintah itu dengan Ismail.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dengan kapasitas Ismail yang merupakan putra yang taat dan shaleh, ia merelakan diri untuk disembelih sebagaimana perintah Allah dalam mimpi ayahandanya. Singkat cerita dan pada akhir kisahnya ternyata Ismail tidak jadi disembelih, yang akhirnya Allah mengantinya dengan seekor domba yang dibawa Jibril dari surga (QS. As-Shoffat: 102-106).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFjApQHPdMd3QGOK5dSi6XwVs-U1QfBDxd3-nyJ5ciyFeze0PBhUhVNFFO2i3kDCeDcgduZdjyzfEp5mnb6o958m-4oGddvN-QD_roDJYXoQKgEH1s-hLARjxV6ADuVhuJq0sqSArRHOUD/s1600/Opini+Duta+Masyarakat,+16-10-13.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFjApQHPdMd3QGOK5dSi6XwVs-U1QfBDxd3-nyJ5ciyFeze0PBhUhVNFFO2i3kDCeDcgduZdjyzfEp5mnb6o958m-4oGddvN-QD_roDJYXoQKgEH1s-hLARjxV6ADuVhuJq0sqSArRHOUD/s320/Opini+Duta+Masyarakat,+16-10-13.png" width="226" /></a></div><div style="text-align: justify;"><b>Pesan Moral</b></div><div style="text-align: justify;">Dalam Al-Qur’an surah Al-Hajj :36-37 ditegaskan bahwa ibadah kurban itu haruslah memenuhi empat syarat utama. Pertama, secara fisik hewan kurban adalah binatang ternak yang sehat, sempurna jasadnya, dan cukup usianya. Kedua, penyembelihan dilakukan dengan cara yang sebaik-baiknya, sehingga hewan yang disembelih tidak tersiksa. Ketiga, daging kurban harus dibagikan kepada orang-orang miskin. Keempat, dan ini yang paling penting, kurban dilaksanakan dengan ikhlas karena iman dan taqwa kepada Allah.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dari empat syarat utama tersebut, maka kita akan menemukan pesan moral yang tersirat di baliknya. Pertama, kurban mengajarkan kita untuk senantiasa bersikap dermawan dan tidak rakus atau kikir. Kurban mendidik kita untuk peduli dan mengasah sikap sosial. Seseorang tidak pantas kenyang sendirian dan bertaburan harta, sementara banyak sesama manusia membutuhkan bantuan dan uluran tangan. Persyaratan hewan kurban yang sangat ketat sesungguhnya merupakan tuntunan agar kita memberikan yang terbaik untuk sesama (QS. Ali ‘Imran: 92).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kedua, secara simbolis kurban mendidik kita untuk membunuh sifat-sifat kebinatangan. Di antara sifat-sifat kebinatangan yang harus kita kubur adalah sikap mau menang sendiri dan berbuat dengan hanya dibimbingan nafsu. Manusia adalah makhluk yang paling utama. Tetapi jika tingkahlakunya dikuasai nafsu, maka pendengeran, penglihatan, dan hati nuraninya tidaklah akan berguna. Jika sudah demikian, maka jatuhlah derajat kemanusiaannya, bahkan lebih hina dibandingkan dengan binatang. Dalam hal ini Al-Qur’an menggolongan mereka sebagai orang-orang yang lalai (QS. Al-A’raf: 179).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ketiga, kurban mengingatkan kita agar senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai, harkat, dan martabat kemanusiaan. Digantinya Ismail dengan domba menyadarkan kita bahwa mengorbankan manusia di atas altar adalah perbuatan yang dilarang Allah. Ibadah yang kita laksanakan harus menjunjung tinggi dan menghormati hak-hak manusia. Bahkan, hewan kurban yang akan disembelih pun harus diperlakukan dengan penuh kasih sayang. Karena itulah, maka perbuatan semena-mena, keji, dan kejam sangan dilarang oleh Islam.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>Spirit Ekonomi Kurban</b></div><div style="text-align: justify;">Bagi umat muslimin yang mampu untuk menyembelih hewan kurban, maka dianjurkan bagi mereka untuk mempersembahkannya pada khalayak ramai, lebih-lebih kaum fakir-miskin dan yatim-miskin.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Pemotongan hewan kurban tidak dapat digantikan oleh yang lain. Karena, pada dasarnya dan kenyataannya ibadah kurban merupakan ibadah yang (hanya) berbentuk penyembelihan hewan. Dengan pensyariatan ibadah kurban, maka makin sempurnalah ajaran Islam terkait dengan upaya jaminan kesejahteraan sosial umat dan masyarakat. Artinya, bukan saja dalam hal ekonomi dan keuangan yang dikandungnya, melainkan juga sampai dalam bentuk penjaminan gizi yang baik. Setiap kaum muslimin, paling sedikit dalam setiap tahun, minimal sekali atau beberapa kali harus mengonsumsi daging.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dilihat dari sudut pandang jaminan kesejahteraan sosial-ekonomi keumatan dan kerakyatan, hewan kurban juga mencerminkan sebuah konseptual ekonomi yang benar-benar berkeadilan, berpemerataan, dan berkeberkahan. Adil, mengingat daging hewan kurban itu berasal-usul dari kalangan masyarakat ekonomi menengah dan atas (aghniya’/ the have), kemudian disalurkan kepada para mustahiq yang notabenenya adalah orang-orang fakir dan miskin, terutama anak-anak yatim yang miskin. Sungguh berkah mengingat daging kurban, meski kelihatannya tidak seberapa, yang diberikan kepada masing-masing mustahiq, namun kenyataannya kehadiran sepotong daging kurban itu benar-benar menghibur kaum fakir-miskin.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Untuk itu, kiranya kita semua—terutama mereka para pemegang kebijakan dan istansi terkait perlu untuk mengaca pada spirit ekonomi kurban ini. Jika demikian, maka pembagian hak rakyat (baca: bantuan) tidak akan menemukan ketidak adilan dan kecemburuan sosial yang mestinya hal itu tidak terjadi—dan tentunya tidak akan ada kourpsi.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Akhir kata, semoga kita bisa memetik dan mengambil hikmah dari perayaan hari raya (kurban) ini—yang tentunya akan menumbuhkan etos kurban yang seringkali tidak terpatri pada diri kita dan pera petinggi kita. Semoga!</div><div style="text-align: right;"><i><b>*Dimuat di harian <a href="http://dutaonline.com/16/10/2013/pesan-moral-dan-spirit-ekonomi-kurban/" target="_blank">Duta Masyarakat</a> (Rabu, 16 Oktober 2013)</b></i></div>Abd. Basidhttp://www.blogger.com/profile/08778188291772369198noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2191510863881274442.post-13201579269241243252013-10-14T00:41:00.001-07:002013-10-14T00:42:35.188-07:00Cabut Gelar Akademik Koruptor<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7F8FmMYpGuH6zW0zDHWofe3_3JevtsxBwRIsKTrMU6eyIjCWP9cvRWWKPQ2d-VFSFrQcaw56afdvCkCxvEqmuKJk_9OeQBWm0cwxr1OYaNbWXwINvtb4oS_D-LMsWROT4TfgTW0MWQyam/s1600/GA.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7F8FmMYpGuH6zW0zDHWofe3_3JevtsxBwRIsKTrMU6eyIjCWP9cvRWWKPQ2d-VFSFrQcaw56afdvCkCxvEqmuKJk_9OeQBWm0cwxr1OYaNbWXwINvtb4oS_D-LMsWROT4TfgTW0MWQyam/s400/GA.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><b>Tertangkapnya</b></span> ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Akil Mochtar, dan salah seorang anggota DPR, Chairun Nisa, oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) karena kasus suap Rp 2 miliar-3 miliar, beberapa waktu lalu semakin menambah jumlah pelaku korupsi di negeri ini. Posisi Akil Mochtar sebagai ketua MK dan bergelar Doktor di bidang hukum yang disandangnya ternyata tidak menjadikannya arif akan aksi korupsi yang tak bermotal itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Berkaitan dengan itu, rata-rata pelaku korupsi di negeri ini mereka yang berpendidikan tinggi dan sudah bergelar hingga doktor. Lihat saja, Akil Mochtar bergelar Doktor di bidang hukum Universitas Padjajaran dan Chairun Nisa juga bergelar Doktor pendidikan Universitas Negeri Jakarta yang juga manjabat sebagai dosen Universitas Palangkaraya. Inilah yang menjadi ironi para petinggi negeri ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kaitannya dengan pendidikan, pendidikan tinggi tentunya tidak hanya membuka dan memberikan jaminan peluang kerja kepada alumninya di tengah pragmatisme dunia pendidikan, lebih dari itu institusi pendidikan tinggi di samping ikut menyumbangkan kemajuan pendidikan di Tanah Air juga mempunyai tanggung jawab terhadap anak didiknya selama menempuh pendidikan hingga ia menekuni suatu bidang usaha atau karir tertentu. Sikap yang ditampilkan oleh alumni pada lembaga pendidikan merupakan cerminan atas kualitas dan budaya pendidikan pada lembaga tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk itu, sebagai bentuk tanggung jawab pendidikan tinggi terhadap alumninya yang berperilaku tak terdidik, perlu kiranya ia mencabut gelar akademik yang selama ini disandangnya dan tidak diakui lagi sebagai alumni. Dengan begitu, ia tidaklah lagi terakui sebagai orang berpendidikan tinggi, seperti halnya prilaku koruptif yang tidak mencerminkan orang terdidik sama sekali. Bagaimana pun juga prilaku koruptif sangatlah mencoreng nama baik pendidikan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: right;">
<i><b>*dimuat di harian Radar Surabaya (Senin, 14 Oktober 2013)</b></i></div>
Abd. Basidhttp://www.blogger.com/profile/08778188291772369198noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-2191510863881274442.post-11255895159829460112013-09-17T19:21:00.004-07:002013-09-17T19:23:58.235-07:00Derita Seorang Pengamen Cilik<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh04OwzfNnBY3L-qk0xj2p1ER3_lRKmsfYbu5qop1ud8aeHTmr-iFs2nkZ6jK2iCCHXK6UR5iXVWYeWXQ789OWCCmaaDUlWXmPYcG2exKx8ksyo8129vairh3W4Pa0MlPt5p2rRTioalRBm/s1600/Cover+Buku+Butiran+Debu.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh04OwzfNnBY3L-qk0xj2p1ER3_lRKmsfYbu5qop1ud8aeHTmr-iFs2nkZ6jK2iCCHXK6UR5iXVWYeWXQ789OWCCmaaDUlWXmPYcG2exKx8ksyo8129vairh3W4Pa0MlPt5p2rRTioalRBm/s320/Cover+Buku+Butiran+Debu.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><b>MENELUSURI</b></span> kiprah dan jumlah pengamen di negeri ini, bisa dipastikan bahwa dari tahun ke tahun jumlah pengamen semakin banyak dan menyebar sampai ke mana-mana. Tidak hanya di kota-kota besar, di pelosok pun sekarang sudah dimasuki pengamen. Latar belakang dan tujuan mereka berbeda-beda. Mulai dari tujuan menghibur, melatih mental, iseng, mengisi waktu senggang, berharap materi (uang), hingga mejadi profesi sehari-hari yang biasa kita temui di terminal-terminal, lampu merah, dan tempat-tempat publik lainnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Meskipun demikian, menjadi pengamen jalanan tentunya tidak selalu menjadi pilihan hidup bagi mereka. Tidak sedikit dari mereka yang menjalani semua itu karena terpaksa atau dipaksa oleh keadaan hidup yang menurutnya selalu terjal. Lebih-lebih para pengamen cilik, yang tak tahu arah mau ke mana. Mau cari kerja, ia tidak berijazah, mau berdagang ia tidak punya modal, dan mau bermanja-manja di rumah ia tidak punya orang tua. Sebagai pilihan hidupnya, akhirnya mengamen menjadi alternatif terakhirnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kiranya seperti itulah pesan yang mau disampaikan penulis dalam novel Butiran Debu, karya novelis produktif, Taufiqurrahman Al-Azizy ini. Melalui tokoh utamanya, Iwan, diceritakan bahwa Iwan seorang pengamen cilik yang datang ke kota dari sebuah desa yang dia sendiri tak mengetahui nama desa asalnya. Ia hidup seorang diri tak punya orang tua. Ibunya, Bu Rohana, memilih bunuh diri karena tidak kuat menahan penderitaan hidup yang selalu ganas, bapaknya, Pak Rustam, pergi dan tak kembali meninggalkan mereka tanpa kabar, dan adik satu-satunya, Siti, harus berpisah ketika ada razia gelandangan di sebuah mal di Jakarta.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sejak itulah Iwan hidup sebatang kara tak tahu apa, ke mana, dan berbuat apa. Hidupnya kini di jalanan, tidur di kolong jembatan, dan melawan dinginnya malam dan teriknya matahari siang. Ia pun mengamen dari satu tempat ke tempat lainnya berharap ada orang yang mau memberinya uang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Singkat cerita, pertemuan Iwan dengan Bang Rahman akhirnya membuat nasib Iwan sedikit berubah. Pertemuan tak disangka-sangka itu ternyata membuat kehidupannya sangat beruntung dan jauh lebih baik. Lewat sebuah audisi kecil dengan bimbingan Bang Rahman, Iwan berhasil menarik simpati publik. Ia pun menjadi terkenal dan bisa bertemu dengan Siti yang telah lama hilang dan berpisah di saat razia gelandangan beberapa tahun lalu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Latar belakang keluarga Iwan yang pedih, semenjak kecil sudah tidak punya figur seorang ayah, tanpa kasih sayang ibu, dan tak ada kebersamaan dengan adiknya, menggambarkan kebanyakan pengamen cilik di negeri ini. Hemat saya, cerita Iwan di atas, tidaklah hanya ada dalam novel ini. Kalau kita melihat dan mencoba turun ke lapangan, banyak sekali pengamen-pengamen cilik negeri ini yang senasib dengan Iwan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di sinilah salah satu keistimewaan dari seorang Taufiqurrahman Al-Azizy yang dalam setiap novel karyanya rata-rata terinspirasi dan terangkat dari fakta dan suasana hidup yang sering menjadi masalah di sekitar kita, sehingga membuat pembaca mudah hanyut dan larut di dalamnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selain itu, gaya bahasa Taufiqurrahman Al-Azizy dalam menulis novel selalu dramatis-puitis, dengan tanpa terasa kadang membuat pembaca seakan ikut menjadi tokoh di dalamnya. Bahkan, pembaca bisa lebih sadar dan peduli terhadap lingkungan sekitar kita.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selanjutnya, layaknya tidak ada gading yang tak retak, karya ini juga demikian, di mana ending cerita dalam novel ini terkesan tidak tuntas, sehingga ceritanya menggantung. Bagaimana nasib Iwan dan Siti setelah mereka berdua bertemu? Terlebih juga bagaimana nasib mereka berdua setelah bertemu Bu Rohana yang selama ini dianggap mati bunuh diri dan ternyata masih hidup? Bagaimana status Siti yang telah menjadi anak angkat dari orang tak dikenal? Semua itu menjadi tanda tanya pembaca dari novel Butiran Debu ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Secara umum, novel dengan tebal 348 halaman ini bagus dan layak dinikmati oleh berbagai kalangan—termasuk para wakil rakyat yang sering tidur ketika rapat dan terlena dengan jabatan. Bagi kalangan muda, kisah ini bisa menjadi motivasi lewat tegarnya seorang Iwan. Bagi kalangan remaja, bisa menjadi inspirasi lewat seorang Bang Rahman. Bagi kalangan tua, bisa menjadi introspeksi lewat Bu Rohana dan Pak Rustam, dan yang lebih penting para petinggi dan wakil rakyat kita agar tidak sekadar tahu akan kondisi rakyat di bawah sana. Selamat membaca! </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Data Buku</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Judul : Butiran Debu</div>
<div style="text-align: justify;">
Penulis : Taufiqurrahman Al-Azizy</div>
<div style="text-align: justify;">
Penerbit : Diva Press, Jogjakarta</div>
<div style="text-align: justify;">
Cetakan : I, 2013</div>
<div style="text-align: justify;">
Tebal : 348 halaman</div>
<div style="text-align: justify;">
ISBN : 978-602-7665-56-9</div>
<div style="text-align: right;">
<b><i>*telah dimuat di <a href="http://radarmadura.co.id/2013/09/derita-seorang-pengamen-cilik/" target="_blank">Radar Madura</a> (9 September 2013)</i></b></div>
Abd. Basidhttp://www.blogger.com/profile/08778188291772369198noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2191510863881274442.post-26746199344498167932013-09-14T15:00:00.000-07:002013-09-14T15:06:58.481-07:00Mimpi Anak Rantau<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh2c7XDAMUOgzvtbuyGWN4LlsBXYtNsDv3yTfaFfvQ5eRsYMrVmzK79MMZEwf96p-lVO8YFQneYKuiGlhGrwy1n5XXDzGzXXUHQjOF37NslDMUmVVaelUzrQWDDC-nyIXDMh4l4dbCGvM3e/s1600/Cover+Rantau+1+Muara.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh2c7XDAMUOgzvtbuyGWN4LlsBXYtNsDv3yTfaFfvQ5eRsYMrVmzK79MMZEwf96p-lVO8YFQneYKuiGlhGrwy1n5XXDzGzXXUHQjOF37NslDMUmVVaelUzrQWDDC-nyIXDMh4l4dbCGvM3e/s400/Cover+Rantau+1+Muara.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><b>Hidup</b></span> seseorang itu tidak selamanya lurus. Hidup itu kadang perlu beradu, bergejolak, bergesekan. Dari gesekan dan kesulitan itulah, sebuah pribadi akan terbentuk matang dan menemukan muaranya. Kiranya, itulah kesimpulan saya setelah membaca novel <i>Rantau 1 Muara</i> karya A. Fuadi ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam novel setebal 405 halaman ini penulis melanjutkan petualangannya setelah sebelumnya berpetualang dari Sumatera ke tanah Jawa lewat <i>Negeri 5 Menara</i>-ya dan dilanjutkan ke Amerika lewat <i>Ranah 3 Warna</i>-nya. Dalam Novel <i>Rantau 1 Muara</i>-nya ini penulis seakan ingin menguatkan kembali semangat dari anak pelosok negeri untuk merantau ke berbagai tempat di belahan dunia.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Cerita dimulai ketika Alif, sebagai tokoh utama, lulus sarjana merasa kesulitan untuk mendapat pekerjaan. Kesulitan materi, yang ditambah lagi karena krisis moneter pada waktu itu, membuat Alif banting tulang mencari kerja hingga ke Jakarta. Puluhan surat lamaran kerja dilayangkan ke berbagai instansi, baik dalam negeri maupun luar negeri, tak kunjung membuahkan hasil. Hingga akhirnya Alif tersangkut di majalah Derap, diterima sebagai wartawan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di Derap inilah eksistensi dan mental kejurnalisan Alif mulai terasah. Lewat bimbingan Mas Aji dan Mas Malaka, <i>dynamic duo</i> Derap, Alif belajar menjadi wartawan profesional yang benar-benar menyajikan informasi faktual dan bebas dari iming-iming amplop.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Meskipun Alif merasa nyaman, ternyata Alif butuh gaji yang lebih besar dari Derap karena ia juga harus menghidupi keluarganya di Padang. Arah tujuannya pun berubah untuk menuntut Ilmu S2 di Amerika dengan mengincar beasiswa <i>Fulbright</i>. Setelah melewati berbagai rintangan dan terjalnya cobaan, Alif lulus seleksi dan diterima kuliah di <i>George Washington University</i> di Washingthon DC (hal. 186).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Geliat Cinta Alif</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Langkah sukses Alif tidak bisa dilepaskan dari peran Dinara, teman wartawan di Derap, yang dengan senang hati menemaninya belajar TOEFL dan membantu persiapan tes lainnya. Semenjak itu hubungan Alif dan Dinara semakin akrab, hingga ada sebagian teman sekantornya mengesahkan keduanya sebagai sepasang kekasih.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hidup di Amerika membuat Alif semakin menikmatinya sebagai mahasiswa dan pegawai di salah satu penjualan tiket. Ia pun mendapatkan banyak teman, mulai dari asli pribumi hingga teman setanah air. Namun, semua itu kurang lengkap karena Alif masih hidup membujang. Melalui sulutan dari Mas Garuda, kakak angkatnya di Amerika, Alif memberanikan diri untuk mengungkapkan isi hatinya pada Dinara yang belum sempat terungkap di Tanah Air karena waktu itu Alif belum berani (hal. 229-236).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pucuk dicita ulampun tiba, ternyata Dinara juga sehati dengan Alif. Namun, Alif yang masih terbilang muda dan kuliahnya belum kelar, menjadi permasalahan bagi Sutan Rangkayo Basa, ayah Dinara. Alif pun harus berpikir tujuh keliling untuk bisa menaklukkan hati Sutan Rangkayo Basa. Dengan bantuan ibu Dinara akhirnya ayah Dinara merestui keduanya untuk menikah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di saat semuanya sudah pasti, rintangan datang lagi. Pada saat yang sama, Dinara diterima kuliah di Inggris. Beasiswa yang sudah lama diajukannya dan impiannya bisa sekolah di Inggris, mendapat jawaban bersamaan dengan datangnya Alif mempersunting dirinya. Terjadilah perdebatan sengit antara Alif dan Dinara, hingga akhirnya Dinara mengalah dan ikut ke Amerika menemani Alif, suaminya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Seiring berjalannya waktu, Alif dan Dinara hidup nyaman dan bahagia. Di sana Dinara bekerja sebagai penjaga toko buku dan kemudian diterima bekerja sebagai wartawan di media ternama, ABN, dan menyusul kemudian Alif juga diterima di ABN juga (hal. 312). Sejarah terulang kembali seperti di Derap dulu, Alif dan Dinara bekerja di kantor yang sama. Mereka pun berhasil menjadi dynamic duo. Laporan-laporannya begitu disuka orang-orang ABN dan diminati para pembaca.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Life is perfect</i>. Namun, di saat semua kebutuhan terpenuhi, Dinara merasa gelisah dan ingin segera pulang dan kembali ke Tanah Air, mengabdikan diri kepada Bangsa dan Negara, karena bagaimanapun juga tanah rantau tetaplah tanah asing yang statusnya menumpang. Mendapatinya, Alif merasa acuh karena di tanah rantaulah ia menemukan kemapanan hidup, meskipun pada akhirnya lewat shalat istikharah-nya Alif memantapkan diri untuk pulang untuk selamanya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Peristiwa 11 September 2001 di <i>World Trade Center</i>, New York, menggoyahkan jiwa Alif. Orang dekatnya, Mas Garuda, harus hilang karena menjadi korban pengeboman gedung megah itu. Alif dipaksa memikirkan ulang untuk pulang ke Tanah Air (hal. 357).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tidak cuma itu, yang betul-betul sangat menguji kebulatan tekat Alif, ketika ia sudah hendak pulang dan sudah memesan tiket, tak disangka datang sebuah surat dari surat kabar nomer satu di Amerika, EBC (<i>European Broadcasting Corporation</i>), dengan gaji tak tertandingi meminta Alif untuk menjadi editor intinya. Bagaimana tidak tergiur, secara hitung-hitungan materi, Alif akan tambah nyaman dengan gaji yang tinggi, tanpa harus pusing tujuh keliling (hal. 384-391).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun, kembali pada misi hidup, di mana hidup akan bermuara? Dari Indonesia Alif bermula dan ke Indonesia pula dia akhirnya bermuara. Sesukses apa pun seseorang jika masih hidup menumpang di negeri orang, maka muara hidup tidak akan tercapai. Man saara ala darbi washala (siapa yang berjalan di jalannya akan sampai di tujuan).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Membaca novel ini akan membuat pembaca terkesan dan tidak ingin lepas hingga tuntas. Bahasa yang digunakan penulis begitu renyah dan ringan, membuat pembaca larut dalam kisah dari halaman ke halaman hingga akhir. Selamat membaca!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Data Buku</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Judul : Rantau 1 Muara</div>
<div style="text-align: justify;">
Penulis : A. Fuadi </div>
<div style="text-align: justify;">
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama, Jakarta</div>
<div style="text-align: justify;">
Cetakan : I, Mei 2013</div>
<div style="text-align: justify;">
Tebal : 405 halaman</div>
<div style="text-align: justify;">
ISBN : 978-979-22-9473-6</div>
<div style="text-align: right;">
<i><b>*telah dimuat di harian Radar Surabaya (Minggu, 15 September 2013)</b></i></div>
Abd. Basidhttp://www.blogger.com/profile/08778188291772369198noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2191510863881274442.post-48473234937582184932013-09-14T14:07:00.007-07:002013-09-17T19:34:35.153-07:00Lelaki Sang Pengeja Ayat-Ayat Tuhan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhi8rcEFZ4rmnoBIcVK8s_Dz5H-6sBQWu_PBLeEXIl0WXoLo_aDqH-U91gt6zHy_4qvH4Z_DYK1fBVs5tmtOwAuC3t0Xtp_P_ce3oPHHj6fxma151Jm6Pn8_6lS4gQFRrKInvmTabQlPtHD/s1600/Lelaki+yang+Menggenggam.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhi8rcEFZ4rmnoBIcVK8s_Dz5H-6sBQWu_PBLeEXIl0WXoLo_aDqH-U91gt6zHy_4qvH4Z_DYK1fBVs5tmtOwAuC3t0Xtp_P_ce3oPHHj6fxma151Jm6Pn8_6lS4gQFRrKInvmTabQlPtHD/s320/Lelaki+yang+Menggenggam.png" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><b>Sedari</b></span> awal, lewat sinopsis yang terdapat pada sampul belakang dan pengantar penulis novel ini, pembaca sudah diberitahu bahwa ada sesuatu yang baru dari karya Taufiqurrahman Al-Azizy yang satu ini (hal. 10).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kisah di dalamnya sangat berbeda dengan kisah-kisah yang pernah ia tulis sebelumnya, di mana novel ini lebih mementingkan isi daripada kisahnya. Kata dan kalimatnya sengaja dipilih dan disusun untuk menjelaskan berbagai perkara dan persoalan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Bagi penikmat sastra, perbedaan yang ditampilkan penulis dalam novel ini mungkin merupakan kelebihan dan keistimewaan karena posisinya sebagai salah satu bentuk karya sastra.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selain itu, ciri khas dari penulis produktif satu ini yaitu pesan moral dan ceritanya yang tak gampang ditebak, tak terkecuali pada novel yang berjudul <i>Lelaki yang Menggenggam Ayat-Ayat Tuhan</i> ini. Dalam novel ini pembaca akan dibuat penasaran melalui tokoh lelaki misterius yang tinggal di sebuah bukit di sebuah desa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kisahnya, tinggallah seorang lelaki bernama Taa yang tiba-tiba muncul di atas bukit. Kemunculannya sulit dikenali, seakan ia muncul begitu saja dari balik pohon dan kabut. Ia hadir di bukit itu seakan-akan menjadi orang yang telah meloncat begitu saja dari masa lalunya yang dirahasiakan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan menghuni gubuk kecil milik salah seorang pemilik sawah di atas bukit itu, hari demi hari Taa mulai menikmati indahnya pegunungan, segarnya udara pagi dan sore, dan cahaya rembulan di malam hari.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Seiring berjalannya waktu, lama kelamaan Taa berhasil mencuri perhatian warga yang jauh tinggal di bawah bukit itu. Seketika ia turun ke bawah bukit sekedar membeli keperluan sehari-hari di warung Bi Inah, warga semakin penasaran dan bahkan curiga akan keberadaannya di atas bukit itu. Siapa gerangan Taa itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kecurigaan mereka lama kelamaan berubah menjadi kekaguman karena ternyata ucapan, petuah, dan nasihatnya mampu mencerahkan berbagai permasalahan yang dihadapi warga. Semenjak itulah satu persatu dari mereka mendatangi gubuk Taa, berharap dapat petuah dan nasihat dari masalah yang dihadapinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bahkan Taa juga berhasil mencuri perhatian para pemudi warga bawah bukit itu, mulai karena ketampanan, kebijakan, sampai kepribadiannya, lebih-lebih Naila yang sejak awal mengetahui banyak buku-buku bacaan antara Taa dan dirinya banyak yang sama.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lewat kabar dari ayahnya yang melihat buku-buku bacaan, seperangkat alat shalat, kitab suci milik Taa yang ia simpan di dalam gubuk, Naila menjadi yakin bahwa Taa bukanlah orang sembarangan. Meski asal usul Taa tak jua terjawab, namun kekaguman Naila atas kebijakan dan kepribadiannya tidak menjadi penghalang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Siapakah Taa? Pertanyaan inilah yang juga tak kunjung terjawab dan membuat penasaran pembaca novel ini. Ternyata Taa adalah lelaki yang berusaha mengasingkan diri pergi ke bukit untuk menghindari kelamnya masa lalu karena ia difitnah oleh banyak orang di desanya. Hanya gara-gara ideologi yang tidak sama dengan masyarakat kebanyakan Taa difitnah dan dicap sesat, hingga akhirnya ia berada di bukit itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di saat Taa mulai menemukan ketenangan di bukit itu, orang-orang dari masa lalunya menemukan keberadaannya dan berusaha mengusik kembali mempertanyakan ideologi masa lalu Taa yang dianggap sesat (hal. 266-294). Ustadz Abu menjadi perwakilan dari mereka yang bersebarangan dengan Taa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di hadapan orang-orang yang mulai memuji dan menghormatinya, Taa mempertaruhkan dirinya. Diadakanlah pertemuan khusus bersama warga. Jika nantinya ternyata Taa kalah dan salah, maka masyarakat yang akan mengadili Taa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ada empat hal yang dipermasalahkan oleh Ustadz Abu pada pertemuan tersebut dengan dihadirkan bukti-bukti masa lalu yang mereka bawa dari desanya. Pertama perihal tuduhan terhadap Taa yang dianggap mempermainkan wanita dengan permainan kata-kata (hal. 325). Kedua, perihal tuduhan ketidak lugasan Taa dalam menyampaikan ajaran Agama. Ketiga, perihal sandiwara atau drama yang ditengarai bertentangan dengan Islam. Dan keempat, perihal ketidak setujuan Taa pada paham wajibnya memelihara jenggot bagi kaum laki-laki (hal. 352).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan "mengeja" ayat-ayat Tuhan; Al-Qur'an, hadis Nabi, dan fakta-fakta sejarah, Taa menyangkal argumen-argument Ustadz Abu dan kelompoknya di depan para hadirin dengan penyampaian yang tegas dan lugas, hingga akhirnya para hadirin berpihak pada Taa (hal. 372-378).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pesan moral dari kisah novel ini bahwa betapa kebenaran itu harus dipertahankan dengan argumen yang bisa dipertanggung jawabkan. Selain itu, bahwa musyawarah (dialog) layak menjadi solusi alternatif untuk menyelesaikan sebuah konflik.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagai catatan akhir, novel setebal 394 halaman ini mengajak pembaca untuk memahami segala kompleksitas kehidupan sosial-agama kemasyarakatan dengan lebih bijak, tanpa harus terpaku pada kebenaran dogmatis. Selamat membaca! ***</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Data Buku</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Judul : Lelaki yang Menggenggam Ayat-Ayat Tuhan</div>
<div style="text-align: justify;">
Penulis : Taufiqurrahman Al-Azizy</div>
<div style="text-align: justify;">
Penerbit : Diva Press, Jogjakarta</div>
<div style="text-align: justify;">
Cetakan : I, 2012</div>
<div style="text-align: justify;">
Tebal : 394 halaman</div>
<div style="text-align: justify;">
ISBN : 978-602-7641-41-9</div>
<div style="text-align: justify;">
Harga : Rp. 48.000,00</div>
<div style="text-align: right;">
<i><b>*telah dimuat di <a href="http://www.harianbhirawa.co.id/opini/66808-lelaki-sang-pengeja-ayat-ayat-tuhan" target="_blank">Harian Bhirawa</a> (13 September 2013)</b></i></div>
Abd. Basidhttp://www.blogger.com/profile/08778188291772369198noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2191510863881274442.post-64719880003032324442013-09-01T16:55:00.000-07:002013-09-01T16:58:15.481-07:00Membaca Konvensi Partai Demokrat<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkKi-vPxZzewXdA4YXJDukdOfdSnyqqWhzN19AQSoaWEtUzfA-UNoko7w2vml1NIK7iTTPpU3fW8jB_TmeaojInEYVwfg-zoIihhh7N1lYZ9j9TgnhH9-hS-0EumIoH3cExnkjIgvCXKOQ/s1600/Konvensi+PD.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkKi-vPxZzewXdA4YXJDukdOfdSnyqqWhzN19AQSoaWEtUzfA-UNoko7w2vml1NIK7iTTPpU3fW8jB_TmeaojInEYVwfg-zoIihhh7N1lYZ9j9TgnhH9-hS-0EumIoH3cExnkjIgvCXKOQ/s320/Konvensi+PD.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><b>Partai </b></span>Demokrat (PD) bisa dibilang partai yang belakangan ini dilanda krisis kepercayaan akibat hantaman badai kasus Hambalang dan Wisma Atlet yang melibatkan beberapa kadernya. Untuk itu dibutuhkan terobosan baru untuk membangun kembali kepercayaan masyarakat terhadap partai berkuasa ini. Akan hal itu, rupanya PD menyadarinya. Sebagai langkah solutifnya PD menggelar konvensi capres sebagai persiapan 2014 nanti.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari langkah ini Jum’at (30/8/13) lalu melalui komite konvensi capresnya, PD mengumumkan sebelas nama peserta konvensi, yaitu Dahlan Iskan (Menteri BUMN), Ali Masykur Musa (anggota Badan Pemeriksa Keuangan/BPK dan ketua umum ISNU), Anies Baswedan (rektor Universitas Paramadina, Jakarta), Dino Patti Djalal (duta besar RI untuk Amerika Serikat), Endriartono Sutarto (mantan panglima TNI), Gita Wirjawan (menteri perdagangan), Irman Gusman (ketua Dewan Perwakilan Daerah/DPD), Hayono Isman (anggota Komisi I DPR dari Fraksi PD), Marzuki Alie (ketua DPR), Pramono Edhie Wibowo (mantan KSAD), dan Sinyo Harry Sarundajang (gubernur Sulawesi Utara).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Konvensi capres ini sebetulnya bukan hal baru dalam dunia politik. Jauh sebelum PD, Partai Golongan Karya (Golkar) pada tahun 2003-2004 dan Partai Bintang Reformasi (PBR) pada tahun 2009 pernah melakukannya, namun semuanya gagal.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Terlepas dari kegagalan konvensi partai-partai sebelumnya, PD harus mengerahkan segenap ide dan pikiran agar tidak berenasib sama dengan partai-partai yang sebelumnya melakukan konvensi dan gagal.</div>
<div style="text-align: justify;">
Hemat penulis, pemilu 2014 nanti suara demokrat akan terdongkrak jika konvensi PD ini bisa berjalan dengan fair. Dalam artian konvensi harus mendekatkan suara rakyat dan suara partai. Jika pemenang konvensi ditentukan survei masyarakat, maka PD harus konsisten mengusung pemenang konvensi sebagai capres.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selain itu, ada dua persoalan yang jamak mencajadi permasalahan bagi partai yang sedang melakukan konvensi dan ini harus diantisipasi oleh PD. Pertama, kemungkinan terburuk partai tidak bisa mengusung capres pada pemilu 2014 nanti karena perolehan suara yang tidak mencukupi. Kenyataan ini seperti yang dialami PBR 2009 lalu di mana Rizal Ramli yang menjadi satu-satunya peserta konvensi PBR tidak bisa maju mencalonkan presiden.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kedua, tidak adanya dukungan penuh dari mesin partai pada pemenang konvensi karena berbagai alasan dan pertimbangan. Kenyataan ini seperti yang dialami Partai Golkar pada 2003-2004 lalu di mana Wiranto yang waktu itu memenangkan konvensi Partai Golkar tidak mendapatkan dukungan penuh dari mesin Partai Golkar saat pilpres 2004.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk mengantisipasi dari dua persoalan di atas, maka kiranya PD harus menentukan skenario konvensi mulai dari sekarang secara terbuka. Jangan sampai mekanisme konvensi berubah-ubah sehingga para peserta konvensi merasa dipermainkan dan dikhianati. Karena jika hal itu sampai terjadi, maka hampir bisa dipastikan PD akan dilanda krisis kepercayaan akut dan tujuan konvensi sulit tercapai.</div>
<div style="text-align: right;">
<br />
<b><i>*dimuat di harian Radar Surabaya (2 September 2013)</i></b></div>
Abd. Basidhttp://www.blogger.com/profile/08778188291772369198noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2191510863881274442.post-68650137871446345442013-08-30T21:32:00.000-07:002013-08-31T00:47:22.261-07:00Menemukan Kemudahan dalam Kesulitan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJE78r8W5w55iaBgfIvtVOKzwhg8Wj40AdXOu56KLXZ880QjNEsjY2u-xFO5tEDWUL9F9JnLijLYc35W9WAGkpGVsUj6Lu5kC17z7xHMYt62Urtf7uxbjHh8qE9aG3yc2b_iVUdaJU_FFp/s1600/Cover+Buku+Inna+Maal+Usri+Yusran.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJE78r8W5w55iaBgfIvtVOKzwhg8Wj40AdXOu56KLXZ880QjNEsjY2u-xFO5tEDWUL9F9JnLijLYc35W9WAGkpGVsUj6Lu5kC17z7xHMYt62Urtf7uxbjHh8qE9aG3yc2b_iVUdaJU_FFp/s320/Cover+Buku+Inna+Maal+Usri+Yusran.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><b>Kemudahan</b></span> dan kesulitan adalah dua sisi berlawanan yang menjadi sebuah keniscayaan hidup bagi setiap insan. Semua yang hidup di dunia ini pasti akan atau pernah merasakan dua sisi berlawan itu. Hanya saja, masing-masing individu mungkin tidak sama dalam menyikapinya. Apakah sesuatu yang diterimanya merupakan nikmat atau ujian, anugerah atau musibah, kesedihan atau kebahagiaan, semua tergantung masing-masing individu dalam menyikapinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Buku <i>Inna Ma’al ‘Usri Yusran</i> karya Muhammad Abdul Athi Buhairi ini mengajak kita untuk menyikapi segala sesuatu, baik kemudahan maupun kesulitan, sebagai hal yang positif. Dalam artian, kemudahan dan kesedihan yang kita alami sama-sama baik, sehingga bisa mengantarkan kita sebagai makhluk yang ikhlas, qana’ah, dan bersyukur. Sifat seperti inilah yang dalam agama disematkan pada mereka orang-orang yang taat (beriman).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hal di atas penting sekali untuk ditanamkan pada diri kita masing-masing, karena ketika menenerima kesulitan, kita cenderung merasa sedih dan kadang sampai berangggapan bahwa Tuhan tidak sayang pada kita, padahal kalau kita mencoba untuk bersikap arif, dari kesulitan itu akan berbuah kemudahan yang sangat berarti. Tuhan tidak akan mendatangkan kesulitan dan membebankannya melebihi kemampuan hamban-Nya. Bahkan dalam Al-Qur’an Allah menyiratkan bahwa dalam satu kesulitan akan ada dua kemudahan yang akan dipetik jika kita bersabar dan tetap bersyukur. Dalam hal ini Ibnu Qayyim pernah berkata bahwa ketika seorang hamba bersabar dengan sabar yang benar, musibah yang menimpanya akan dirasakan sebagai nikmat, kesempitan akan jadi kelapangan, dan yang awalnya dibenci akan menjadi sesuatu yang dicintai olehnya (hal. 140).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kita bisa melihat bagaimana keteladan Nabi Ayub dalam menghadapi penyakit yang pernah ia derita dan bagaimana ia menghadapi kefakiran yang dialaminya dengan selalu memuji kepada Tuhannya, hingga akhirnya ia sembuh dari sakit dan kefakirannya. Kesabaran Nabi Ayub inilah yang kemudian diabadikan dalam Al-Qur’an pada surat Shad ayat 44. Nabi Ayub berhasil menemukan kemudahan dalam kesulitan dengan tetap dan selalu beryukur dan memuji Tuhannya. Juga bagaimana kesabaran Nabi Muhammad sepanjang perjuangan dakwahnya, ia didzalimi, dicaci maki, dan dihina, tapi pada akhirnya dengan kesabarannya Nabi Muhammad berhasil mendulang banyak pengikut dan satu persatu memeluk Islam.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebaliknya, seorang hamba yang tidak bisa bersyukur dengan nikmat yang diberikan Allah kepadanya, maka nikmat itu akan menjadi sebuah malapetaka dan ranjau yang akan menjatuhkan dirinya. Lihat saja bagaimana orang yang kaya raya dan bertahta tapi terjerat kasus KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme), semua itu karena ia tidak bisa bersyukur dengan nikmat yang ia terimanya. Ia terlena dengan harta dan tahta yang dimilikinya. Ali bin Abi Thalib pernah berkata bahwa barang siapa memperolehkelapangan di dunia, namun tak menyadarinya sebagai ujian, maka nikmat dunia itulah yang akan memperdayanya (hal. 139).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam sejarah syukur ini mungkin kita bisa melihat bagaimana Qarun, seorang hartawan Bani Israil. Dari saking kayanya seorang Qarun, kunci-kunci harta bendanya harus dipikul oleh beberapa orang yang kekar, karena terlalu berat untuk dibawa oleh satu orang. namun ternyata Qarun ingkar atas nikmat Allah yang diberikan kepadanya, yang pada akhirnya ia mati tertimbun beserta harta bendanya kedalam tanah dalam waktu semalam. Tempat Qarun ternggelam bersama harta dan pengikutnya yang kemudian hari menjadi danau yang dikenal sebagai Danau Qarun atau dalam bahasa Arab disebut Bahirah Qarun. Dari sini kemudian kisah Qarun ini menjadi inspirasi legenda harta-harta yang terpendam bawah tanah atau harta karun.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Beberapa kisah di atas, kiranya bisa menjadi contoh dan bukti bahwa kesulitan dan kemudahan yang ada harus kita sikapi dengan sabar, sehingga bisa menjadi jalan untuk tetap selalu dekat kepada Allah. Dengan demikian, yang perlu kita yakini adalah bahwa Allah itu tidak akan pernah salah sasaran, kerena di balik gelapnya malam tersimpat fajar pagi yang akan menjelang, derai air mata akan dihapus tawa riang, masa kering dan gersang setelahnya akan datang masa hijau pepohonan mengindahkan mata memandang. Badai pasti berlalu dan setelah hari ini ada hari esok yang tentunya lebih baik dari hari-hari sebelumnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Diperkaya dengan berbagai kisah inspiratif dan sarat hikmah, buku setebal 668 halaman ini menghimpun seluruh amunisi yang kita butuhkan agar dapat menatap yakin setiap episode kehidupan dan merasakan manisnya setiap takdir Tuhan. Dengan kata lain, buku ini ingin menyadarkan kita semua bahwa kemudahan dan kesulitan merupakan dua sisi kehidupan yang nantinya akan bermuara pada keberserahan diri kepada Tuhan untuk kemudian mengambil hikmah dan pelajaran berharga darinya. Dengan kata lain, buku ini mengajak pembaca untuk menemukan kemudahan dalam kesulitan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Data Buku</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Judul : Inna Ma’al ‘Usri Yusran</div>
<div style="text-align: justify;">
Penulis : Muhammad Abdul Athi Buhairi</div>
<div style="text-align: justify;">
Penerjemah : Rashid Satari</div>
<div style="text-align: justify;">
Penerbit : Mizania, Bandung</div>
<div style="text-align: justify;">
Cetakan : I, 2013</div>
<div style="text-align: justify;">
Tebal : 668 halaman</div>
<div style="text-align: justify;">
ISBN : 978-602-9255-28-7</div>
<div style="text-align: justify;">
Harga : Rp. 99.000,00</div>
<div style="text-align: right;">
<i><b>*dimuat di Harian Bangsa (5 Juli 2013)</b></i></div>
Abd. Basidhttp://www.blogger.com/profile/08778188291772369198noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2191510863881274442.post-37612339407673700972013-08-20T19:48:00.001-07:002013-08-20T19:51:36.452-07:00Menyoal Blusukan Calon Pemimpin Jatim<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgEb7e3aUL9RsYIbangwFAMhGVJ1wwvnHwAJF0MKG99ESd-x_K7Zax8C_hWv7qJFkxceFk96XHEkIyh6_D8l4M4EwJmvZL4dH3QtfuRCcqViaecVyErH6QZ6amjNrda2J5loApU5PEGyJFM/s1600/Pilgub+Jatim+2013.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgEb7e3aUL9RsYIbangwFAMhGVJ1wwvnHwAJF0MKG99ESd-x_K7Zax8C_hWv7qJFkxceFk96XHEkIyh6_D8l4M4EwJmvZL4dH3QtfuRCcqViaecVyErH6QZ6amjNrda2J5loApU5PEGyJFM/s400/Pilgub+Jatim+2013.png" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><b>Tahun</b></span> 2013 bagi Jawa Timur (Jatim) bisa dibilang sebagai tahun politik. Hal ini dikarenakan pada tahun ini semua rangkaian pemilihan kepala daerah (pilkada) di Jatim, mulai dari tingkat desa, kapubaten/kota, hingga provinsi dilaksanakan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bisa dibayangkan bagaimana sibuknya pesta demokrasi warga Jatim dalam menjalani tahun 2013 ini. Tak kalah sibuknya, mereka para calon yang semuanya ambisius untuk menjadi pemimpin. Antara satu calon dengan calon lainnya saling serang, meski tidak semuanya terang-terangan. Atasnama mempertahankan kebersamaan, ketaqwaan, kejempolan, dan keberkahan, satu sama lain mengampanyekan diri dan pasangannya, seakan tidak ada calon lain yang lebih kompak, taqwa, jempol, dan berkah sehingga dirinyalah paling cocok untuk dipilih.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lebih dari itu, aksi blusukan menjadi salah satu agenda para calon dalam setiap kampanyenya. Mulai dari turun jalan mengunjungi pasar, persawahan, pantai, sekolah, panti asuhan, hingga pangkalan ojek dan becak yang sebelumnya jauh dari sentuhan penguasa. Dengan berbekal senyum ramah dan bersalam-salaman mereka menyapa satu-persatu yang mereka temui, sok kenal, sok akrab, sok dekat, dan sok sok yang lainnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aksi blusukan sejatinya bukanlah hal yang tabu dan perlu disoal. Akan tetapi aksi itu akan menjadi tabu dan persoalan di kala pelakunya hanya <i>action</i> di muka (baca: kampanye) dan setelah terpilih menjadi pasif dan lupa akan kebijakan, keadilan, dan janji manisnya dulu. Kita lihat saja nanti.</div>
<div style="text-align: right;">
<i><b>*dimuat di Radar Surabaya (21 Agustus 2013)</b></i></div>
Abd. Basidhttp://www.blogger.com/profile/08778188291772369198noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2191510863881274442.post-1581580007592077732013-08-17T15:18:00.000-07:002013-08-17T15:21:36.188-07:00Rona Pelangi di Langit Eropa<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiSrVu2xrJpk7qrL53906L_dfIxruPcyocV3wrBJzDYibeTv6ri2s934uAa0rVb5kAbydqhY34deOnKIb92SDp4uNLbuYmdGATTxLo_GyvHyzaSxtgFUfL68rxZVpm7O3F8OgFsW7olD2RQ/s1600/Cover+Buku+Berjalan+di+Atas+Cahaya.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiSrVu2xrJpk7qrL53906L_dfIxruPcyocV3wrBJzDYibeTv6ri2s934uAa0rVb5kAbydqhY34deOnKIb92SDp4uNLbuYmdGATTxLo_GyvHyzaSxtgFUfL68rxZVpm7O3F8OgFsW7olD2RQ/s320/Cover+Buku+Berjalan+di+Atas+Cahaya.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><b>Menyoroti</b></span> Islam dan Muslim di Eropa sangatlah menarik. Ada rona pelangi terpancar dari mereka di setiap aktivitas dan budaya yang ditimbulkannya. Sehingga menuliskan kisah mereka berarti menuliskan warna-warni pelangi Islam yang terpancar di langit Eropa sana. Begitulah kesimpulan saya setelah membaca buku Berjalan di Atas Cahaya karya Hanum Salsabiela Rais, dkk, yang sudah cetak dua kali, Maret dan April 2013, ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Buku dengan tebal 210 halaman ini mengisahkan beberapa kisah dan cerita orang-orang (Islam) yang tinggal di Eropa, yang dapat mencerahkan hati laksana cahaya yang dapat menerangi kegelapan bagi yang tersesat dan laksana pelangi yang memancarkan berbagai warna keindahan bagi orang yang memandangnya, baik itu individu, institusi, maupun negara.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bisa dibayangkan bagaimana seorang muslimah berjilbab bisa tetap tersenyum dalam keasingan di tempat kerja. Dunia Eropa yang sangat anti karyawan berkerudung menjadi hambatan seorang muslim untuk bisa bekerja dan membuka usaha di sana. Jilbab akan menjadi taruhannya jika mau diterima menjadi karyawan sebuah perusahaan dan begitu juga untuk mendapatkan idzin pemerintah jika berkeinginan membuka sebuah usaha. Toh, jika ada yang menerimanya itu sangat sulit dan itu hanya sebagian kecil, bahkan hampir mendekati kata mustahil.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Fatma contohnya, di mana dia harus menggantungkan cita-citanya di dalam angan-angan dan dunia imajinasi untuk bisa menjadi seorang desainer dan pemilik butik. Kemampuan bekerja dalam bidang desain tidak cukup modal baginya lantaran ia berjilbab. Tak ada perusahaan desainer yang mau mempekerjakannya dan untuk membuka sebuah butik atau gerai penjahit pun hampir mustahil baginya (hal. 58). Namun, ia tetap tegar menjadi ibu dan istri terbaik dari anak dan suaminya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Fenmena Fatma ini mengajarkan pada dunia Islam bahwa keyakinan tidaklah bisa ditukar dengan apa pun, terutama materi. Ia rela memendamkan cita-citanya demi mempertahankan prinsipnya untuk tidak melepas jilbab, kerena Islam sebagai agama yang ia anut mengajarkan dirinya untuk selalu menutup aurat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lain ladang, lain belalang. Di daratan Eropa lainnya, tepatnya di Ipsach, Biel, Swiss, Bunda Ikoy berhasil menjadi perakit jam tangan merek wahid dunia, seperti Rolex, Hublot, Omega, Swisswacrh, dan lainnya, dengan tetap berkerudung. Bisa dibayangkan bagaimana perjuangan seorang Bunda Ikoy untuk menjadi salah seorang karyawan berkerudung di perusahaan besar Eropa. Menjadi karyawan di kantor-kantor sekuler di Eropa selalu menjadi tantangan tersendiri. Untuk itu, sangatlah tidak mudah mencari pekerjaan berbobot di Eropa dengan berhijab. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah ditelurusi, ternyata Bunda Ikoy adalah satu-satunya karyawan berhijab dan mampu bertahan lama di sana. Prinsipnya, yag terpenting dari dirinya adalah pembuktian bahwa dengan jilbab keterampilan dan etos kerjanya bisa melebihi mereka yang tidak berjilbab (hal. 26-27).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bunda Ikoy mengajarkan akan ketegaran dirinya sebagai ikon atau agen Muslim yang baik di Eropa. Di keasingan kerja ia berhasil menjadi karyawan andalan perusahaan jam tangan berkelas, tanpa harus menggadaikan agamanya, laksana ikan yang tetap tawar meski hidup di air laut yang asin.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tidak cuma kisah dan cerita ketegaran orang-orang Islam yang tinggal di negara sekuler itu. Buku ini juga menggambarkan beberapa hal yang sama sekali tidak ditemukan di Indonesia dan hal itu bisa dicontoh untuk memperbaiki keadaan bangsa ini yang selalu dirundung permasalahan yang tak kunjung usai, mulai dari pelayanan publik hingga kasus korupsi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Begitu Indah dan nyamannya tatanan kota dan pelayanan publik di Eropa yang sejuk dan menawan. Di pedalaman Swiss sampai ke pelosok pun selalu ada jalan yang menghubungkan sebuah rumah keluar-masuk desa. Semua itu dibuatkan dan difasilitasi oleh pemerintah. Tak ada gusur menggusur rumah di sana. Seperti apa dan di mana pun rumah warga berada, semuanya diberlakukan sama oleh pemerintah (hal. 14).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selain itu, tingkat kejujuran dan keamanahan masyarakat Eropa sangatlah tinggi. Di Tanah Air mungkin terkesan aneh jika ada sebuah toko tapi tidak ada penjanganya. Tapi di Eropa hal demikian sangat mungkin dijumpai. Di Neerach, Swiss, misalnya, rata-rata pertokoan di sana tidak ada penjanganya. Hanya bandrol harga, kaleng kosong, dan notes kecil yang ada pada setiap toko. Siapa yang tertarik untuk membelinya, maka ia cukup mengambilnya dan membayarnya dengan menaruk uang seharga bandrol dan meletakkannya di kaleng yang telah disediakan. Jika butuh kembalian tinggal mengambil sendiri di kaleng yang sama dan jika tidak ada, maka pembeli cukup mencatatnya di notes kecil, mencatat jumlah uang, alamat rumah, dan baru nanti kembaliannya akan diantarkan ke rumah si pembeli oleh penjualnya (hal. 40).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di tengah carut marutnya berbagai permasalahan di Tanah Air, buku ini bisa menjadi gambaran bagaimana Eropa dan orang-orang yang hidup di sana bisa menata kota dengan baik dan dalam masyarakatnya terjalin kepercayaan dan kejujuran yang esensial. Eropa yang merupakan negara sekuler dan anti Islam, tapi kebijakan pemerintah dan kejujuran masyarakatnya melebihi negara yang mayoritas masyarakatnya beragama Islam.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Data Buku</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Judul : Berjalan di Atas Cahaya</div>
<div style="text-align: justify;">
Penulis : Hanum Salsabiela Rais, dkk.</div>
<div style="text-align: justify;">
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama, Jakarta</div>
<div style="text-align: justify;">
Cetakan : II, April 2013</div>
<div style="text-align: justify;">
Tebal : 210 halaman</div>
<div style="text-align: justify;">
ISBN : 978-979-22-9359-3</div>
<div style="text-align: justify;">
Harga : Rp. 50.000,00</div>
<div style="text-align: right;">
<i><b>*dimuat di harian Radar Surabaya 18 Agustus 2013</b></i></div>
Abd. Basidhttp://www.blogger.com/profile/08778188291772369198noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2191510863881274442.post-34686262050722584262013-08-11T23:45:00.002-07:002013-08-12T01:00:16.621-07:00Benarkah Tarekat Keluar dari Syariat?<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTLYwPQLsLHi-x3wzijf9MWAIvDbUH0nA7OKq7bFqjAgpqyilTfidViUgyXpcQxc0RO8WjZE0DVgmxDk_f-GmEYjJtTULh3QR074Xd44vOZDDcPAW7EgPGuYIjoFr0JCko_kJQ-LjRKqWd/s1600/Cover+Buku+Tarekat+dalam+Timbangan+Syariat.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTLYwPQLsLHi-x3wzijf9MWAIvDbUH0nA7OKq7bFqjAgpqyilTfidViUgyXpcQxc0RO8WjZE0DVgmxDk_f-GmEYjJtTULh3QR074Xd44vOZDDcPAW7EgPGuYIjoFr0JCko_kJQ-LjRKqWd/s320/Cover+Buku+Tarekat+dalam+Timbangan+Syariat.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><b>Tasawuf</b></span> dan tarekat adalah salah satu tema yang menjadi objek kritik dari kelompok Salafi-Wahabi. Mereka menganggap tasawuf dan tarekat adalah bid’ah yang melenceng dari syariat Islam, pemuja wali dan guru, tidak kembali langsung pada Al-Qur’an dan Hadis, dan beragam tuduhan lainnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tuduhan-tuduhan itu diidentifikasi dengan baik oleh Nur Hidayat Muhammad dalam buku terbarunya <i>Tarekat dalam Timbangan Syariat: Jawaban atas Kritik Salafi Wahabi</i> ini. Dalam buku setebal 168 halaman ini, penulis kemudian menjawab satu persatu dengan argumen dan dalil yang rinci.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Beberapa tema yang dibahas antara lain; Pertama, tuduhan sufi dan tarekatnya yang dianggap bid’ah karena tidak ada pada zaman Nabi Muhammad dan tidak pernah dilakukan para sahabat. Terhadap kritik ini, penulis menyadari bahwa hal itu memang tidak ada pada masa Nabi dan sahabatnya. Akan tetapi perlu diingat bahwa ulama’ hadis dan fiqih banyak yang bertarekat. Dalam buku ini disebutkan sedikitnya ada 39 daftar ulama’ hadis dan fiqih yang bertarekat atau minimal pernah hidup di bawah bimbingan mursyid (hal. 32-37). Selain itu, pembentukan tarekat itu termasuk dari bentuk <i>mashlahah mursalah</i> karena di dalamnya terdapat bimbingan dzikir (<i>talqin</i> dzikir) yang merupakan pelajaran dari Rasulullah, hanya saja pada waktu itu belum ada nama atau label (hal. 25).</div>
<br /><div style="text-align: justify;">
Kedua, sufi atau pengamal tarekat dianggap pemuja guru dan hal itu tidak layak karena guru juga manusia dan bisa berbuat salah layaknya kebanyakan orang. Oleh penulis, kritik ini disanggah dengan balik mengungkap fakta bahwa kaum Salafi-Wahabi malah justru lebih fanatik pada guru mereka. Buktinya mereka sangat mengagung-agungkan Ibnu Taimiyah sebagai guru di atas guru. Dialah hakim absolut atas ulama-ulama lain yang haram dan sesat menyelisihinya (hal. 59). Perlu digaris bawahi—sebagai jawaban lebih lanjut dari tuduhan kaum Salafi Wahabi—bahwa jika ulama sufi berkeyakinan tidak boleh menentang gurunya (mursyid), maka hal itu tidak ubahnya sebagai adab (sopan-santun) murid kepada guru dan hal itu merupakan isti’nas dari apa yang dilakukan Nabi Khidir yang melarang bertanya kepada Nabi Musa ketika Nabi Khidir seakan melakukan perbuatan menyimpang (hal. 60).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ketiga, tuduhan ajaran tarekat tidak kembali langsung pada Al-Qur’an dan Hadis lantaran masih butuh bimbingan seorang mursyid. Oleh penulis kritik ini juga dijawab dengan berlandaskan Al-Qur’an. Bahwa pada hakikatnya seorang <i>musrsyid</i> itu adalah salah satu tanda dari ayat-ayat Tuhan, di mana hal ini seperti yang tecantum dalam surat Al-Ankabut ayat 49, yang artinya; “<i>Sebenarnya Al-Qur’an adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu</i>”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Bid’ah Teriak Bid’ah</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari <i>counter</i> beberapa tuhuduhan kaum Salafi-Wahabi di atas, maka kalau diteliti lagi kaum Salafi-Wahabi tersebut tidaklah pantas disebut salafi karena mereka sendiri tidak betul-betul kembali pada Al-Qur’an dan hadis (Salafi). Terbukti, tuduhan-tuduhannya kepada tasawuf yang mereka anggap keluar dari ajaran Al-Qur’an dan hadis, sehingga dianggapnya bid’ah, malah yang mereka tuduhkan itu yang tidak kembali pada Al-Qur’an dan hadis. Sehiggga dengan demikian, kaum Salafi Wahabi tanpa mereka sadari sebetulnya mereka sendiri sudah melakukan bid’ah. Inilah yang kemudian dikakatan bid’ah teriak bid’ah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgASKlVq87drFolOLBJNVf_GYgzbiI7GRojaLDcQcH43jV0d6HVxQNfOekxFIFTVGlOmOnZC7qboEAXHzku-n1mgZhlk-3sYAJD7VLhhjeDpxz7Su-orEzX-NkO4fU5FpKd8kAYAGZ3B26N/s1600/Resensi+Aula+Agustus+2013.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgASKlVq87drFolOLBJNVf_GYgzbiI7GRojaLDcQcH43jV0d6HVxQNfOekxFIFTVGlOmOnZC7qboEAXHzku-n1mgZhlk-3sYAJD7VLhhjeDpxz7Su-orEzX-NkO4fU5FpKd8kAYAGZ3B26N/s320/Resensi+Aula+Agustus+2013.jpg" width="233" /></a>Tiga <i>counter</i> yang disinggung di atas bukanlah seluruhnya tuduhan dan jawaban dari tuduhan-tuduhan kaum Salafi Wahabi terhadap tasawuf. Tiga couter di atas hanya sebagian saja yang disebutkan dalam ulasan buku ini sebagai sampel atas kekeliruan beberapa tuduhan kaum Salafi Wahabi terhadap tasawuf yang bertubi-tubi sampai sekarang ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Masih banyak perbincangan dalam buku ini perihal tuduhan tak beralasan dari kaum Salafi Wahabi terhadap tasawuf yang tentunya tidak cukup untuk dijabarkan semuanya dalam ulasan pendek ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selanjutnya, layaknya tidak ada gading yang tak retak, buku ini terdapat sedikit keretakan dalam penulisan beberapa kalimat yang semestinya tidak terjadi. Seperti penulisan kalimat “dan lain-lain” yang disingkat menjadi “dll”. Hal ini mungkin sepele, tapi bagaimanapun itu, mengingat buku ini sebuah karya ilmiyah, maka keretakan tersebut dalam karya ilmiyah tetap tidak dibenarkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Meskipun demikian, bukan berarti buku ini tidak istimewa dan tidak layak baca. Salah satu keistimewaan dari buku yang dieditori oleh Afif Amrullah ini terletak pada keunikan penulis dalam menjelahi tuduhan-tuduhan Salafi Wahabi yang dijawab dengan begitu lugas dan agumentatif. Hal itu menjadi salah satu bukti bahwa buku ini sangat layak baca, khususnya bagi mereka yang merasa Salafi. Selamat membaca!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Data Buku</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Judul : Tarekat dalam Timbangan Syariat</div>
<div style="text-align: justify;">
Penulis : Nur Hidayat Muhammad</div>
<div style="text-align: justify;">
Penerbit : Muara Progresif, Surabaya</div>
<div style="text-align: justify;">
Cetakan : I, Juni 2013</div>
<div style="text-align: justify;">
Tebal : x + 168 halaman</div>
<div style="text-align: justify;">
ISBN : 978-602-17206-4-6</div>
<div style="text-align: right;">
<i><b>*dimuat di Majalah Aula edisi Agustus 2013</b></i></div>
Abd. Basidhttp://www.blogger.com/profile/08778188291772369198noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2191510863881274442.post-9890288594285695292013-08-06T00:31:00.002-07:002013-08-06T00:54:35.494-07:00Menggapai Lailatul Qadr<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgaPAeu40iveiqAguQvxFEvI8JlvnsI3eZ6-uMthWXW1o-g352SOy2sTEkEJgO-l4cvwgilvrrmFq7MtL7CiRa-GNDZlVyLxdT136LnzAxtkz8Z1_qB1vEA2JiP3Xg48vbmq8zRGhg2R0px/s1600/Lailatul+Qadr.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgaPAeu40iveiqAguQvxFEvI8JlvnsI3eZ6-uMthWXW1o-g352SOy2sTEkEJgO-l4cvwgilvrrmFq7MtL7CiRa-GNDZlVyLxdT136LnzAxtkz8Z1_qB1vEA2JiP3Xg48vbmq8zRGhg2R0px/s320/Lailatul+Qadr.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><b>Dalam</b></span> Al-Qur’an disebutkan bahwa <i>lailatul qadr</i> merupakan suatu malam pada bulan Ramadhan yang begitu istimewa hingga melebihi perbandingan 1000 bulan (30.000 kali malam biasa). Karenanya, tidak sedikit dari umat Islam yang mendamba dan memburunya, lebih-lebih di sepuluh hari terakhir Ramadhan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Merujuk pada definisi dari <i>lailatul qadr</i> itu sendiri setidaknya ada tiga pemaknaan dari kata <i>al-qadr</i> yang digunakan para ulama’. Pertama, penetapan dan pengaturan, sehingga <i>lailatul qadr</i> difahami sebagai malam penetapan Allah bagi perjalanan hidup seseorang ke depan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kedua, kemuliaan. Makna kemuliaan ini karena dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa malam itu diturunkan juga Al-Qur’an. Meminjam istilahnya Quraish Shihab bahwa <i>lailatul qadr</i> itu mulia karena menjadi titik tolak dari segala kemuliaan yang dapat diraih (Quraish Shihab, 2013: 489).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ketiga, sempit. Makna sempit ini merujuk karena pada malam itu bumi disesaki para malaikat yang diperintah Allah untuk mengatur segala urusan—termasuk urusan duniawi umat manusia.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Meski para ulama’ berbeda pendapat dari pemaknaan <i>al-qadr</i> itu sendiri, namun dari tiga pemaknaan tersebut setidaknya bisa disatukan sehingga kesemuanya menjadi benar, bahwa <i>lailatul qadr</i> adalah malam yang mulia, yang bila seseorang dapat meraihnya maka masa depannya akan tertetapkan, di mana masa depannya akan damai dan tenang sesuai dengan pengaturan para malaikat yang pada malam itu turun memadati bumi. Hal inilah yang oleh Muhammad Abduh diistilahkan dengan <i>khittah</i> yang dapat melepaskan umat manusia dari kerusakan dan kehancuran yang seringkali membelenggu dalam kehidupannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari pemaknaan ini, maka bisa dipastikan bahwa untuk bisa meraihnya tidaklah mudah dan tidak cukup dengan hanya tidak tidur semalaman. Untuk bisa menggapainya dibutuhkan keintiman pribadi antara seorang muslim dengan Allah, di mana untuk menjalin keintiman tersebut dibutuhkan kesucian jiwa seseorang. Ibarat air dan minyak, keduanya tidak akan menyatu dan bertemu di mana pun dan kapan pun. Kebaikan dan kemuliaan <i>lailatul qadr</i> tidak akan diperoleh kecuali oleh orang-orang tertentu yang telah menyucikan jiwanya guna menyambut <i>lailatul qadr</i>.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Karena itulah Rasulullah menduga kuat bahwa <i>lailatul qadr</i> akan datang pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan—meskipun juga besar kemungkinan ia juga datang sebelum itu, bahkan malam pertama Ramadhan. Dugaan Rasulullah ini dirasionalisasikan karena pada sepuluh malam terakhir Ramadhan diharapkan jiwa manusia yang telah berpuasa selama dua puluh hari sebelumnya telah mencapai satu tingkat kesadaran dan kesucian yang memungkinkan malam mulia itu berkenan mampir menemuinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk menggapainya, ada ada dua hal yang diajarkan Rasulullah untuk menjadi bekal agar pada diri manusia tertaman jiwa yang suci dan <i>lailatul qadr</i>-pun berhasil kita gapai. Pertama, merenung. Dalam artian merenung untuk kesucian jiwa, baik untuk diri sendiri maupun untuk umum (masyarakat). Hal ini, dikarenakan jika jiwa seseorang sudah suci, maka malaikat tidak akan ragu untuk membimbing seseorang tidak hanya sampai terbitnya fajar pada malam <i>al-qadr</i> saja, tapi sampai akhir hayatnya nanti.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam sejarah disebutkan bahwa malam <i>al-qadr</i> yang menemui Rasulullah pertama kali yaitu ketika Rasulullah sedang menyendiri di Gua Hira merenungi tentang diri dan umatnya. Ketika jiwa Rasulullah telah mencapai kesuciannya, turunlah malaikat Jibril membawa ajaran dan membimbingnya sehingga terjadilah perubahan total dalam perjalanan hidupnya dan hidup umat manusia.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hemat penulis, Gua Hira yang menjadi tempat merenung Rasulullah pada waktu itu, jika dikontekstualisasikan dengan masa kini, tidak ubahnya adalah masjid. Hal ini di samping karena masjid merupakan tempat yang suci, juga karena dari masjid semua kebajikan bermula. Di masjid seseorang bisa dapat menghindar dari segala urusan dunia yang dapat menyesakkan jiwa dan pikiran dengan fokus men-<i>charge</i> kejiwaan dan keimanan seseorang yang seringkali naik-turun.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kedua, iktikaf. Iktikaf yang berarti berdiam di masjid dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah dicontohkan oleh Rasulullah lebih-lebih di malam sepeluh terakhir bulan Ramadhan, di mana Rasulullah tidak pernah meninggalkannya. Dalam diam di masjid itu Rasulullah bertadarus, merenung, dan berdoa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Merujuk pada penuturan Aisyah, bahwa doa Rasulullah dalam menyambut lailatul qadr tidak lain adalah doa sapujagat; <i>rabbana atina fiddunya hasanah, wa fil akhirati hasanah waqina ‘adzabannar</i> (wahai Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami kebajikan di dunia dak di akhirat dan periharalah kami dari siksa neraka).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Terdapat filosofi mendalam dari doa sapujagat ini, di mana jika dimaknai lebih mendalam lagi, ia tidaklah sekedar permohonan untuk memperoleh kebajikan di dunia dan akhirat, tapi lebih dari itu doa ini bertujuan untuk menetapkan langkah (<i>action</i>) dalam berupaya meraih kebajikan, dengan langkah konkrit untuk menjadikan kebajikan dan kebahagian tidak hanya berdampak di dunia, tapi juga di akhirat kelak.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jika kita bisa mengimbangi puasa kita dengan dua hal yang diajarkan Rasulullah di atas, tentunya dengan mudah kita bisa menggapai malam kemuliaan tersebut dengan penuh kedamaian hidup dan akan tercipta kesalehan jiwa yang berkelanjutan. <i>Wallahu a’lam bis shawab...</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: right;">
<i><b>*dimuat di <a href="http://nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,59-id,46335-lang,id-c,taushiyah+ramadhan-t,Menggapai+Lailatul+Qadar-.phpx" target="_blank">NU Online</a> (6 Agustus 2013)</b></i></div>
Abd. Basidhttp://www.blogger.com/profile/08778188291772369198noreply@blogger.com0